PERDANA Menteri Israel Benjamin Netanyahu pernah menjadi orang yang paling bahagia ketika Donald Trump kembali lagi terpilih sebagai Presiden Amerika Serikat. Ia bahkan menjadi tamu asing pertama Trump setelah pelantikan.
Pada Selasa, 4 Februari 2025, dalam sebuah konferensi pers bersama dengan Netanyahu, Trump mengumumkan bahwa AS akan mengambil alih dan mengelola Gaza, yang kemungkinan akan berlangsung selama beberapa waktu ke depan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pengumuman Trump ini membuat Netanyahu tersenyum lebar. Rencana Trump sejalan dengan keinginannya menyingkirkan warga Palestina dari Gaza. Netanyahu memuji Trump sebagai "teman terbaik yang pernah dimiliki Israel." Ia mengatakan bahwa rencana Gaza dari presiden AS tersebut dapat "mengubah sejarah" dan layak untuk "diperhatikan. Netanyahu pulang ke Israel dengan penuh kemenangan.
Namun, semua kemenangan Netanyahu perlahan lenyap hanya dalam waktu dua bulan. The New York Times melaporkan bahwa Trump dan Netanyahu, yang dulunya sangat selaras dalam kebijakan-kebijakan penting di Timur Tengah, kini menunjukkan perbedaan yang signifikan. Berikut beberapa tanda ketidakharmonisan hubungan mereka:
1. Misi Netanyahu yang Gagal
AS memberlakukan tarif baru untuk negara-negara pengimpornya. Meski dianggap sebagai sekutu paling dekat, Israel tidak dikecualikan dari pemberlakuan tarif ini. Bulan lalu, Netanyahu datang menemui Trump untuk kedua kalinya.
Dia membawa misi untuk menggagalkan tarif 17 persen yang dikenakan Trump untuk barang-barang Israel yang masuk ke AS. Mengingat keberhasilan kunjungan pertamanya, Netanyahu datang dengan harapan yang besar. Sayangnya, kali ini ia pulang dengan tangan hampa setelah pertemuan yang secara diplomatis dan publik memalukan dengan Trump, The New Arab melaporkan.
Bukannya mendapatkan keringanan dari tarif yang baru diberlakukan untuk barang-barang Israel, Netanyahu malah dihadapkan pada pengumuman Trump bahwa AS telah memulai pembicaraan langsung dengan Iran, sebuah perkembangan yang telah lama ditentang oleh Israel.
Israel, yang secara historis selalu menggunakan Washington sebagai perisai diplomatik, melihat langkah tersebut sebagai pukulan diplomatik yang mengejutkan, dengan media Israel mengecamnya sebagai "penghinaan" dan "pertemuan terburuk yang pernah ada".
2. Pemecatan Penasihat Keamanan AS
Baru-baru ini, Trump memecat penasihat keamanannya yang sangat pro-Israel, Mike Waltz. Menurut The Washington Post yang dikutip Jerusalem Post, Waltz membuat Trump jengkel karena terlibat dalam koordinasi yang intens dengan Netanyahu tentang kemungkinan serangan militer terhadap Iran.
Pendekatan ini bertentangan dengan upaya diplomatik yang sedang berlangsung yang dimediasi oleh Oman untuk melibatkan Teheran. Sikap Waltz yang semakin hawkish dilaporkan membuat sang presiden frustrasi. Kantor Netanyahu membantah adanya komunikasi yang ekstensif dengan Waltz.
3 Menghentikan Komunikasi Langsung dengan Netanyahu
Menurut Radio Angkatan Darat Israel, Presiden AS Donald Trump telah menghentikan komunikasi langsung dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di tengah meningkatnya ketegangan antara kedua pemimpin.
Dikutip Anadolu, Yanir Cozin, reporter Radio Angkatan Darat Israel, menyampaikan dalam akun X-nya bahwa Trump mengambil keputusan ini setelah para penasihat dekatnya memberi tahu Menteri Urusan Strategis Israel Ron Dermer bahwa sang presiden merasa Netanyahu berusaha memanipulasinya.
Sumber-sumber yang dekat dengan Trump menyampaikan bahwa sang presiden diberitahu bahwa Netanyahu mengeksploitasi dirinya. Pejabat tersebut menekankan bahwa Trump tidak suka dianggap naif atau dimanipulasi, yang pada akhirnya berujung pada keputusannya untuk memutuskan hubungan langsung dengan Netanyahu.
Cozin juga mencatat bahwa memburuknya hubungan AS-Israel disebabkan oleh ketidakmampuan pemerintah Israel untuk menyajikan strategi dan jadwal yang jelas mengenai Iran dan pemberontak Houthi di Yaman.
Selain itu, koresponden tersebut menunjukkan bahwa pemerintahan Netanyahu belum mengajukan rencana definitif mengenai situasi di Gaza, yang semakin menambah ketegangan dalam hubungan bilateral.
4. Gencatan Senjata AS dan Houthi
Keretakan ini dapat menjelaskan pengecualian Israel dari langkah diplomatik AS baru-baru ini di wilayah tersebut, termasuk perjanjian gencatan senjata dengan Ansarallah di Yaman. Presiden Trump telah mengumumkan bahwa Amerika Serikat akan menghentikan kampanye pengeboman harian di Yaman berdasarkan kesepahaman dengan Houthi karena Oman telah mengkonfirmasi bahwa mereka telah menengahi gencatan senjata antara Washington dan kelompok bersenjata tersebut, Al Jazeera melaporkan.
Trum menyebutkan bahwa Houthi telah menyatakan tidak ingin berperang lagi. “Mereka hanya tidak ingin berperang, dan kami akan menghormati hal itu, dan kami akan menghentikan pengeboman," kata Trump kepada para wartawan di Gedung Putih dalam sebuah pertemuan dengan Perdana Menteri Kanada Mark Carney.
Pengumuman gencatan senjata ini muncul beberapa jam setelah militer Israel melancarkan serangan udara ke bandara di Sanaa, menyebabkan kerusakan parah dan membuat bandara tersebut tidak dapat beroperasi.
5. Kunjungan Trump ke Timur Tengah Melewatkan Israel
Palestine Chronicle melaporkan, tur regional Trump yang akan datang tidak memasukkan Israel sebagai pemberhentian, yang menandakan sebuah penghinaan diplomatik yang jelas. Dalam briefing di Ruang Oval baru-baru ini, Trump mengisyaratkan akan adanya pengumuman terkait Gaza, kemungkinan terkait dengan dimulainya kembali bantuan kemanusiaan, seperti yang disarankan oleh catatan Departemen Luar Negeri sebelumnya.
Trump ingin memajukan inisiatifnya di Timur Tengah tanpa menyertakan Israel, di tengah-tengah blokade Israel yang sedang berlangsung di Gaza.
Trump dilaporkan memandang Netanyahu menunda-nunda keputusan penting dan sangat ingin mengejar kebijakan-kebijakan yang ia yakini akan lebih baik bagi kepentingan Amerika, terutama dalam kaitannya dengan Arab Saudi dan negara-negara Teluk. Arab Saudi secara konsisten bersikeras bahwa setiap kesepakatan normalisasi dengan Israel harus bergantung pada berakhirnya konflik yang menghancurkan di Gaza dan mengamankan komitmen resmi Israel untuk mendirikan negara Palestina.