TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkap kemungkinan resesi global meningkat setelah adanya pemberlakuan tarif impor Amerika Serikat. Arah perekonomian dunia disebut makin tak pasti.
Setelah Amerika menetapkan tarif resiprokal ke 60 negara, ketidakpastian ekonomi melonjak naik. “Probability resesi meningkat,” ujarnya dalam silaturahmi ekonomi bersama Presiden Prabowo Subianto dengan sejumlah kementerian dan lembaga di Menara Mandiri, Sudirman, Jakarta, Selasa 8 April 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selain itu, terjadi ketidakpastian kebijakan perdagangan di dunia. Terjadi pula gejolak pasar uang global dan pelemahan mata uang di pasar negara-negara berkembang. Airlangga mengatakan dunia saat ini sedang tak baik baik saja. “Indikator pasar keuangan masih berfluktuasi. IHSG (indeks harga saham gabungan) tadi pagi negatif, tapi sudah berada dalam tren positif,” ucapnya.
Reaksi Cina yang menetapkan tarif tambahan juga memperburuk kondisi perdagangan global. Imbas aturan tarif AS tersebut banyak korporasi yang menahan produksi maupun ekspansi. “Terjadi penurunan konsumsi, bahkan wait and see untuk investasi atau ekspansi,” ucap dia.
Seperti diketahui, pada 2 April 2025, Trump mengumumkan bahwa AS menerapkan tarif impor 10 persen bagi produk-produk dari seluruh negara di dunia yang masuk ke Amerika dan mulai berlaku 5 April 2025.
Tak hanya itu, Amerika juga memberikan tarif tambahan lain atau yang dikenal sebagai reciprocal tariff bagi negara-negara yang mengalami surplus perdagangan dengan AS, sebaliknya Amerika mengalami defisit dengan negara-negara tersebut. Resiprokal mulai berlaku pada 9 April 2025. Indonesia dikenakan tarif 32 persen, sedangkan Cina 34 persen.
Meski Singapura dikenakan tarif lebih rendah yakni 10 persen, Perdana Menteri Singapura Lawrence Wong mengatakan tarif Trump bakal memukul perekonomian dunia. Wong menambahkan terakhir kali dunia mengalami hal seperti ini adalah pada era 1930-an. “Perang dagang meningkat menjadi konflik bersenjata dan akhirnya menjadi perang dunia kedua. Tidak ada yang bisa mengatakan bagaimana situasi saat ini akan berkembang dalam beberapa bulan atau tahun mendatang,” ucapnya.
Perdana Menteri Singapura itu memperingatkan warganya mewaspadai hal ini. Dia berpendapat bahwa langkah Amerika berisiko membuat institusi global semakin lemah dan norma-norma internasional semakin terkikis. Semakin banyak negara yang akan bertindak berdasarkan kepentingan pribadi yang sempit dan menggunakan kekerasan atau tekanan untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. “Ini adalah kenyataan pahit dari dunia kita saat ini,” ucapnya.