Benarkah Produsen Smartphone dari Tiongkok Bakal Tak Lagi Gunakan Layanan Google?

6 hours ago 3

TEMPO.CO, Jakarta - Terpilihnya kembali Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat membuat tensi perang dagang antara AS dan Tiongkok kembali memanas. Produsen ponsel asal Tiongkok seperti Xiaomi, Oppo, dan Vivo dikabarkan tengah mempertimbangkan membuat sistem operasi Android versi mereka sendiri tanpa keterlibatan Google.

Dilansir dari IT Community, awal mulanya rumor ini beredar karena peningkatan tarif impor terhadap produk-produk Tiongkok, dan ancaman pembatasan lebih lanjut terhadap perusahaan teknologi asal Negeri Tirai Bambu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pada masa jabatan pertamanya, Trump memberlakukan larangan kerja sama perusahaan AS dengan Huawei. Akibatnya, Huawei kehilangan akses ke layanan Google seperti Play Store, Gmail, dan Google Maps, sehingga memaksa mereka mengembangkan sistem operasi sendiri, HarmonyOS.

Kini rumor beredar bahwa produsen smartphone besar Tiongkok lainnya, termasuk Xiaomi, Oppo, Vivo, dan OnePlus, mulai mengantisipasi potensi pembatasan serupa. Menurut laporan dari Xiaomitime, perusahaan-perusahaan tersebut dikabarkan sedang mempertimbangkan pengembangan sistem operasi Android alternatif yang tidak tergantung pada layanan Google.

Dilansir dari Hardware Zone, Xiaomi dilaporkan akan menggunakan HyperOS 3 sebagai basis transisi tersebut. Namun belum jelas apakah kolaborasi antarprodusen ini akan dilakukan secara resmi dan sejauh mana peran Huawei sebagai pelopor sistem operasi non-Google akan ikut berpengaruh.

Sementara Huawei telah melangkah lebih jauh dengan HarmonyOS NEXT—versi baru sistem operasi mereka yang benar-benar terpisah dari Android dan tidak mendukung aplikasi APK—belum ada konfirmasi apakah Xiaomi, Oppo, atau Vivo akan mengambil langkah serupa. Meski demikian, sistem seperti Ark Compiler dan Petal Maps dari Huawei disebut bisa menjadi inspirasi.

Xiaomi, Oppo, dan Vivo saat ini masih masuk jajaran lima besar produsen smartphone global. Kehilangan layanan Google bisa menjadi risiko besar di luar pasar Tiongkok, mengingat pengguna di Asia Tenggara, Eropa, dan India sangat bergantung pada ekosistem Google.

Meskipun kabar tersebut masih berupa spekulasi, kemungkinan pengembangan OS alternatif menjadi langkah strategis untuk mengantisipasi kemungkinan embargo teknologi dari AS. Selain itu, teknologi AI dan kerja sama dengan penyedia chipset seperti Qualcomm masih menjadi faktor penting yang membuat ketergantungan terhadap Google tetap kuat.

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |