TEMPO.CO, Jakarta - Tiga bulan pertama pada 2025, pertumbuhan ekonomi Indonesia melambat dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Perekonomian Indonesia selama Januari hingga Maret 2025 hanya tumbuh 4,87 persen.
Pertumbuhan ekonomi pada kuartal pertama 2025 ini lebih rendah dibandingkan pada periode 2024 yang mencapai 5,02 persen. Bahkan, perekonomian tiga bulan pertama 2025 ini lebih rendah dibandingkan kuartal keempat 2024 yang mencapai 5,11 persen.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Namun, Menteri Keuangan Sri Mulyani tetap optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesai tahun ini bisa mencapai 5 persen. Pemerintah telah menyiapkan obat kuat untuk mendorong pertumbuhan ekonomi berupa salah satunya dengan pemberian gaji ke-13 bagi pegawai negeri sipil untuk memperkuat konsumsi masyarakat.
Pertumbuhan ekonomi yang melambat tentu akan berdampak. Berikut dampak perlambatan pertumbuhan ekonomi:
1. Menurunkan Kepercayaan Investor
Ekonom Universitas Andalas Sayfruddin Karimi mengatakan, perlambatan pertumbuhan ekonomi berpotensi menurunkan tingkat kepercayaan investor, memperlambat aliran investasi, dan melemahkan daya beli masyarakat. Ia menjelaskan bahwa stagnasi pendapatan yang disebabkan oleh lesunya aktivitas usaha dan pemutusan hubungan kerja, ditambah dengan kenaikan harga kebutuhan pokok akan semakin menekan daya beli masyarakat.
Kondisi ini pada akhirnya berdampak pada penurunan konsumsi rumah tangga yang kemudian memperlambat pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan dan mendorong peningkatan angka kemiskinan, terutama di kalangan masyarakat rentan yang memiliki akses terbatas terhadap perlindungan sosial.
2. Angka Pengangguran Meningkat
Ekonom Bright Institute Awalil Rizky menilai, perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia mencerminkan menurunnya laju produksi barang dan jasa di dalam negeri. Meskipun perekonomian masih tumbuh, laju pertumbuhannya lebih rendah dibanding periode sebelumnya. Kondisi ini erat kaitannya dengan menurunnya tingkat investasi serta berkurangnya pemanfaatan tenaga kerja.
Penurunan investasi dari dampak penurunan peningkatan ekonomi juga diperkirakan berdampak pada meningkatnya angka pengangguran. IMF memproyeksikan tingkat pengangguran di Indonesia akan naik menjadi 5,0 persen pada tahun 2025 dan bertahan di level 5,1 persen hingga tahun 2028.
3. Daya Beli Menurun dan Kemiskinan Meningkat
Meningkatnya angka pengangguran akan berdampak pada daya beli masyarakat. Semakin besar jumlah orang yang kehilangan pekerjaan tentu akan berdampak pada konsumsi masyarakat. Syafruddin mengatakan, pendapatan masyarakat yang stagnan, jumlah pengangguran yang meningkat ditambah dengan harga barang yang naik akan menekan daya beli masyarakat. Kelompok masyarakat yang rentan akan mengurangi belanja. Kelompok rentan ini berpotensi menambah jumlah angka kemiskinan.
4. Penerimaan Negara Terganggu
Penurunan daya beli masyarakat turut memengaruhi potensi penerimaan negara, khususnya dari sektor pajak penghasilan dan pajak pertambahan nilai. Di samping itu, pendapatan dari cukai serta penerimaan negara bukan pajak juga berisiko menurun. Tambahan tantangan datang dari prediksi harga komoditas global yang lebih rendah dan ketidakpastian atas kontribusi pendapatan dari badan usaha milik negara (BUMN) yang semakin mempersulit pemerintah dalam memenuhi target fiskal untuk tahun ini.
Perlambatan ekonomi ini juga membawa dampak signifikan terhadap sektor fiskal, khususnya dalam hal penerimaan negara. Dengan pertumbuhan ekonomi yang diprediksi hanya mencapai 4,7 persen, Awalil mengungkapkan bahwa target penerimaan perpajakan sebesar Rp 2.490 triliun kemungkinan besar tidak akan tercapai.
Riani Sanusi Putri dan Afron Mandala Putra berkontribusi dalam penulisan artikel ini
Pilihan Editor: Sri Mulyani Respons Pertumbuhan Ekonomi dengan Mempercepat Belanja