TEMPO.CO, Jakarta - Di tengah kesuksesan serial drama Korea When Life Gives You Tangerines yang dibintangi IU dan Park Bo Gm, sejumlah keluhan dari figuran dan staf produksi mulai mencuat di media sosial. Mereka menuding tim produksi melakukan berbagai pelanggaran selama syuting, mulai dari perusakan properti sewaan hingga perlakuan tidak manusiawi terhadap para figuran.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dilansir dari Koreaboo, unggahan akun X @M*R*t*, salah satu perusahaan penyewaan properti mengungkap bahwa bus retro yang mereka sewakan dirusak oleh kru produksi. Bus tersebut disemprot menggunakan cat pernis yang tidak sesuai prosedur.
“Staf kami ditempatkan di lokasi syuting untuk ‘membantu’ penggunaan properti, tapi sebenarnya kami hanya berjaga agar barang-barang tidak rusak, karena tim produksi tidak punya kemampuan mengoperasikan bus retro atau properti besar yang kami sewakan atau buatkan untuk mereka. Akhirnya, semuanya rusak. Mereka bodoh atau tidak bertanggung jawab,” tulisnya.
Menurut perusahaan tersebut, ketika diperingatkan, salah satu kru justru bersikap tidak peduli. “Saya masih ingat. Mereka ketahuan memakai pernis dari toko besi untuk mengecat bus, lalu orang itu bilang, ‘Bukannya bisa dihapus pakai pengencer pernis?’ Dia benar-benar tidak menyesal, bahkan dicaci habis-habisan. Anak bodoh itu mengira pengencer pernis bisa menghapus semprotannya tanpa bekas, lalu mondar-mandir di lokasi syuting sambil bertingkah,” ungkapnya menambahkan.
Figuran Dipaksa Cukur Rambut dan Tidak Diberi Makan
Setelah unggahan tersebut viral, keluhan lain bermunculan. Beberapa figuran mengaku diperlakukan secara tidak manusiawi. Salah satu yang paling banyak dibicarakan berasal dari akun @***peac**jk. Dalam unggahannya, ia menyebut para figuran dipaksa mencukur rambut dan tidak disediakan kebutuhan dasar seperti makanan atau pakaian hangat saat musim dingin.
“Ada jadwal kerja yang dibenci tapi terkenal di kalangan figuran When Life Gives You Tangerines. Kami dipaksa mencukur rambut. Padahal ini produksi Netflix, tapi tidak ada fasilitas apa pun. Mereka tidak mau mengeluarkan uang untuk siapa pun kecuali aktor utama, jadi mereka pelit setengah mati,” tulisnya.
Lebih lanjut, ia juga mengungkap bahwa figuran lansia tidak diberi makan layak dan hanya disuruh makan di restoran sembarangan dalam waktu 30 menit. “Tidak ada food truck atau meja katering. Kami dilempar ke restoran sembarangan dan disuruh makan cepat-cepat. Mereka janji kostum disediakan, tapi kami tidak boleh pakai baju hangat di dalam. Katanya bisa merusak bentuk kostum,” ujarnya. Hingga kini, pihak produksi belum memberikan pernyataan resmi.
Prestasi When Life Gives You Tangerines
When Life Gives You Tangerines saat ini sedang berada di puncak kepopulerannya. Dilansir dari Netflix, serial ini menempati peringkat pertama dalam daftar tayangan non-Inggris terpopuler untuk pekan yang berakhir pada 6 April 2025, dengan total 5,4 juta penayangan. Sejak tayang perdana pada 7 Maret 2025, serial ini langsung menduduki posisi teratas di Top 10 Netflix Indonesia.
Tak hanya itu, serial ini juga mencetak rekor sebagai drama Korea dengan nilai tertinggi sepanjang masa di IMDb. Dikutip dari Allkpop, per 3 April 2025, serial ini mendapat rating 9,4, naik dari 8,7 saat dirilis. Episode terakhir (Episode 16) bahkan mencetak angka 9,8, dan 12 dari 16 episode lainnya mendapat skor di atas 9,0. Capaian ini melampaui drama-drama besar Korea sebelumnya seperti Kingdom Season 2 dan Move to Heaven yang mencatat skor 8,5, serta The Glory (7,6 dan 8,1), Squid Game (8,0), hingga The Trauma Code: Heroes on Call (8,4).
Kisah Cinta di Pulau Jeju
Drama When Life Gives You Tangerines mengikuti kisah Ae Sun (IU dan Moon So Ri) dan Gwan Sik (Park Bo Gum dan Park Hae Joon), sepasang kekasih yang hidup di Pulau Jeju selama enam dekade, dimulai sejak tahun 1960-an. Cerita mengangkat kehidupan Ae Sun yang tumbuh bersama ibunya, seorang haenyeo atau penyelam perempuan tradisional.
Serial ini digarap oleh sutradara Kim Won Suk (My Mister) dan penulis Lim Sang Choon (When the Camellia Blooms). Kisahnya mendapat banyak pujian karena menggabungkan realisme, emosi, dan kekuatan naratif dalam menyampaikan perjuangan cinta di tengah kerasnya kehidupan.