Grebeg Syawal 2025 di Solo Safari, Ada Kisah Perjuangan Joko Tingkir Mengarungi Bengawan Solo

1 day ago 3

TEMPO.CO, Solo - Pasukan Bregada atau Prajurit Karaton, yang terdiri atas Tamtama, Soro Geni, Prawiro Anom, Jayeng Astra, Doropati, dan Joyosuro, berjalan mengiringi sosok Joko Tingkir yang sedang berkuda menuju tepi Sungai Bengawan Solo. Bersama tiga sahabatnya, Joko Tingkir kemudian melakukan perjalanan mengarungi Sungai Bengawan Solo dengan menggunakan perahu bambu rakit alias gethek. Adegan itu merupakan bagian dari rangkaian acara Grebeg Syawal Tahun 2025 yang diselenggarakan oleh Solo Safari berkolaborasi dengan Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat pada Ahad, 6 April 2025.

Gethek yang menjadi alat transportasi Joko Tingkir ini melambangkan kemampuan untuk mengatasi segala rintangan dan bahaya dalam mengarungi kehidupan. Hal ini tercermin dalam tembang Mijil "Sigra Milir Sang Gethek Sinangga Bajul," yang berarti Joko Tingkir yang naik gethek mampu mengatasi segala rintangan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Selama perjalanan, Joko Tingkir dan sahabat-sahabatnya itu harus menghadapi berbagai rintangan. Hingga akhirnya Joko Tingkir tiba di seberang sungai dan kehadirannya disambut gembira oleh masyarakat.

Tokoh Joko Tingkir dalam Grebeg Syawal 2025 tersebut diperankan oleh BRM Yudhistira Rachmat Saputro, yang merupakan cucu dari Paku Buwono (PB) XIII.

Acara dimeriahkan dengan tarian penyambut Joko Tingkir. Tarian itu melambangkan penyambutan dan rasa syukur setelah perjuangan panjang Joko Tingkir mengarungi Sungai Bengawan Solo dengan menggunakan gethek. Sebagai puncak acara, penyelenggara berbagi isi gunungan ketupat yang membuat suasana di Solo Safari semakin semarak. 

Filosofi Ketupat

Ketupat memiliki filosofi atau makna ngaku lepat atau mengakui kesalahan. Filosofi ini mengingatkan bahwa dalam kehidupan manusia, tidak ada yang luput dari kesalahan dan kekurangan. 

Ketupat yang dibagikan kepada pengunjung Solo Safari  memiliki makna kesadaran diri atas kesalahan dan kekurangan selama kehidupan serta kemudian mengakui hingga memperbaiki kesalahan tersebut, mengingatkan untuk selalu intropeksi diri. 

Masyarakat Jawa percaya bahwa berbagi ketupat melambangkan keberhasilan dalam meraih kemenangan dan kebaikan setelah berpuasa, serta memperoleh kebaikan dan mempererat tali silaturahmi antar-sesama di Hari Raya.

Kolaborasi Tradisi dan Pariwisata

General Manager Solo Safari Yustinus Sutrisno mengemukakan perhelatan Grebeg Syawal bukan sekadar tradisi secara turun-temurun, tapi juga sebagai bentuk kolaborasi antara tradisi dan pariwisata, serta sebagai sarana untuk menyampaikan nilai-nilai luhur dan kearifan lokal kepada masyarakat khususnya pengunjung Solo Safari.
 
"Kami merasa terhormat dapat kembali menggelar Grebeg Syawal bersama Keraton Kasunanan Surakarta," ujar Yustinus kepada wartawan. 

KGPH Dipokusumo dari Keraton Surakarta menambahkan, Grebeg Syawal merupakan ungkapan syukur dan kegembiraan setelah menjalankan ibadah puasa dan merayakan hari kemenangan Idul Fitri yang dikemas dalam unsur tradisi dan budaya. "Kami berharap melalui acara ini, masyarakat dapat lebih memahami filosofi di balik tradisi ini dan menikmati serta semakin mencintai budaya Karaton Kasunanan Surakarta lebih dekat," kata Dipokusumo. 

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |