Hari Bipolar Sedunia 30 Maret: Deteksi Gangguan Bipolar dan Jenis-jenisnya

2 days ago 5

TEMPO.CO, Jakarta - Hari Bipolar Sedunia diperingati setiap 30 Maret sebagai upaya meningkatkan kesadaran dan mengurangi stigma terkait gangguan bipolar. Momen ini menjadi kesempatan untuk memperdalam pemahaman, berbagi pengalaman, serta menunjukkan dukungan bagi individu yang terdampak.

Dilansir dari International Bipolar Foundation, visi Hari Bipolar Sedunia (WBD) adalah meningkatkan kesadaran global mengenai gangguan bipolar serta menghapus stigma sosial yang menyertainya. Melalui kerja sama internasional, WBD bertujuan memberikan edukasi dan meningkatkan sensitivitas masyarakat terhadap kondisi ini.  

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

WBD merupakan inisiatif yang diprakarsai oleh International Bipolar Foundation (IBPF) bersama Asian Network of Bipolar Disorder (ANBD) dan International Society for Bipolar Disorders (ISBD).  

Bagi mereka yang hidup dengan gangguan bipolar, Hari Bipolar Sedunia menjadi kesempatan untuk terhubung dengan sesama, mengakses sumber daya yang bermanfaat, serta memperoleh dukungan yang dapat membantu meningkatkan kualitas hidup melalui pengobatan yang tepat.

Apa itu gangguan bipolar?

Dilansir dari Rethink Mental Illness, Gangguan bipolar adalah kondisi kesehatan mental yang memengaruhi suasana hati, ditandai dengan perubahan emosi yang ekstrem. Gangguan ini dapat mencakup episode mania, depresi, dan dalam beberapa kasus, gejala psikotik. 

Meskipun penyebab pastinya belum diketahui, gangguan bipolar diyakini dipengaruhi oleh kombinasi faktor genetik dan lingkungan. Pengelolaan kondisi ini umumnya melibatkan penggunaan obat-obatan dan terapi bicara untuk membantu mengendalikan gejala serta meningkatkan kesejahteraan.  

Individu dengan gangguan bipolar dapat mengalami:  

• Perasaan sangat gembira, bersemangat, atau euforia  

• Peningkatan energi dan aktivitas yang signifikan  

• Berkurangnya kebutuhan tidur tanpa merasa lelah  

• Halusinasi atau keyakinan yang tidak sesuai dengan kenyataan (dalam beberapa kasus dengan gejala psikotik)  

• Perasaan sangat sedih, putus asa, atau hampa  

• Energi rendah dan kelelahan yang luar biasa  

• Kesulitan berkonsentrasi atau mengambil keputusan  

Sebagian orang dengan gangguan bipolar merasa stabil di antara episode, dan tingkat keparahan gejala dapat berbeda pada setiap individu. Namun, jika gejalanya cukup berat, kondisi ini dapat berdampak signifikan pada kehidupan sehari-hari, termasuk pekerjaan, pendidikan, dan hubungan sosial.

Jenis-jenis gangguan bipolar dan gangguan terkait

Dilansir dari Mayo Clinic, terdapat beberapa jenis gangguan bipolar dan kondisi yang berkaitan, di antaranya:

- Gangguan Bipolar I. Ditandai dengan setidaknya satu episode mania, yang dapat terjadi sebelum atau sesudah episode hipomania atau depresi mayor. Dalam beberapa kasus, episode mania dapat menyebabkan gangguan realitas (psikosis).

- Gangguan Bipolar II. Ditandai dengan setidaknya satu episode depresi mayor dan satu episode hipomania, tetapi tidak pernah mengalami episode mania.

- Siklotimia (Cyclothymia). Ditandai dengan periode berulang gejala hipomania dan depresi selama setidaknya dua tahun pada orang dewasa, atau satu tahun pada anak-anak dan remaja. Namun, gejala ini tidak seberat depresi mayor.

- Jenis lainnya. Termasuk gangguan bipolar atau gangguan terkait yang dipicu oleh penggunaan obat-obatan, alkohol, atau kondisi medis tertentu, seperti penyakit Cushing, multiple sclerosis, atau stroke.

Gangguan bipolar dapat melibatkan episode mania, hipomania (yang lebih ringan daripada mania), dan depresi. Gejala-gejala ini menyebabkan perubahan suasana hati dan perilaku yang tidak dapat diprediksi, sering kali mengganggu kehidupan sehari-hari.

Gangguan bipolar II bukan bentuk yang lebih ringan dari bipolar I, melainkan diagnosis yang berbeda. Meskipun episode mania pada bipolar I bisa sangat parah dan berbahaya, individu dengan bipolar II cenderung mengalami periode depresi yang lebih lama.

Gangguan bipolar dapat muncul pada usia berapa pun, tetapi umumnya didiagnosis pada masa remaja atau awal usia 20-an. Gejala dapat bervariasi antara individu dan dapat berubah seiring waktu.

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |