Hasil Riset Meragukan Citra Hijau HVO Sebagai Alternatif Diesel

2 hours ago 1

TEMPO.CO, Jakarta - Biofuel hydrotreated vegetable oil (HVO) atau minyak nabati yang telah diolah dengan hidrogenasi secara umum dianggap sebagai alternatif yang efektif dan ramah lingkungan, meskipun sedikit lebih mahal, untuk bahan bakar diesel.

Namun, laporan baru oleh Transport & Environment (T&E) menyoroti kemungkinan besar penipuan skala besar di sepanjang rantai pasokan. HVO, yang juga semakin banyak digunakan di sektor kereta api, ternyata tidak sehijau yang diklaim.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dikutip dari RailTech.com, bahan bakar alternatif HVO diklaim dapat menghemat emisi hingga 90 persen dibandingkan bahan bakar fosil tradisional seperti solar. "Bahan bakar ini telah menjadi pengganti solar yang semakin populer, juga di sektor perkeretaapian," kata penulis RailTech.com, Dennis van der Laan dikutip, Ahad, 20 April 2025.

Dennis memberikan contoh cabang pengangkutan Deutsche Bahn, DB Cargo, sedang dalam proses mengganti semua bahan bakar diesel dalam operasinya. Hal ini dianggap sebagai solusi yang relatif mudah untuk mengurangi emisi dalam jangka pendek karena dapat digunakan pada mesin diesel tanpa perlu perbaikan.

Menurut dia, ScotRail juga menguji coba HVO, dan operator penumpang Arriva di Belanda menggunakan HVO dalam operasinya pada jalur non-listrik, meskipun pada tahun 2023 untuk sementara beralih kembali ke bahan bakar diesel karena harga HVO yang tinggi.

Dennis menyebutkan HVO sering kali diproduksi menggunakan limbah pabrik kelapa sawit (POME), residu produksi minyak kelapa sawit. Bagian berminyak dari POME dapat diekstraksi dan digunakan sebagai biofuel. "Hampir dua pertiga biofuel berbasis POME di UE digunakan untuk produksi HVO," ujarnya.

Menurut laporan oleh T&E, konsumsi itu dapat mencakup sekitar seperempat konsumsi HVO di Eropa, yang dibuat oleh perusahaan-perusahaan seperti Eni, Repsol, Shell, Total, BP, dan Neste. Penggunaan POME dalam HVO tampaknya merupakan langkah yang cukup sederhana untuk mengurangi emisi karbon global.

Namun, data impor menimbulkan keraguan serius atas sifat residu POME. T&E mengatakan bahwa bahan POME yang digunakan dalam biofuel Uni Eropa dan Inggris mencapai dua juta ton pada tahun 2023. Jumlah itu adalah angka yang tidak terduga, mengingat perkiraan ketersediaan POME global tidak lebih dari satu juta ton. “Ketidaksesuaian tersebut menunjukkan bahwa praktik penipuan kemungkinan terjadi di sepanjang rantai pasokan biofuel," tulis Laporan T&E. 

Dengan kata lain, sebagian besar POME yang diimpor mungkin sama sekali bukan residu. Laporan T&E menduga itu bisa saja merupakan minyak kelapa sawit yang baru diproduksi secara terselubung, yang berarti penghematan emisi karbon yang jauh lebih sedikit karena penggundulan hutan yang terkait, karena permintaan global yang meningkat terhadap minyak tersebut dalam semua jenis produk.

Menurut Dennis, kebijakan biofuel Eropa yang diperkenalkan pada tahun 2009 menyebabkan peningkatan konsumsi minyak kelapa sawit. Namun, kata dia, kebijakan ini juga menyebabkan deforestasi skala besar dan pelanggaran hak asasi manusia untuk memungkinkan produksi massal. 

Kebijakan yang direvisi dari tahun 2018 memicu penurunan tajam konsumsi minyak kelapa sawit di Eropa. Sebaliknya, kata dia, minyak limbah sekarang lebih disukai, seperti minyak goreng dan residu minyak kelapa sawit POME.

Tidak mengherankan, impor POME di Eropa telah tumbuh pesat dalam beberapa tahun terakhir. Misalnya, konsumsi POME di Jerman meningkat empat kali lipat antara tahun 2021 dan 2022, dan di Irlandia dan Belgia tumbuh masing-masing 26 kali lipat dan 14 kali lipat (pada tahun 2023).

Dennis menyebutkan Pemerintah Inggris saat ini juga sedang menyelidiki HVO menyusul klaim penipuan yang meluas. Menurut dia, laporan tersebut menduga produsen menggunakan minyak kelapa sawit murni, alih-alih menggunakan POME atau limbah.

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |