PBB: Gaza Jadi Lokasi dengan Kelaparan Tertinggi di Dunia

1 day ago 3

TEMPO.CO, Jakarta -Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan bahwa Gaza kini menjadi "tempat paling kelaparan di dunia" dengan seluruh penduduknya menghadapi risiko kelaparan massal. PBB mendesak Israel untuk menghentikan apa yang disebutnya sebagai kampanye kelaparan yang disengaja dan membuka akses bantuan makanan ke wilayah yang terkepung tersebut.

Dalam pernyataan pada Jumat seperti dilansir Aljazeera, juru bicara Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA), Jens Laerke, mengungkapkan bahwa misi bantuan untuk warga Palestina Gaza merupakan "operasi bantuan yang paling terhambat dalam sejarah terkini."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Operasi bantuan yang telah kami siapkan kini terkendala dalam 'jaket ketat operasional' yang membuatnya menjadi salah satu operasi bantuan paling terhambat, tidak hanya di dunia saat ini, tetapi juga dalam sejarah terkini," kata Laerke.

Bantuan Terbatas Meski Ada Persetujuan

Dari 900 truk bantuan yang telah disetujui untuk masuk melalui penyeberangan Karem Abu Salem (yang dikenal sebagai Kerem Shalom di Israel) dari sisi Israel, kurang dari 600 truk yang berhasil dibongkar di Gaza. Jumlah bantuan yang berhasil diambil untuk didistribusikan bahkan lebih sedikit lagi.

Kondisi ini tercermin dari kesaksian seorang warga Palestina kepada Al Jazeera: "Saya tidak punya tepung, tidak ada minyak, tidak ada gula, tidak ada makanan. Saya mengumpulkan roti berjamur dan memberikannya kepada anak-anak saya. Saya ingin mendapatkan satu kantong tepung untuk anak-anak saya. Saya ingin makan. Saya lapar."

Koresponden Al Jazeera, Hani Mahmoud, melaporkan dari Kota Gaza bahwa bagian utara Jalur Gaza, termasuk Kota Gaza, "tidak melihat setetes pun bantuan masuk yang diizinkan dalam beberapa hari terakhir."

Krisis Distribusi dan Kontroversi Organisasi Bantuan

Setelah hampir tiga bulan blokade, Israel, di bawah tekanan dari pemerintah Barat dan organisasi kemanusiaan internasional, mengizinkan bantuan terbatas masuk ke wilayah tersebut dan melanjutkan operasi PBB yang terbatas.

Namun, Israel juga mendorong Gaza Humanitarian Foundation (GHF), sebuah distributor bantuan swasta yang didukung Amerika Serikat, untuk menyediakan bantuan makanan penting bagi warga Palestina yang kelaparan.

PBB dan kelompok bantuan lainnya menolak bekerja sama dengan GHF, dengan alasan organisasi tersebut tidak memiliki netralitas dan model distribusinya memaksa pemindahan warga Palestina.

Juru bicara PBB, Stephane Dujarric, mengatakan kepada wartawan pada Jumat bahwa meskipun bantuan apa pun yang sampai kepada mereka yang membutuhkan adalah "baik", pengiriman bantuan hanya memiliki "dampak yang sangat, sangat kecil."

Kondisi Semakin Memburuk

"Situasi bencana di Gaza adalah yang terburuk sejak perang dimulai," kata Dujarric.

Dengan hanya tiga dari empat titik distribusi yang disiapkan untuk menerima bantuan dari GHF, orang-orang seperti Layla al-Masri, seorang warga Palestina yang mengungsi, pulang dengan tangan kosong.

"Apa yang mereka katakan tentang keinginan mereka untuk memberi makan rakyat Gaza adalah kebohongan belaka. Mereka tidak memberi makan orang-orang atau memberi mereka apa pun untuk diminum," katanya.

Abdel Qader Rabie, pengungsi Palestina lainnya, mengatakan keluarganya tidak memiliki apa-apa untuk dimakan. "Tidak ada tepung, tidak ada makanan, tidak ada roti, kami tidak punya apa-apa di rumah," katanya.

Kritik terhadap Jenis Bantuan

Eri Kaneko, juru bicara urusan kemanusiaan PBB, juga mengkritik jenis bantuan yang diizinkan dibawa oleh badan-badan PBB ke Gaza.

"Otoritas Israel tidak mengizinkan kami membawa satu pun makanan siap saji. Satu-satunya makanan yang diizinkan adalah tepung untuk toko roti. Bahkan jika diizinkan dalam jumlah tidak terbatas, yang tidak demikian, itu tidak akan menjadi diet lengkap untuk siapa pun," kata Kaneko.

Pelapor khusus PBB untuk hak atas pangan, Michael Fakhri, menggambarkan GHF sebagai "umpan untuk mengumpulkan orang" yang "melanggar setiap prinsip hukum internasional."

Keputusasaan yang Meningkat

Koresponden Al Jazeera, Hind Khoudary, melaporkan dari Deir el-Balah di Gaza bahwa tidak banyak makanan yang masuk ke wilayah tersebut karena jumlah truk yang masuk dan bantuan yang mereka bawa sangat terbatas.

"Meskipun truk-truk masuk selama beberapa hari terakhir, warga Palestina mengatakan mereka belum benar-benar menerima makanan apa pun karena tidak ada titik distribusi normal," katanya, menambahkan bahwa banyak yang kembali dengan panci kosong.

"Beberapa orang tua mengatakan mereka memberikan air kepada anak-anak mereka hanya untuk membuat mereka merasa kenyang. Orang-orang mengatakan mereka bersedia melakukan apa saja untuk satu kantong tepung atau satu paket makanan. Mereka sangat putus asa."

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |