TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyatakan lembaganya bisa memprediksi musim hingga enam bulan ke depan dengan akurasi 85 persen. Prediksi fenomena alam selama ini didukung oleh teknologi kecerdasan buatan atau AI.
“Prediksi ini bisa lebih akurat dan presisi hingga skala kota, kabupaten atau bahkan satu desa,” katanya dalam keterangan tertulis pada Selasa, 6 Mei 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sistem peringatan dini multi bahaya berbasis AI, menurut Dwikorita, diinisiasi oleh Climate Smart Indonesia. Sistem ini tidak hanya dirancang untuk mengingatkan potensi bencana alam, tapi juga mendeteksi lonjakan penyakit yang muncul akibat krisis iklim.
Perlu diketahui, Climate Smart Indonesia merupakan inisiatif hasil kolaborasi lembaga dan kementerian, beranggotakan perwakilan dari Kolaborasi Riset dan Inovasi Industri Kecerdasan Artifisial (KORIKA), Kementerian Kesehatan, Institute for Health Modeling and Climate Solutions (IMACS), serta Mohamed bin Zayed University of Artificial Intelligence (MBZUAI).
Tim BMKG juga mengembangkan platform layanan pintar, seperti DBDKlim, untuk kebutuhan peringatan dini lonjakan kasus demam berdarah. Layanan digital yang sudah tersedia di Jakarta dan Bali itu diklaim berhasil mendorong program preventif di daerah, seperti penyemprotan, edukasi, serta pemberantasan sarang nyamuk.
“Semakin cepat kita bertindak, semakin besar peluang kita menyelamatkan masyarakat dari dampak paling buruk perubahan iklim,” ujar Dwikorita.
Saat ini, dia mengimbuhkan, BMKG juga menyediakan layanan pemantauan cuaca, kualitas udara, dan informasi pendukungnya secara real-time melalui aplikasi. Layanan ini bisa diakses secara gratis oleh masyarakat.