Usai Lebaran Nilai Tukar Rupiah dan Daya Beli Warga Melemah

1 week ago 11

TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah menembus lebih dari angka Rp 17.000 per dolar Amerika Serikat usai Lebaran 2025. Pelemahan nilai tukar rupiah tersebut juga diikuti sejumlah penurunan daya beli masyarakat yang terjadi secara berkala sejak 2024 silam. 

Pelemahan Nilai Rupiah

Nilai rupiah terhadap dolar AS terus mengalami pelemahan secara signifikan dalam beberapa bulan terakhir, utamanya pada awal 2025. Ekonom dan pengamat kebijakan publik Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta Achmad Nur Hidayat mengungkapkan bila depresiasi atau penurunan rupiah yang menyentuh angka Rp 17.261 per dolar AS turut diakibatkan faktor domestik.

“Ini bukan sekadar persoalan eksternal, melainkan ketidaksiapan Bank Indonesia dan pemerintah dalam membangun ketahanan ekonomi domestik yang tahan banting,” ujar Achmad dalam keterangan resminya pada Senin, 7 April 2025.

Menurut Achmad, pelemahan rupiah yang terjadi berulang kali mencerminkan kerapuhan fundamental ekonomi Indonesia. Indonesia mengalami defisit transaksi berjalan Indonesia pada 2025 yang diprediksi membengkak di angka 1,18 persen sampai 2,3 persen dari Produk Domestik Bruto. Defisit tersebut terjadi karena ketergantungan impor yang kronis di sektor retail, manufaktur, dan energi saat Bank Indonesia dan pemerintah telah berulang kali diperingatkan untuk mempercepat industrialisasi dan diversifikasi energi.

Achmad mengatakan jika Bank Indonesia gagal mengantisipasi arus modal spekulatif. Arus modal asing yang masuk ke Indonesia berjangka pendek sehingga menjadi safe haven bagi para spekulan. Tetapi, aliran dana tersebut mudah keluar saat sentimen global tengah memburuk.

Penurunan Daya Beli

Center of Economic and Law Studies (Celios) mengungkapkan adanya penurunan daya beli di awal tahun atau lebaran 2025. Kondisi melemahnya daya konsumsi masyarakat ini dinilai lebih buruk jika dibanding dengan periode Idul Fitri tahun lalu.

Direktur Ekonomi Celios Nailul Huda mengatakan bila daya beli masyarakat merosot akibat skema Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang marak terjadi. PHK telah menyebabkan kinerja konsumsi melemah. Salah satu indikatornya adalah Indeks Keyakinan Konsumen (IKK).

“Situasinya cukup anomali. Mengacu pada periode 2022 hingga 2024, biasanya terjadi kenaikan IKK di bulan Januari karena ada optimisme konsumen di awal tahun. Kondisi keyakinan konsumen melemah juga terjadi di bulan Februari 2025,” kata Huda lewat keterangan resmi, Selasa, 1 April 2025.

Menurut paparan data dari Celios, penurunan daya beli masyarakat juga dapat disadari dari penurunan angka Indeks Penjualan Riil (IPR). Pada Desember 2024, angka IPR menyentuh 222 poin dan mengalami penurunan menjadi 221,5 pada awal bulan 2925, berbeda dengan pergerakan di Desember 2023 ke Januari 2024 yang masih bergerak positif. Artinya, konsumen tidak yakin akan perekonomian tahun 2025 yang mendorong penjualan barang-barang eceran ikut turun. Akibatnya, daya beli masyarakat semakin terperosok.

Selain itu, terjadi pula penurunan jumlah uang beredar atau deflasi. Tambahan uang beredar diprediksi hanya berada di angka Rp 114,37 triliun tahun ini, sementara tambahan uang beredar mencapai Rp 136,97 triliun saat momen Ramadan dan Idul Fitri 2025. Menurut Celios, Tambahan Jumlah Uang yang Beredar (JUB) di momen Ramadan dan Idul Fitri 2025 melemah sebesar minus 16,5 persen dibandingkan momen sama di 2024.

Anastasya Lavenia Y, Ilona Estherina, Nabiila Azzahra, Sultan Abdurrahman, dan Rehan Oktra Halim berkontribusi dalam penulisan artikel ini.

Pilihan Editor: Nilai Tukar Rupiah Sentuh Rp 17 Ribu Per Dolar AS, Peneliti UII Soroti Penyebab dan Bahayanya

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |