7 Kunci Keberhasilan PSG Menjadi Juara Liga Prancis 2024/2025

23 hours ago 4

TEMPO.CO, Jakarta - Paris Saint-Germain (PSG) telah memastikan gelar juara Liga Prancis (Ligue 1) 2024/2025 dengan enam pertandingan tersisa. Mereka memastikan gelar itu setelah mengalahkan Angers dengan skor 1-0 dalam pertandingan pekan ke-28 di Stadion Parc des Princes, Paris, Sabtu, 6 April 2025.

Gol Desire Doue pada menit ke-55 memastikan Le Parisien meraih gelar Liga Prancis ke-13 atau yang keempat secara beruntun. Yang membuat gelar musim ini lebih istimewa adalah mereka meraihnya tanpa pernah kalah sekalipun. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Di bawah kepemimpinan pelatih Luis Enrique, PSG menjelma menjadi tim yang lebih solid, kolektif, dan berorientasi pada kerja sama tim. Mereka terlihat berbeda dan tidak lagi ketergantungan pada satu pemain bintang.

Berikut faktor-faktor utama di balik kesuksesan PSG:

1. Tanpa Mbappe Kerja Sama Tim Lebih Solid

Kylian Mbappé telah menjadi pahlawan tunggal PSG dalam beberapa musim terakhir, sering kali mencetak gol penentu atau penyama kedudukan di menit-menit akhir pertandingan besar. Sebelumnya, kehebatan Mbappe menutupi kekurangan lain di tim, seperti lini tengah yang kurang kuat dan pertahanan yang mudah panik di bawah tekanan.

Muism ini, Mbappe hijrah ke Real Madrid. Luis Enrique mengambil langkah berani untuk tidak mencari pengganti langsung sebagai mesin gol. Sebaliknya, ia mendorong seluruh tim untuk berkontribusi secara merata. Hasilnya, sejumlah pemain muda dan pemain pendukung mulai bersinar, seperti Bradley Barcola (22 tahun, 18 gol musim ini) dan Desire Doue (19 tahun, 11 gol).

Strategi ini berhasil menciptakan tim yang lebih seimbang dan tidak bergantung pada satu individu. Total empat pemain PSG telah mencetak 10 gol atau lebih musim ini, dua kali lipat dari jumlah musim lalu.

2. Disiplin Tanpa Pilih Bulu

Luis Enrique dikenal sebagai pelatih yang tegas termasuk terhadap pemain bintang. Sikap ini terlihat ketika ia mencoret Ousmane Dembele dari skuad inti dalam pertandingan penting Liga Champions melawan Arsenal karena alasan disiplin. Meskipun PSG kalah 0-1, keputusan Enrique mengirimkan pesan kuat kepada seluruh tim bahwa dedikasi adalah prioritas utama.

Hasilnya, Dembele justru bangkit dengan performa gemilang setelah insiden tersebut. Ia kini menjadi top skor Ligue 1 dengan 21 gol dan total 32 gol di semua kompetisi, membuktikan bahwa keputusan Enrique adalah langkah yang tepat. Transformasi Dembele menjadi pemain yang lebih dewasa dan produktif adalah salah satu cerita sukses musim ini.

3. Kedatangan Khvicha Kvaratskhelia

Meskipun PSG sedang bergerak menjauh dari era "galactico" (pemain super bintang), mereka tetap berhasil mendatangkan pemain berkualitas tinggi seperti Khvicha Kvaratskhelia dari Napoli. Pemain asal Georgia ini didatangkan dengan biaya transfer 70 juta euro (sekitar Rp1,1 triliun) dan langsung memberikan dampak signifikan.

Kvaratskhelia tidak hanya mencetak gol dan assist, tetapi juga memiliki etos kerja yang luar biasa. Ia sering turun membantu pertahanan, sebuah sikap yang sangat dihargai oleh Enrique. Fleksibilitasnya memungkinkan ia bermain di kedua sayap, sehingga meningkatkan variasi serangan PSG.

4.Peran Penting Super-sub Gonzalo Ramos

Gonçalo Ramos adalah contoh sempurna pemain yang menerima peran cadangan dengan sikap positif. Meski memiliki kemampuan mencetak gol yang luar biasa, striker asal Portugal ini rela duduk di bangku cadangan demi kepentingan tim. Ketika diberi kesempatan, Ramos selalu tampil maksimal dan telah mencetak 14 gol dalam 30 pertandingan musim ini.

5. Kemunculan Bintang Muda Desire Doue

Pembelian Desire Doue dari Rennes seharga 50 juta euro (sekitar Rp 830 miliar) awalnya menuai kritik karena usianya yang masih muda dan minim pengalaman. Namun, Enrique melihat potensi besar dalam dirinya, mengingat Rennes dikenal sebagai klub yang sukses mengembangkan bakat muda (contohnya Ousmane Dembélé).

Doue membuktikan bahwa Enrique tidak salah pilih. Ia mampu berimprovisasi dalam situasi sulit, memiliki sentuhan bola yang halus, dan sering melakukan penetrasi dari lini kedua. Performanya melawan Liverpool di babak 16 besar Liga Champions juga menunjukkan mentalitas yang matang.

6. Keseimbangan Tim dan Rotasi Pemain

Salah satu keunggulan PSG musim ini adalah kedalaman skuad mereka. Enrique tidak ragu melakukan rotasi pemain untuk menjaga kebugaran tim, terutama di tengah jadwal padat antara liga domestik dan kompetisi Eropa. Selain itu, persaingan internal yang ketat membuat para pemain termotivasi untuk memberikan yang terbaik setiap kali diturunkan.

Dengan strategi yang lebih kolektif dan berbasis kerja sama tim, PSG telah meletakkan fondasi kuat untuk masa depan. Alih-alih bergantung pada bintang tua seperti Zlatan Ibrahimovic atau Lionel Messi, mereka kini memiliki serangan yang dipenuhi pemain muda berbakat seperti Barcola, Doué, dan Kvaratskhelia.

7. Kompetisi Domestik yang Tidak Seimbang

Liga Prancis musim ini seperti kembali kepada ciri aslinya. Tak ada tim lain yang cukup kuat untuk menandingi PSG. Pada musim-musim sebelumnya, beberapa tim mampu menemukan performa terbaiknya dengan skuad yang biasa saja, termasuk Lille.

Musim ini, kejutan serupa tak terjadi. Monaco yang finis kedua kerap tampil inkonsisten melawan tim besar. Lille yang ada di peringkat ketiga terlihat lebih fokus ke Eropa mengurangi daya saing domestik. Marseille dan Lyon terpuruk di papan tengah karena masalah internal dan finansial.

Kondisi ini merupakan kondisi yang wajar di Ligue 1 mengingat kesenjangan keuangan yang terjadi. PSG memiliki anggaran 600 juta euro per tahun, jauh di atas rival domestik (100-200 juta euro),  memungkinkan skuad lebih berkualitas.

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |