75 Persen Kasus DBD Terjadi di Usia 5-44 Tahun

4 hours ago 3

TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Divisi Infeksi dan Penyakit Tropis KSM/Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSUP Hasan Sadikin – Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran Bandung, Dokter Spesialis Anak Konsultan Anggraini Alam menjelaskan anak-anak memiliki risiko tertinggi mengalami demam berdarah dengue (DBD) berat dan kematian. Ia menambahkan semua orang berisiko terkena DBD, mulai dari bayi baru lahir hingga lansia. "Sekitar 75 persen kasus dengue terjadi pada kelompok usia 5-44 tahun dengan proporsi tingkat kematian tertinggi 40 persen terjadi pada anak-anak kelompok usia 5-14 tahun. Sistem imunitas yang belum sempurna pada anak-anak menjadi faktor utama yang meningkatkan risiko terkena DBD," katanya dalam keterangan pers yang diterima Tempo pada 28 April 2025.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan Ina Agustina Isturini, mengatakan pada 2024 jumlah kumulatif kasus DBD di Indonesia mencapai hampir 250 ribu kasus. Dari jumlah tersebut, tercatat ada lebih dari 1.000 kasus kematian dari 488 kabupaten/kota di 36 provinsi di Indonesia. Ina Agustina juga menambahkan dari tahun ke tahun, sejak 2016 tren perkembangan kasus DBD di Indonesia terus meningkat. "Sejak awal tahun 2025 hingga 16 Februari, jumlah kasus DBD di Indonesia sudah mencapai 10.752 kasus dengan jumlah kematian sebanyak 48 orang,” katanya. Ia menambahkan lonjakan kasus tertinggi di antaranya terjadi di DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sebelumnya, dalam rangka memperingati Hari Demam Berdarah Nasional, brand perawatan bayi dan anak My Baby menggelar kampanye Gerakan Indonesia Berantas Nyamuk sebagai upaya pencegahan penyebaran Demam Berdarah Dengue (DBD). DBD kerap menjadi salah satu penyakit yang masih mengancam kesehatan masyarakat di Indonesia. Tercatat penyakit yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus kasusnya tiap tahun selalu meningkat.

Tingginya risiko kematian akibat DBD pada anak-anak menjadi menjadi alarm serius bagi para orang tua untuk meningkatkan kewaspadaan dan melakukan langkah-langkah pencegahan sedini mungkin. Deputy Managing Director Consumer Cosmetic & Health Care Tempo Scan Group Winny Yunitawati memaparkan risiko kematian anak yang diakibatkan oleh DBD merupakan hal serius yang bisa kita cegah bersama-sama mulai dari lingkup yang paling kecil, yaitu keluarga. Ia juga menambahkan, timnya memiliki tanggung jawab untuk mengedukasi masyarakat, terutama para ibu, agar selalu siap melindungi anak-anak mereka dari serangan nyamuk pembawa virus dengue. "Komitmen ini diwujudkan dengan kembali menggelar aksi nyata Gerakan Indonesia Berantas Nyamuk," katanya. 

Winny mengatakan timnya mengajak 8 ribu keluarga di Bandung, Semarang, dan Surabaya untuk melakukan aksi pencegahan DBD melalui edukasi dan penerapan 3M Plus (Menguras, Menutup, Mendaur ulang Plus Menggunakan Minyak Telon) serta pengasapan di area pemukiman warga, pemberian produk minyak telon dan bubuk larvasida untuk memberantas jentik nyamuk. "Kami percaya bahwa edukasi dan tindakan nyata adalah kunci utama dalam mencegah DBD. Lewat kampanye ini, kami berharap para orang tua bisa lebih aktif menjaga kebersihan lingkungan dengan 3M Plus dan melindungi anak-anak mereka dari bahaya nyamuk," kata Winny Yunitawati.

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |