Asal Usul Asap Hitam dan Putih dalam Konklaf Pemilihan Paus

5 hours ago 3

TEMPO.CO, Jakarta - Konklaf pemilihan paus baru memasuki hari kedua pada Kamis, 8 Mei 2025. Di hari pertama kemarin, para kardinal belum berhasil memilih paus baru pengganti Fransiskus yang wafat 21 April lalu. 

Asap hitam yang mengepul dari cerobong Kapel Sistina pada hari Rabu mengindikasikan bahwa seorang paus baru belum dipilih. Gereja Katolik menggunakan asap untuk mengomunikasikan kepada publik apakah seorang paus baru telah terpilih.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Para kardinal pemilih dalam konklaf, yang berasal dari kata Latin yang berarti "dengan kunci," dikurung tanpa kontak dengan dunia luar. Jadi mereka menggunakan salah satu metode komunikasi jarak jauh tertua yaitu sinyal asap.

CBS News memberitakan bahwa setelah suara para kardinal dihitung, kertas suara dibakar di tungku di Kapel Sistina. Jika asap hitam yang keluar dari cerobong asap, berarti 1,4 miliar umat Katolik di dunia belum memiliki paus baru. Sementara asap putih berarti para kardinal telah memilih pemimpin gereja yang baru.

Sinyal asap telah digunakan untuk komunikasi selama ribuan tahun, tulis Clare Johnson, profesor Studi Liturgi dan Teologi Sakramental di Universitas Katolik Australia dalam sebuah artikel yang diterbitkan di  The Conversation. Sinyal asap digunakan sebagai peringatan, panggilan untuk berkumpul atau untuk menyampaikan berita. Banyak masyarakat menggunakan teknik canggih untuk menunjukkan pesan tertentu.

"Teknik-teknik ini dapat mencakup perubahan lokasi api (misalnya di tengah atau di puncak bukit), pengaturan warna asap (menggunakan jenis dedaunan yang berbeda atau dedaunan basah/kering), dan penghentian atau pengalihan kolom asap pada interval yang berbeda untuk menghasilkan pola asap tertentu," tulis Johnson.

Menurut profesor tersebut, para kardinal konklaf telah membakar surat suara setidaknya sejak 1417. Baru pada abad ke-18 Kapel Sistina memasang cerobong asap pertamanya. Setelah itu, asap pada waktu-waktu tertentu berarti paus baru belum terpilih dan tidak adanya asap menunjukkan bahwa ada paus baru, menurut Johnson.

Pertama kali asap putih menjadi indikator terpilihnya seorang paus baru adalah pada 1914. Paus sebelumnya, Pius X, telah memerintahkan pada 1904 agar semua dokumen yang terkait dengan pemilihan, tidak hanya surat suara, dibakar. "Sehingga menghasilkan lebih banyak asap putih untuk pemungutan suara terakhir dan membuatnya benar-benar terlihat," tulis sejarawan Frederic J. Baumgartner dalam bukunya, " Behind Locked Doors: A History of the Papal Elections. "

Cara menciptakan asap hitam dan putih dalam konklaf

Selama bertahun-tahun, konklaf telah menggunakan metode yang berbeda untuk menciptakan asap hitam dan putih. 

Setelah beberapa kebingungan dalam pertemuan sebelumnya, termasuk pada 1958, ketika asap pertama kali tampak putih dan kemudian menjadi lebih gelap, pertemuan mulai menggunakan bahan kimia untuk mendapatkan warna yang tepat. 

Pada tahun 2013, mantan juru bicara Vatikan Federico Lombardi  mengatakan para kardinal menambahkan kartrid berisi kalium perklorat, antrasena atau komponen tar batubara dan sulfur ke surat suara yang dibakar untuk menghasilkan asap hitam. Jika paus baru telah terpilih, kalium klorat, laktosa, dan resin kloroform akan ditambahkan untuk menghasilkan asap putih.

Seorang Paus mungkin saja terpilih pada pemungutan suara pertama. Namun beberapa waktu terakhir, sulit memilih paus baru pada pemungutan suara di hari pertama.

Sidang konklaf terpendek yang pernah tercatat adalah pada 1503, ketika para kardinal hanya membutuhkan waktu 10 jam untuk memilih Paus Pius III sebagai paus baru. Mendiang Paus Fransiskus terpilih dalam dua hari dengan lima kali pemungutan suara dan dua paus sebelumnya terpilih dalam waktu dua atau tiga hari.

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |