Begini Efek Kesepakatan Tarif Amerika Serikat dengan Cina

5 hours ago 4

TEMPO.CO, Jakarta - Kesepakatan dagang terbaru antara Amerika Serikat (AS) dan Cina memberikan angin segar bagi perekonomian global. Kedua negara sepakat untuk menurunkan sementara tarif impor masing-masing menjadi 10 persen dan 30 persen selama periode 90 hari.

Kesepakatan ini mendinginkan perang dagang antar dua raksasa dunia ini sekaligus memberi kabar bagi bagi negara lainnya. “Kerja sama antarnegara tidak boleh dilakukan melawan atau merugikan kepentingan pihak ketiga,” kata Kementerian Luar Negeri Cina kepada Financial Times.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Meski sifatnya sementara, kesepakatan ini memunculkan harapan akan hubungan perdagangan yang lebih stabil antara dua kekuatan ekonomi terbesar dunia, dan dampaknya langsung terasa pada pasar dan proyeksi ekonomi global.

Pasar Saham Sumrigah

Pasar saham merespons positif kesepakatan tersebut terutama di Asia. Indeks Shanghai Composite naik hampir 0,9 persen, sedangkan bursa Shenzhen melonjak 0,6 persen, mencapai titik tertinggi dalam lebih dari satu bulan. Kenaikan ini didorong oleh lonjakan saham teknologi dan keuangan di Cina, yang sebelumnya terpukul akibat kebijakan tarif keras dari AS.

Sementara itu, di Eropa, bursa saham menunjukkan pergerakan yang beragam. Indeks FTSE 100 di London naik 0,1 persen menjadi 8.612 poin, namun DAX Jerman dan CAC Prancis masing-masing turun tipis 0,1 persen dan 0,4 persen.

Meskipun dampaknya tidak merata, arah positif dari kesepakatan ini menunjukkan bahwa pelaku pasar mulai melihat peluang pertumbuhan global yang lebih baik, terutama jika kesepakatan jangka panjang bisa tercapai dalam negosiasi lanjutan.

Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi

Institusi keuangan global seperti Goldman Sachs menyambut kesepakatan dagang ini dengan menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi sejumlah kawasan. Dilansir dari The Guardian, Goldman menaikkan prediksi pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Eropa untuk kuartal ketiga dan keempat tahun ini menjadi 0,1 persen, dari sebelumnya stagnan. Selain itu, proyeksi inflasi akhir tahun ini juga naik menjadi 2,1 persen, sebelum kembali turun menjadi 1,8 persen pada akhir 2026.

Goldman menjelaskan, kesepakatan AS dan Cina menandakan pengalihan jalur dagang global yang lebih sedikit dan keterbatasan tekanan terhadap harga barang di kawasan Eropa. Dengan kondisi tersebut, Goldman mengurangi prediksi pemangkasan suku bunga oleh Bank Sentral Eropa, yang kini diperkirakan akan memotong suku bunga hanya hingga 1,75 persen pada Juli, dibanding sebelumnya 1,5 persen pada September.

Efek Terhadap Kebijakan Moneter Inggris

Kesepakatan dagang AS-Cina juga membawa pengaruh terhadap kebijakan moneter di Inggris. Goldman Sachs kini memperkirakan pertumbuhan PDB Inggris akan meningkat sebesar 0,6 persen antara kuartal kedua dan keempat tahun ini, naik dari proyeksi sebelumnya sebesar 0,4 persen. Inflasi juga diperkirakan akan meningkat, mendorong Bank of England untuk menyesuaikan kebijakan suku bunganya.

Setelah memangkas suku bunga menjadi 4,25 persen pekan lalu, Bank of England diperkirakan akan melanjutkan pemangkasan secara bertahap menjadi 3 persen pada Februari 2026. Hal ini mencerminkan respons terhadap kondisi keuangan global yang lebih longgar, serta prospek pertumbuhan yang lebih baik akibat meredanya ketegangan dagang.

Meskipun kesepakatan dagang AS-Cina saat ini masih bersifat sementara, dampaknya sudah terasa di berbagai belahan dunia. Pasar saham meningkat, proyeksi ekonomi membaik, dan kebijakan moneter mulai disesuaikan.

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |