Cina Mulai Rakit Jaringan 2.800 Satelit Superkomputer AI di Antariksa

5 hours ago 1

TEMPO.CO, Jakarta - Cina melalui perusahaan teknologi ADA Space telah meluncurkan 12 satelit pertama dari proyek pembangunan jaringan superkomputer berbasis kecerdasan buatan (AI) di luar angkasa. Proyek ini bertujuan untuk membangun total 2.800 satelit yang akan membentuk sistem komputasi orbital dengan kemampuan pemrosesan data secara mandiri.

Satelit-satelit tersebut dikembangkan oleh ADA Space bekerja sama dengan Zhijiang Laboratory dan Neijang High-Tech Zone. “Satelit ini mampu memproses data yang mereka kumpulkan sendiri, alih-alih bergantung pada stasiun bumi untuk melakukannya,” demikian pengumuman ADA Space dikutip dari laporan The Verge, Rabu, 21 Mei 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Program ini dinamai ‘Star Compute’ dan menjadi bagian dari konstelasi yang disebut ‘Three-Body Computing Constellation’. Setiap satelit membawa model AI dengan delapan miliar parameter dan memiliki kapasitas pemrosesan sebesar 744 tera operasi per detik (TOPS). Secara kolektif, 12 satelit yang sudah mengorbit dapat menangani lima peta operasi per detik (POPS). Sebagai perbandingan, komputer dengan fitur Microsoft Copilot hanya membutuhkan sekitar 40 TOPS.

Ke depannya, jaringan ini ditargetkan mampu mencapai total 1.000 POPS, seiring dengan peluncuran ribuan satelit lainnya.

Satelit-satelit ini saling terhubung menggunakan teknologi komunikasi laser berkecepatan hingga 100 Gbps dan memiliki total kapasitas penyimpanan bersama sebesar 30 terabyte. Selain itu, masing-masing satelit membawa muatan ilmiah, termasuk detektor polarisasi sinar-X untuk mendeteksi fenomena kosmik seperti ledakan sinar gamma. Satelit juga mampu menghasilkan data digital kembaran 3D yang dapat dimanfaatkan untuk respons darurat, pengembangan gim, hingga sektor pariwisata.

Menurut South China Morning Post, keberadaan superkomputer luar angkasa ini tidak hanya mempercepat komunikasi data. Laporan tersebut mencatat bahwa pengiriman data dari satelit konvensional cenderung lambat dan terbatas. Hanya kurang dari 10 persen data satelit yang berhasil sampai ke Bumi karena keterbatasan bandwidth dan jumlah stasiun penerima.

Sejarawan antariksa sekaligus astronom dari Universitas Harvard Jonathan McDowell mengatakan bahwa pusat data orbit memiliki keunggulan efisiensi energi. “Pusat data orbital dapat menggunakan tenaga surya dan membuang panasnya ke luar angkasa, sehingga mengurangi kebutuhan energi dan jejak karbon,”ujarnya. Ia juga menilai proyek serupa berpotensi dikembangkan di Amerika Serikat dan Eropa.

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |