Idul Fitri 2025: Asal Usul dan Sejarah Halalbihalal, Tradisi Silaturahmi Khas Indonesia

1 day ago 6

TEMPO.CO, Jakarta - Salah satu tradisi masyarakat Indonesia setelah hari raya seperti Idul Fitri 2025 adalah melaksanakan halalbihalal. Tradisi ini telah berlangsung sejak zaman dahulu dan secara turun-temurun dilakukan oleh masyarakat dari segala kalangan.

Halalbihalal merupakan wujud ajaran Islam dalam membina ukhuwah atau persaudaraan pasca Lebaran. Sebelum dikenal seperti sekarang ini, tradisi Halalbihalal memiliki sejarah panjang yang menarik untuk ditelusuri.

Makna dan Definisi Halalbihalal
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Halalbihalal didefinisikan sebagai acara saling bermaafan pada hari Lebaran yang mengandung makna silaturahmi. Kata ini berasal dari bahasa Arab, yaitu "Halla" atau "Halala," yang memiliki banyak arti, seperti penyelesaian kesulitan, mencairkan yang beku, hingga melepas ikatan yang membelenggu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Namun, menariknya, Halalbihalal bukan tradisi yang berasal dari Mekkah atau Madinah, melainkan murni berasal dari Indonesia. Sejarahnya memiliki beberapa versi, yang masing-masing mencerminkan nilai-nilai persatuan dan kebersamaan yang khas di Nusantara.

Sejarah dan Asal Usul Halalbihalal

1. Halalbihalal di Zaman Mangkunegara I
Salah satu versi sejarah menyatakan bahwa Halalbihalal berakar dari tradisi yang dimulai oleh Mangkunegara I atau Pangeran Sambernyawa. Pada masa itu, selepas Salat Idul Fitri, beliau mengadakan pertemuan antara raja dengan para punggawa dan prajurit secara serentak di balai istana. Dalam pertemuan tersebut, raja dan para bawahannya saling bersungkeman, yakni tindakan berlutut sambil mencium tangan sebagai simbol penghormatan dan permohonan maaf. Tradisi ini kemudian menyebar di lingkungan kerajaan dan masyarakat luas, menjadi awal dari Halalbihalal yang kita kenal sekarang.

2. Halalbihalal di Era Kemerdekaan Indonesia
Versi lain menyebut bahwa tradisi Halalbihalal berkembang saat masa revolusi kemerdekaan Indonesia. Pada Ramadan 1946, Presiden Sukarno menghadapi tantangan besar dalam menyatukan para pemimpin politik yang terpecah. Untuk meredakan ketegangan, Soekarno meminta saran dari KH Abdul Wahab Hasbullah, seorang ulama pendiri Nahdlatul Ulama (NU).

KH Wahab Hasbullah kemudian menyarankan agar diadakan sebuah acara yang mempertemukan para tokoh politik dalam suasana Idul Fitri, dengan tujuan saling bermaafan dan menyatukan kembali semangat kebangsaan. Ia menamai acara ini "Halalbihalal." Soekarno menyambut baik ide ini dan mengundang para pemimpin politik ke Istana Negara pada Idul Fitri 1948. Sejak saat itu, Halalbihalal menjadi tradisi yang dilakukan di tingkat nasional dan menyebar ke seluruh lapisan masyarakat.

3. Pengaruh Pedagang India di Solo
Sejarah lain menyebutkan bahwa istilah Halalbihalal berasal dari para pedagang martabak asal India yang berdagang di kawasan Taman Sriwedari, Solo, sekitar tahun 1935-1936. Saat itu, mereka mempromosikan dagangannya dengan seruan "Martabak Malabar, halal bin halal, halal bin halal." Seiring waktu, istilah ini meluas dan diadopsi masyarakat sebagai sebutan untuk tradisi silaturahmi setelah Lebaran.

Hikmah dan Nilai Filosofis Halalbihalal
Tradisi halalbihalal di Idul Fitri mengandung banyak hikmah dan nilai yang sangat relevan dalam kehidupan sosial masyarakat Indonesia. Di antaranya adalah:

1. Mempererat Silaturahmi
Momen Halalbihalal menjadi ajang untuk berkumpul, mempererat hubungan keluarga, teman, dan rekan kerja.

2. Menghapus Dosa Sosial
Dengan saling meminta maaf, seseorang tidak hanya mendapatkan ampunan dari Allah tetapi juga dari sesama manusia.

3. Menanamkan Nilai Persatuan
Halalbihalal mencerminkan semangat kebersamaan dan persatuan di tengah keberagaman masyarakat Indonesia.

4. Menyegarkan Hubungan Sosial
Dalam dunia kerja maupun organisasi, Halalbihalal sering dijadikan sarana rekonsiliasi untuk memperbaiki hubungan yang mungkin renggang selama setahun terakhir.

5. Menjalankan Ajaran Islam
Konsep saling memaafkan dalam Halalbihalal sesuai dengan ajaran Islam yang menekankan pentingnya ukhuwah dan kasih sayang antar sesama.

Naomy A. Nugraheni, Melynda Dwi Puspita, dan Rahmat Amin Siregar turut berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Pilihan editor: Cara Mudah 15 Twibbon Idul Fitri 1446 H untuk Semarakkan Lebaran

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |