TEMPO.CO, Jakarta - Junta Myanmar pada Selasa 22 April 2025 memperpanjang gencatan senjata yang dideklarasikan setelah gempa bumi dahsyat bulan lalu hingga 30 April.
Seperti dilansir Channel NewsAsia, langkah ini diambil setelah kelompok bantuan dan mediator internasional menyerukan perpanjangan untuk memudahkan upaya bantuan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Junta militer – yang merebut kekuasaan dalam kudeta tahun 2021 dan memicu perang saudara di banyak lokasi – mengatakan akan berhenti menyerang berbagai lawan bersenjatanya setelah gempa berkekuatan 7,7 skala Richter yang telah menewaskan lebih dari 3.700 orang.
Pemantau konflik dan penduduk di zona pertempuran mengatakan pertempuran terus berlanjut di kedua belah pihak selama gencatan senjata 20 hari. Gencatan senjata— yang dinyatakan untuk memacu pengiriman bantuan di wilayah tengah Myanmar—akan berakhir pada Rabu tengah malam.
Gencatan senjata diperpanjang hingga 30 April, "bertujuan untuk melanjutkan proses pembangunan kembali dan rehabilitasi dengan cepat", kata tim informasi junta dalam sebuah pernyataan.
Namun, militer mengatakan tidak akan ragu untuk membalas jika kelompok bersenjata lain melancarkan serangan - seperti yang dikatakannya saat mengumumkan gencatan senjata.
Gempa bumi pada 28 Maret telah menyebabkan lebih dari 60.000 warga Myanmar tinggal di tenda-tenda, dan mendorong dua juta orang ke dalam "kebutuhan kritis akan bantuan dan perlindungan" menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Meskipun pertempuran terus berlanjut, kelompok-kelompok kemanusiaan dan kekuatan regional telah menyerukan agar jeda permusuhan diperpanjang karena upaya bantuan terus berlanjut hingga minggu keempat.
Pada Kamis lalu, kepala junta Min Aung Hlaing terbang ke Bangkok untuk bertemu dengan Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim. Merek melakukan pembicaraan rahasia yang jarang terjadi dengan ketua blok Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) yang beranggotakan 10 negara.
Anwar, yang negaranya saat ini memegang jabatan ketua bergilir ASEAN, mengatakan bahwa ia juga telah berbicara dengan oposisi Myanmar "Pemerintah Persatuan Nasional" yang menjanjikan gencatan senjata serupa setelah gempa bumi.
Kedua pihak sepakat "mereka akan melakukan apa pun yang diperlukan untuk menghindari perluasan pertempuran", kata Anwar kepada wartawan setelah pertemuan tersebut.