Kisah Tegel Rumah Eduard Douwes Dekker di Museum Multatuli

8 hours ago 5

TEMPO.CO, Jakarta - Museum Multatuli di Rangkabitung, Kabupaten Lebak, Banten, memamerkan beberapa benda yang berhubungan langsung dengan Eduard Douwes Dekker. Salah satunya adalah sebuah tegel rumahnya di Rangkasbitung yang dibawa dari Belanda.

Orang Belanda yang menggunakan nama pena Multatuli itu pernah menjabat sebagai asisten residen Lebak pada 1856. Selama masa jalabatannya yang hanya tiga bulan, ia menempati sebuah rumah di Rangkasbitung. Rumah itu masih ada sampai saat ini. Namun, karena usia, sebagain bangunan itu telah mengalami perubahan dan rusak, termasuk lantainya. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Staf Tenaga Ahli Edukator Museum Multatuli, Nur Hasanah, mengatakan bahwa lantai rumah yang pernah ditempati Douwes Dekker itu tidak lagi asli. Tegel aslinya sudah banyak yang hancur, hanya tersisa dua yang masih itu. 

"Lantai (tegel) tersebut ditemukan oleh para jurnalis Belanda yang pada saat itu napak tilas ke Kabupaten Lebak. Mereka menemukannya di bak sampah," kata Nur di kepada Tempo yang berkunjung ke museum itu pada Jumat, 2 Mei 2025. 

Oleh para jurnalis Belanda, tegel itu dibawa ke Negeri Kincir Angin untuk diselamatkan. Di Belanda juga terdapat satu Museum Multatuli yang menempati rumah tinggal penulis roman Max Havelaar itu di Amsterdam. "Tapi untuk kebutuhan koleksi kami, diambil satu. Satu lagi tetap di sana," kata Nur. 

Tegel berwarna abu-abu berbentuk segi enam itu kini dipajang di dalam kotak kaca di Museum Multatuli. Di sebelahnya terdapat keterangan tentang tegel tersebut serta buku-buku Max Havelaar dalam beberapa terbitan. 

Tegel bekas rumah Eduard Douwes Dekker atau Multatuli yang disimpan di Museum Multatuli, Rangkasbitung, Lebak, Banten (Dok. Museum Multatuli)

Rumah Multatuli Berstatus Cagar Budaya

Rumah Douwes Dekker selama di Rangkasbitung masuh ada sampai saat ini. Letaknya di belakang RSUD Adjidarmo Rangkasbitung. "Rumah itu sekarang kosong, tapi statusnya sudah cagar budaya," kata Nur. Ia juga menjelaskan bahwa rumah itu sempat digunakan sebagai gudang obat-obatan. 

Kenapa rumah itu tidak dijadikan Museum Multatuli, mengingat sejarahnya yang terkait langsung dengan tokoh tersebut? Nur menjelaskan bahwa rumah itu berada tepat di belakang instalasi gawat darurat RSUD. Jadi, pengunjung yang ingin ke sana harus melewati IGD. 

Rumah tersebut sempat direncanakan untuk direvitalisasi pada 2019. Tapi karena dananya dipakai untuk penanggulangan Covid, rencana itu dibatalkan. 

Museum Multatuli saat ini menempati sebuah bangunan bekas kantor Kawedanan Lebak yang dibangun pada 1923. Sebelum dijadikan museum, bangunan ini sempat difungsikan sebagai kantor wilayah hansip pada 1950-an lalu kantor Badan kepegawaian Daerah. Bangunan ini diubah jadi Museum Multatuli pada 2017, tetapi baru diresmikan pada 2018. 

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |