TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman menyatakan, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), serapan beras Perum Bulog sepanjang Januari hingga Mei 2025 mencapai 1,87 ton. Ia mengklaim angka itu merupakan tertinggi sepanjang sejarah.
“Biasanya serapan beras itu 5 tahun terakhir hanya 1 sampai 1,2 juta ton per tahun. Tapi alhamdulillah sekarang serapan beras dalam negeri tanpa impor 1,87 juta ton,” ujar Amran Sulaiman dalam jumpa pers di Kantor Kementerian Pertanian (Kementan), Jakarta, Senin, 5 Mei 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Angka serapan beras ini, Amran Sulaiman mengatakan, terus bertambah setiap jam. Di tengah jumpa pers, ia belakangan mengatakan angka ini telah bertambah menjadi 1,88 juta ton.
Amran Sulaiman kemudian menunjukkan data realisasi pengadaan beras dalam negeri oleh Bulog selama sepuluh tahun terakhir. Pada 2015, serapan beras Januari–Mei 1,12 juta ton. Grafik cenderung melandai hingga serapan beras menjadi 653 ribu ton pada tahun lalu.
Ia juga menunjukkan data produksi beras sejak 1969, tahun ketika Bulog berdiri, hingga 2025. Data itu menunjukkan stok beras tiap bulan selama 56 tahun. Di tahun ini, tampak stok beras pada Januari sebesar 1,79 juta ton dan menjadi 3,51 juta ton pada Mei 2025.
Pendiri grup bisnis Tiran Group ini menambahkan, serapan beras ini merupakan angka yang diperoleh bukan dari impor. Menurut dia, hal ini harus klir di publik. Pasalnya, ia mengatakan ada yang coba mencampuradukkan impor dan produksi dalam negeri. Ia tak merinci siapa yang mencoba melakukan itu.
Ihwal kualitas gabah yang diserap Bulog dengan harga Rp 6.500 per kilogram any quality, Amran Sulaiman mengklaim telah memperketat standar kualitas. Ia mengatakan, pengadaan stok beras tetap berjalan sembari menjaga kualitas.
“Jangan karena yang rusak, katakanlah 1 ton, 2 ton, ini yang mengganggu proses pengadaan beras. Itu enggak boleh. Tapi kami tekankan, perhatikan kualitas. Itu mutlak,” ujar Amran Sulaiman.