TEMPO.CO, Jakarta - Rencana pembelian kapal baru Pelni belum berlanjut. Perusahaan pelayaran nasional itu menunggu kajian soal peluang penggunaan tingkat komponen dalam negeri atau TKDN sesuai permintaan pemerintah pada 31 Desember 2024.
Besaran TKDN biasa ditentukan dalam persentase. Pemerintah, misalnya, menargetkan setiap kendaraan roda dua mengandung sedikitnya 40 persen komponen dalam negeri. Untuk roda empat, ditargetkan jumlah yang sama per 2026. "Untuk kapal Pelni, tak ada ketentuan berapa persen. Pemerintah hanya ingin menjajaki kemungkinan produk dalam negeri bisa dipakai," kata Direktur Utama PT Pelni (Persero) Tri Andayani kepada Tempo, Senin, 28 April 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Untuk mengetahuinya, Pelni meminta bantuan Institut Teknologi Sepuluh November atau ITS Surabaya untuk menilai kemampuan teknis galangan-galangan kapal di Indonesia membuat komponen yang dapat digunakan di kapal penumpang Pelni, baik milik negara maupun swasta. Sementara itu, Pelni juga meminta bantuan Danareksa untuk menilai kemampuan finansial galangan-galangan yang sama. "Jangan sampai penambahan alat produksi ini tidak lebih baik dari yang ada sekarang," kata Anda, panggilan Tri Andayani.
Audit ITS dan Danareksa itu bertenggat 31 Juni 2025. Pelni kemudian akan mempresentasikan hasil pemeriksaan soal peluang penggunaan TKDN itu kepada Kementerian Badan Usaha Milik Negara, lalu ke Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan atau BPKP, dan terakhir ke Kementerian Keuangan. "Laporan terakhir untuk mencairkan uang," ujar Anda.
Lewat proses yang panjang, perseroan mendapat Rp 1,5 triliun dari penyertaan modal negara atau PMN untuk uang muka pembelian kapal baru Pelni. Pengadaan ini untuk menggantikan armada tua mereka yang berusia lebih dari 30 tahun.
Terakhir kali Pelni membeli kapal adalah Kapal Motor Gunung Dempo pada 2008. Kapal dengan kapasitas 2500 penumpang ini buatan galangan Meyer Werft di Papenburg, Jerman. "Tidak memiliki TKDN," kata Anda.
Di antara 26 kapal penumpang Pelni, Anda melanjutkan, ada tiga kapal yang dibuat di Indonesia, yaitu KM Sangiang, KM Wilis, dan KM Pangrango. "Namun, hanya perakitan. Semua komponen dan tenaga ahli dari Jerman," ujarnya.