Profil Huayou, Investor Cina Pengganti LG dalam Proyek Baterai Kendaraan Listrik

7 hours ago 3

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, menanggapi keputusan LG Energy Solution untuk mundur dari proyek baterai kendaraan listrik (EV) di Indonesia. Ia menyatakan bahwa posisi LG kini telah diambil alih oleh investor baru asal Cina, yakni Huayou.

“Secara keseluruhan, rencana pembangunan dalam proyek Grand Package tetap berjalan seperti yang telah dirancang. Tidak ada perubahan pada infrastruktur maupun skema produksinya. LG memang tidak melanjutkan keterlibatannya dan kini digantikan oleh Huayou,” ujar Bahlil dalam pernyataan tertulis pada Rabu, 23 April 2025.

Bahlil menegaskan bahwa pergantian mitra dalam proyek besar merupakan hal yang wajar. Ia mengimbau masyarakat serta pelaku usaha untuk tidak khawatir terhadap mundurnya LG, karena proyek EV nasional sudah memasuki fase produksi dan harus tetap berjalan sesuai rencana yang telah ditetapkan.

“Visi utama tetap konsisten, yaitu menjadikan Indonesia sebagai pemain utama dalam industri kendaraan listrik global,” tambahnya.

Profil Huayou

Dinukil dari laman Huayou Indonesia, Huayou, yang berdiri pada tahun 1994 dan berkantor pusat di Tongxiang, Zhejiang, adalah perusahaan teknologi tinggi yang fokus pada riset, pengembangan, serta produksi material baterai lithium-ion dan material kobalt. Selama tiga dekade perkembangannya, Huayou telah membangun model bisnis yang mencakup sumber daya luar negeri, produksi berskala global, dan distribusi internasional.

Perusahaan ini memiliki lima sektor utama: energi baru, material baru, industri nikel di Indonesia, sumber daya di Afrika, serta sektor daur ulang. Ruang lingkup usahanya meliputi seluruh rantai pasok baterai lithium-ion, mulai dari eksplorasi kobalt, nikel, lithium, tembaga, dan fosfor; pemurnian logam non-besi secara ramah lingkungan; pengembangan dan produksi material baterai; hingga proses daur ulang sumber daya.

Huayou menjalankan misinya untuk menciptakan nilai bagi pelanggan dan mendorong kemajuan industri dengan strategi yang berfokus pada penguasaan sumber daya hulu, pengembangan pasar hilir, serta penguatan internal. Perusahaan juga menerapkan strategi “Dua Area Baru dan Tiga Tren” untuk pertumbuhan masa depan.

Sebagai pemimpin global dalam manufaktur hijau untuk material baterai lithium-ion, Huayou mengedepankan prinsip-prinsip ESG (Environmental, Social, and Governance) dan berkomitmen terhadap keberlanjutan lingkungan serta pembangunan masa depan yang lebih baik bagi masyarakat global.

Bisnis Huayou di Indonesia

Huayou telah memulai bisnis di Indonesia dalam berbagai bidang industri dan pengembangan sumber daya pertambangan. Dari laman resminya, Huayou telah mengembangkan bisnisnya di Pomala, Sulawesi Tenggara hingga di Pulau Halmahera, Maluku Utara. Berikut bisnis Huayou yang tersebar di Indonesia:

1. Indonesia Pomalaa Industry Park (IPIP)

IPIP merupakan kawasan industri terpadu yang bersifat tertutup dan berperan penting dalam rantai pasok industri baterai lithium. Terletak di Provinsi Sulawesi Tenggara, Indonesia, IPIP menjadi rumah bagi berbagai perusahaan yang bergerak di bidang HPAL, RKEF, pemurnian, prekursor, bahan katoda, produksi baterai lithium ternary, daur ulang baterai, serta sejumlah industri terkait lainnya.

2. Proyek Huayue HPAL

Huayue Nickel Cobalt di Morowali, Sulawesi Tengah, merupakan proyek HPAL terbesar di dunia yang telah memasuki tahap produksi. Proyek ini menggunakan teknologi HPAL Generasi ke-3 yang dikenal dengan standar teknis yang tinggi. Teknologi ini membawa dampak besar bagi kemajuan industri, karena mengutamakan efisiensi energi, ramah lingkungan, pelestarian sumber daya, serta pemurnian menyeluruh untuk berbagai logam bernilai.

3. Proyek Huafei HPAL

Terletak di Pulau Halmahera, Maluku Utara, Proyek Huafei menerapkan Teknologi HPAL Generasi ke-4 yang menawarkan berbagai keunggulan, seperti proses yang lebih singkat, efisiensi energi yang tinggi, dan keberlanjutan lingkungan. Setelah konstruksi selesai, proyek ini diproyeksikan akan menjadi fasilitas HPAL bijih nikel laterit terbesar di dunia, menggantikan posisi yang sebelumnya dipegang oleh Huayue Nickel Cobalt.

4. Proyek Huake RKEF

Berlokasi di Indonesia Weda Bay Industrial Park, Pulau Halmahera, Maluku Utara, Proyek Huake memanfaatkan teknologi RKEF yang telah matang, dikombinasikan dengan proses sulfidasi feronikel. Proyek ini menggunakan bijih nikel laterit sebagai bahan baku untuk memproduksi ternary precursor intermediates, yang merupakan komponen penting dalam pengembangan material energi baru.

5. Proyek KNI HPAL

Berlokasi di Kabupaten Pomalaa, Sulawesi Tenggara, Indonesia, Proyek Pomalaa merupakan hasil kerja sama antara Huayou Cobalt, Vale Indonesia, dan Ford Motor. Proyek ini merupakan inisiatif joint-venture dalam bidang pengolahan sumber daya nikel, yang bertujuan untuk memperkuat rantai pasok industri kendaraan listrik melalui peleburan dan pemurnian nikel di Indonesia.

6. Proyek Sorowako

Terletak di Sorowako, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan, Proyek Sorowako merupakan kolaborasi lanjutan antara Huayou Cobalt dan Vale Indonesia setelah kesuksesan proyek HPAL di Pomalaa. Proyek ini menggabungkan kekuatan Vale dalam pengelolaan sumber daya dengan teknologi HPAL mutakhir milik Huayou Cobalt, menciptakan sinergi yang kuat untuk pengembangan industri nikel berkelanjutan.

Alif Ilham Fajriadi ikut berkontribusi dalam penulisan artikel ini. 

Pilihan editor: Dampak Investas LG Batal

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |