TEMPO.CO, Jakarta - PT Pelabuhan Indonesia (Persero) atau Pelindo meminta maaf atas kemacetan panjang yang telah terjadi di Terminal NPCT 1 Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara pada Kamis, 17 April 2025. Kemacetan terjadi karena peningkatan volume kendaraan yang melakukan kegiatan receiving/delivery petikemas.
“Kami terus berupaya menjaga kelancaran operasional dan memastikan layanan kepada pelanggan tetap berjalan secara optimal meski terjadi peningkatan volume logistik. Kami tidak berhenti untuk berkoordinasi dengan kepolisian dan pihak lainnya guna memastikan kelancaran di titik-titik kemacetan Pelabuhan Tanjung Priok,” kata Executive General Manager Pelindo Region 2 Pelabuhan Tanjung Priok Adi Sugiri dalam keterangannya di Jakarta, Kamis, 17 April 2025. Lantas, seperti apa profil Pelindo?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Profil Pelindo
Melansir laman resminya, PT Pelabuhan Indonesia I (Persero), PT Pelabuhan Indonesia II (Persero), PT Pelabuhan Indonesia III (Persero), dan PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero) merupakan perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) non-listed yang sahamnya dikuasai 100 persen oleh Kementerian BUMN.
Sejak Jumat, 1 Oktober 2021, PT Pelabuhan Indonesia I (Persero), PT Pelabuhan Indonesia III (Persero), dan PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero) secara resmi merger atau digabungkan ke dalam PT Pelabuhan Indonesia II (Persero). Keputusan tersebut tertuang dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 101 Tahun 2021.
PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) bertindak sebagai perusahaan yang bertahan (surviving entity). Kemudian, berdasarkan Surat Menteri BUMN Nomor S-756/MBU/10/2021 tertanggal 1 Oktober 2021, PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) berganti nama menjadi PT Pelabuhan Indonesia (Persero) atau Pelindo.
Perjalanan Merger
Wacana penyatuan Pelindo telah berembus sejak 2009, yang saat itu dilakukan penyusunan kajian holding pelabuhan dan pengerukan. Selanjutnya, disusun kajian integrasi Pelindo I, II, III, dan IV pada 2012. Setahun berikutnya atau pada 2013, disusun pula studi holding pelabuhan Indonesia dan pendirian PT Terminal Petikemas Indonesia.
Pada 2016, dibentuk project management office (PMO) nasional dan disusul dengan penyusuan studi Pelindo Incorporated, dengan tujuan menyatukan anak usaha Pelindo I, II, III, dan IV yang mempunyai bidang usaha sejenis. Lalu pada 2017, diselenggarakan inisiasi pembentukan holding maritim.
Pada 2018, dilaksanakan studi integrated port network yang mengidentifikasi tujuh hub pelabuhan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN). Hingga pada 2019, dilaksanakan inisiasi pembentukan sub holding petikemas.
Melalui Keputusan Menteri BUMN Nomor SK-311/MBU/12/2019, dibentuk Tim Percepatan Peningkatan Sinergi dan Integrasi BUMN dalam Layanan Pelabuhan pada Desember 2019. Instruksi tersebut kemudian diperbarui dalam Keputusan Menteri BUMN Nomor SK-83/MBU/Wk2/11/2020 tertanggal 29 Maret 2021.
Daftar Petinggi Pelindo
Adapun susunan direksi dan dewan komisaris Pelindo sebagai berikut:
- Direksi
- Direktur Utama: Arif Suhartono.
- Wakil Direktur Utama: Hambra.
- Direktur Keuangan: Mega Satria.
- Direktur Sumber Daya Manusia (SDM) dan Umum: Ihsanuddin Usman.
- Direktur Strategi: Prasetyo.
- Direktur Investasi: Boy Robyanto.
- Direktur Pengelola: Putut Sri Muljanto.
- Dewan Komisaris
- Komisaris Utama/Independen: Agus Suhartono.
- Wakil Komisaris Utama: Suntana.
- Komisaris Independen: Heru Sukanto.
- Komisaris: Jodi Mahardi.
- Komisaris: Andus Winarno.
- Komisaris: Elwi Danil.
- Komisaris Independen: Rakhman Fuadhy.
Pilihan Editor: Risiko Jika Koperasi Desa Merah Putih Didanai Bank Negara