Protes Hilirisasi Nikel, Aktivis Greenpeace Ditangkap Polisi

1 day ago 5

TEMPO.CO, Jakarta - Tiga aktivis Greenpeace Indonesia dan seorang pemudi asli Papua dibawa ke Polsek Grogol Petamburan, usai membentangkan banner sembari berorasi mengenai dampak hilirisasi nikel dalam agenda Indonesia Critical Minerals Conference & Expo di Hotel Pullman, Central Park, Jakarta, Selasa, 3 Juni 2025. Greenpeace menyatakan industrialisasi nikel telah menciptakan kerusakan lingkungan hingga konflik horizontal di masyarakat.

“Yang tiga itu aktivis, satu pemudi dari Papua. Saat ini di Polsek Petamburan,” kata Kepala Global Greenpeace untuk Kampanye Hutan Indonesia, Kiki Taufik, saat ditemui Tempo. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Saat ini, keempat orang tersebut masih diperiksa di kantor polisi. Mereka didampingi oleh tim pengacara dari Tim Advokasi untuk Demokrasi (TAUD). "Kami ada tim lawyer dari TAUD, mereka masih belum (dibolehkan pulang)," kata Kiki.

Dia belum mengetahui secara pasti siapa yang melaporkan keempat aktivis tersebut, sehingga akhirnya digelandang ke kantor polisi. Dia mengingatkan bahwa menyampaikan pendapat di muka umum adalah hak yang tak bisa dilanggar. "Dilaporkannya kayaknya dari pihak penyelenggara, tapi memang polisi masih belum bisa membuktikan pelanggaran apa yang kami lakukan. Penyampaian pendapat di muka umum adalah hak," tutur Kiki.

Seluruh aktivis Greeanpeace yang hadir ke konferensi hari ini masuk secara resmi. Mereka telah mendaftar melalui kanal pendaftaran yang disediakan penyelenggara.

Kiki menceritakan, keempat orang itu sebelumnya sempat dibawa ke ruang panitia untuk diinterogasi, seusai membentangkan banner dan berorasi singkat di tengah konferensi berlangsung. "Diinterogasi di ruang panitia, langsung dibawa kira-kira 12.30 atau jam 13.00," kata dia.

Sebelumnya, aktivis Greenpeace Indonesia dan empat pemuda Papua membentangkan banner ketika Wakil Menteri Luar Negeri Arif Havas Oegroseno menyampaikan kata sambutannya. “Pemerintah bertanggung jawab atas kerusakan lingkungan yang terjadi di Raja Ampat, di Papua. Save Raja Ampat,” demikian kata salah satu pemuda Papua berorasi sembari membentangkan banner. 

Ada tiga banner berwarna kuning dengan tulisan hitam yang mereka bentangkan di dalam ruangan. Banner pertama bertuliskan “What’s the true cost of your nickel?” kemudian “Nickel mines destroy lives” serta “Save Raja Ampat from nickel mining.”

Selain di dalam ruangan konferensi, banner dengan pesan yang sama juga dibentangkan di area ekshibisi. Kiki mengatakan, mereka sengaja mengambil momen ini karena para pelaku bisnis industri nikel dan pemerintah hadir dalam konferensi tersebut. Menurut dia, kerusakan akibat industri nikel sudah terlihat jelas di sejumlah daerah seperti Halmahera, Wawonii, hingga di Kabaena. 

“Saat ini sudah mulai masuk di Raja Ampat, ada lima pulau yang sudah mulai dieksploitasi dan dibongkar. Selain itu adalah wilayah global geopark dan tempat paling favorit untuk wisata bawah laut, 75 persen terumbu karang yang bagus di dunia itu adanya di Raja Ampat dan saat ini mulai dihancurkan,” ujar dia saat ditemui di Hotel Pullman. 

Menurut Kiki, jangan sampai lingkungan dan hajat hidup masyarakat dikorbankan atas nama transisi energi, khususnya lewat hilirisasi nikel. Dia menilai bahwa masyarakat setempat menjadi korban berkali-kali atas eksploitasi nikel di Raja Ampat dan hanya menjadi penonton. 

Greenpeace menuntut agar pemerintah Indonesia menyetop dan mencabut izin konsesi di lima pulau di wilayah Raja Ampat. “Sudahlah wilayahnya dihancurkan, ruang hidupnya dihancurkan, tidak ada lagi tempat buat mereka untuk hidup, untuk mencari makan, kemudian juga ditutup mata pencariannya,” tutur Kiki.

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |