TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Jakarta Pramono Anung Wibowo mengapresiasi sosok Maria Catarina Sumarsih, salah satu penggagas Aksi Kamisan, yang sudah bertahun-tahun menuntut keadilan atas kematian anaknya. Putra Sumarsih, Benardinus Realino Norma Irawan atau Wawan, tewas terkena peluru tajam dari aparat negara saat Tragedi Semanggi I yang terjadi di masa transisi politik 1998.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pramono menyampaikan apresiasi kepada Sumarsih saat keduanya melakukan audiensi di Balai Kota Jakarta pada Kamis, 22 Mei 2025. Awalnya, pertemuan selama 30 menit itu membahas banjir yang terjadi di area perumahan Sumarsih, Meruya Selatan, Jakarta Barat. Namun, ihwal Aksi Kamisan juga sempat dibahas dalam obrolan informal.
Juru bicara Pramono, Cyril Raoul Hakim atau Chico Hakim, mengatakan Sang Gubernur mengungkapkan rasa penghargaan terhadap Sumarsih di depan orang-orang lain yang mengikuti audiensi. "Bu Sumarsih ini hebat," kata Chico menirukan ucapan Pramono, Kamis, 22 Mei 2025.
Pramono, kata Chico, menyoroti upaya Sumarsih yang tidak pernah berhenti mencari keadilan untuk anaknya. "Orang hebatlah pokoknya, ini Kamisan sudah puluhan tahun," ucap rekan separtai Pramono di Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan atau PDIP itu.
Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia Usman Hamid, yang juga mengikuti pertemuan, menyampaikan Pramono sempat bercerita dirinya sudah lama mengetahui kisah Sumarsih. Pramono, kata Usman, mengetahui Sumarsih sebagai ibu yang "sudah memperjuangkan Semanggi hampir 30 tahun."
Di sisi lain, Sumarsih juga menyampaikan apresiasinya terhadap Pramono. Menurut Sumarsih, Pramono bertindak responsif terhadap keluhan yang dia sampaikan sebagai warga Jakarta, khususnya soal banjir yang terjadi di kawasan perumahannya.
Sumarsih berujar dirinya sudah lama mengetahui rekam jejak Pramono Anung. Salah satunya saat Sang Gubernur masih menjabat sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat atau DPR. Di parlemen, kata Sumarsih, Pramono dan Fraksi PDIP menjadi salah satu pihak yang sempat mendukung Panitia Khusus Trisakti, Semanggi I, dan Semanggi II (Pansus TSS).
Pansus itu dibentuk untuk mendorong penyelesaian kasus-kasus pelanggaran HAM di masa transisi politik. Meski demikian, hasil rekomendasi Pansus tersebut gagal dibawa ke rapat paripurna.
Sumarsih, yang berusia 73 tahun, mengatakan dirinya akan terus berdemonstrasi hingga mendapat pertanggungjawaban negara atas kematian putranya. Sejak 18 tahun silam, Sumarsih rutin menggelar aksi setiap Kamis di depan Istana Negara, Jakarta.
Sumarsih berujar hanya ada satu syarat yang akan membuatnya berhenti melakukan Aksi Kamisan. "Saya akan berhenti dari aksi ini kalau peristiwa penembakan anak saya dan kawan-kawannya dipertanggungjawabkan," kata Sumarsih melalui sambungan telepon pada Kamis malam, 22 Mei 2025.