Seminar Nasional: Pengelolaan Sampah Butuh Komitmen Pemerintah dan Kesadaran Masyarakat

7 hours ago 4

TEMPO.CO, Jakarta - Gaung permasalahan sampah di Indonesia yang semakin besar sudah seharusnya meningkatkan kesadaran seluruh individu yang masih aktif dan produktif, bahwa kita semua adalah penghasil sampah serta bertanggung jawab untuk mengelolanya. Prinsip pengelolaan sampah itu tidak boleh lagi sekadar kumpul, angkut, dan buang.

Direktur Pengurangan Sampah dan Pengembangan Ekonomi Sirkular di Kementerian Lingkungan Hidup Agus Rusly menekankan itu dalam sebuah seminar dan webinar nasional bertema 'Pengelolaan Sampah Berkelanjutan untuk Mendukung Ekonomi Sirkular, Mitigasi Perubahan Iklim dan Kesejahteraan Masyarakat' pada Kamis, 8 Mei 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pengelolaan yang dimaksudnya adalah yang menerapkan sampah berdaya guna hingga praktik ekonomi sirkular berjalan secara efektif. "Menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah yang didetailkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 81 tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga, seluruh pihak dimandatkan untuk mengelola sampah dari hulu ke hilir,” kata Agus sepeti dikutip dari keterangan tertulis pascaseminar.

Berdasarkan data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional 2023, timbulan sampah nasional di Indonesia sebanyak 56,63 juta ton per tahun dengan capaian pengelolaan sampah nasional hanya sebesar 39,01 persen. Selebihnya tak terkelola, yakni sebesar 34,54 juta ton per tahun. Selain itu, terdapat 550 Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) di Indonesia, yang 306 di antaranya (54,44 persen) masih menerapkan open dumping (penimbunan terbuka).

Proporsi sampah tak terkelola itu lebih besar daripada angkanya untuk sampah global. Menurut Global Waste Management Outlook 2024, sampah global yang tidak terkelola dengan baik, sehingga memberikan berkontribusi negatif terhadap Triple Planetary Crisis, yaitu perubahan iklim, kehilangan keanekaragaman hayati, dan polusi, sebesar 38 persen.

Itu sebabnya, Direktur Eksekutif Belantara Foundation Dolly Priatna menyatakan dalam seminar yang sama bahwa strategi terpadu dalam pengelolaan sampah menjadi sebuah keharusan. Kombinasi strategi yang perlu dijalankan meliputi kampanye kesadaran publik, inovasi teknologi, reformasi kebijakan, serta partisipasi aktif dari masyarakat luas. 

"Ketika masyarakat diberdayakan untuk mengelola sampah secara bertanggung jawab, mereka tidak hanya berkontribusi terhadap pelestarian lingkungan tetapi juga membuka peluang ekonomi, yang mengarah pada masyarakat yang tangguh dan berkelanjutan," katanya. 

Penekanan yang sama datang dari Rektor Universitas Pakuan Didik Notosudjono. Menurutnya, pengelolaan sampah berkelanjutan hanya bisa terwujud pertama-tama jika ada komitmen regulatif dan politis dari pemerintah. Kedua, ada perubahan perilaku di tingkat individu dan komunitas. Baru setelahnya, dia menyebut, "Terbangunnya kemitraan lintas sektor yang aktif dan setara serta berkembangnya inovasi teknologi dan bisnis yang mendukung ekonomi sirkular."

Sekretariat Tim Koordinasi Nasional Penanganan Sampah Laut Salli Atika Noor Rahma menyorot generasi muda sebagai kunci utama dalam aksi pengurangan dan penanganan sampah. Perubahan perilaku dan pola pikir masyarakat khususnya generasi muda, menurut Salli, merupakan hal yang sangat penting. "Karena generasi muda dapat menjadi agen perubahan dengan memilah sampah di rumah dan mengolah sampah menjadi hal yang memiliki nilai tambah."

Adapun CEO Bank Sampah Digital Desty Eka Putri Sari menilai kesadaran masyarakat masih menjadi tantangan terbesar. Banyak yang belum memahami bahwa sampah bisa menjadi sumber penghasilan dan solusi bagi lingkungan. “Saya percaya, jika dikelola dengan baik, sampah bukan akhir dari segalanya, melainkan awal dari sesuatu yang lebih bernilai,” katanya.

Sejalan dengan Desty, Ketua Bank Sampah Induk New Normal Yasra Al-Fariza mengemukakan sampah tidak sekadar barang atau benda yang dibuang karena tidak terpakai lagi. “Kami terus memberikan edukasi dan penyadartahuan kepada masyarakat. Mulai dari  mengurangi dan memilah sampah serta mendaur ulang sampah, budidaya maggot hingga mengadakan pelatihan membuat produk kerajinan tangan dari sampah,” tutur Yasra.

Seminar nasional tentang pengelolaan sampah ini diselenggarakan Belantara Foundation bekerja sama dengan Program Studi Manajemen Lingkungan Sekolah Pascasarjana Universitas Pakuan. Dipusatkan di Auditorium Lantai 3 Gedung Sekolah Pascasarjana Universitas Pakuan di Bogor, seminar itu juga melibatkan Pegiat advokasi lingkungan sekaligus aktor, Ramon Y. Tungka. 

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |