Liputan6.com, Jakarta - Di tengah jutaan jemaah yang menunaikan ibadah haji setiap tahun, satu hal yang sudah menjadi ketentuan adalah jenazah yang wafat di Tanah Suci tidak bisa dipulangkan ke negara asalnya. Kebijakan Pemerintah Arab Saudi menegaskan bahwa jenazah jemaah haji akan dimakamkan di Makkah atau Madinah.
Hal ini bukan tanpa alasan. Proses perizinan dan birokrasi untuk memulangkan jenazah sangat rumit dan memakan waktu panjang. Banyak keluarga jemaah hanya bisa menerima takdir bahwa orang terkasih mereka dikuburkan di tanah yang suci, meskipun mereka berharap bisa memakamkannya di tanah kelahiran.
Namun dalam catatan sejarah, ada satu sosok asal Indonesia yang menjadi pengecualian atas aturan tersebut. Ia bukan orang biasa, melainkan salah satu pahlawan besar dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia. Dia adalah Bung Tomo.
Bung Tomo, tokoh penting dalam pertempuran Surabaya 10 November 1945, meninggal dunia pada 7 Oktober 1981 saat menjalankan ibadah haji. Kala itu, ia tengah melaksanakan wukuf di Padang Arafah. Kepergiannya mengagetkan banyak pihak di Indonesia.
Kepergian Bung Tomo ke Tanah Suci adalah dalam rangka menunaikan ibadah haji sebagai bentuk ketundukan dan pengabdian spiritual kepada Allah. Namun takdir berkata lain, Bung Tomo menghembuskan napas terakhirnya di tanah yang sangat dimuliakan.
Biasanya, jenazah jemaah haji yang meninggal akan langsung dimakamkan di pemakaman sekitar Tanah Suci, sebagaimana prosedur resmi dari pemerintah Arab Saudi. Namun pemerintah Indonesia berusaha keras agar Bung Tomo bisa dimakamkan di Indonesia.
Dilansir dari kanal YouTube @arsipmafia Jumat (25/04/2025), perjuangan diplomatik dilakukan oleh pemerintah Indonesia melalui lobi intensif kepada otoritas Kerajaan Arab Saudi. Upaya ini melibatkan beberapa kementerian dan pihak berwenang, termasuk Departemen Luar Negeri.
Simak Video Pilihan Ini:
Hilang 4 Hari di Hutan Kedungurang Gumelar Banyumas, Kakek 78 Tahun Ditemukan Selamat
Sempat Tertahan 8 Bulan
Tak hanya itu, Majelis Ulama Indonesia (MUI) juga turut mengeluarkan fatwa sebagai bentuk dasar hukum dan dukungan terhadap proses pemulangan jenazah Bung Tomo ke tanah air. Langkah ini menjadi preseden penting dalam sejarah haji Indonesia.
Meskipun sudah dimakamkan di Padang Arafah, pemerintah Indonesia tetap berupaya melanjutkan proses pemindahan. Selama delapan bulan, segala proses administratif dan diplomasi dijalankan dengan hati-hati dan penuh kehormatan.
Akhirnya, pada bulan Februari 1982, jenazah Bung Tomo berhasil dipindahkan dan diterbangkan ke Indonesia. Kepulangan jenazah ini disambut penuh haru dan penghormatan oleh rakyat Indonesia, khususnya warga Surabaya yang begitu mengenalnya sebagai pahlawan.
Jenazah Bung Tomo kemudian dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Ngagel Rejo, Surabaya. Ribuan orang hadir dalam prosesi pemakaman untuk memberikan penghormatan terakhir kepada sang pahlawan nasional.
Peristiwa ini menjadi catatan sejarah langka, karena hingga kini belum ada lagi jemaah haji asal Indonesia yang jenazahnya dipulangkan dari Mekah atau Madinah setelah wafat saat berhaji.
Kisah Bung Tomo tidak hanya menunjukkan keberanian dan semangat perjuangan semasa hidupnya, namun juga menggambarkan betapa besar penghormatan bangsa ini terhadap jasa-jasa para pahlawan, bahkan setelah wafat.
Proses panjang yang melibatkan diplomasi dan fatwa ulama juga memperlihatkan bahwa pemulangan jenazah dari Mekah bukanlah hal mudah, bahkan nyaris mustahil tanpa kondisi dan alasan yang sangat kuat.
Disinilah Bung Tomo Dimakamkan
Hingga kini, banyak keluarga jemaah haji yang ikhlas menerima kenyataan bahwa kerabatnya dikuburkan di Tanah Suci, karena memahami bahwa itulah kebijakan dan aturan yang berlaku di Kerajaan Arab Saudi.
Namun dalam kasus Bung Tomo, semua pihak seakan satu suara, bahwa tokoh sebesar dia patut dimakamkan di tanah kelahirannya, agar generasi penerus bisa lebih mengenangnya dan meneladani perjuangannya.
Kisah ini menjadi pengingat bahwa Tanah Suci adalah tempat mulia, namun dalam kondisi luar biasa, kehormatan terhadap jasa seorang tokoh nasional bisa menjadi alasan kuat untuk tindakan yang di luar kebiasaan.
Saat ini, makam Bung Tomo di TPU Ngagel Rejo Surabaya menjadi salah satu tempat ziarah sejarah. Di sana, masyarakat bisa mengenang seorang tokoh yang tidak hanya berjasa di medan perang, tapi juga dikenang sampai akhir hayatnya.
Peninggalan sejarah ini juga menjadi pengingat bagi bangsa Indonesia, bahwa jasa seorang pejuang tidak berhenti saat nyawanya melayang, tetapi terus dikenang bahkan lewat perjuangan memulangkan jenazahnya.
Dengan demikian, kisah Bung Tomo adalah satu-satunya kisah jemaah haji Indonesia yang jenazahnya bisa dipulangkan dari Mekah—sebuah pengecualian yang lahir dari penghormatan luar biasa terhadap seorang pahlawan.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul