TEMPO.CO, Jakarta - Bukan hanya berdampak pada kesehatan fisik, makanan yang dikonsumsi juga memiliki pengaruh besar terhadap kesehatan mental. Profesor neurobiologi Stanford, Andrew Huberman, mengemukakan bahwa pilihan makanan yang dikonsumsi bisa berpengaruh pada kondisi kesehatan mental.
"Gagasan bahwa apa yang kita makan dapat mempengaruhi suasana hati dan kesehatan mental kita bukanlah hal yang mengejutkan," kata dia seperti dikutip Antara dari Hindustan Times, Sabtu, 19 April 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Namun, baru-baru ini penelitian ilmiah dan klinis menunjukkan hubungan kuat antara mengonsumsi makanan olahan dan gangguan kesehatan mental. Perubahan pada mitokondria kemungkinan menjadi penghubung antara kedua faktor ini," katanya.
Mengapa Pilihan Makanan Bisa Berpengaruh pada Kesehatan Mental?
Dalam siniar dengan psikiater Chris Palmer dari Harvard pada 4 April 2025, dia mengemukakan bahwa ada banyak data yang menunjukkan makanan dengan proses pengolahan minimal lebih baik untuk kesehatan mental dibandingkan makanan yang melalui banyak proses pengolahan.
"Tentu saja hasil seperti ini bersifat korelatif. Ada banyak masalah gaya hidup yang mungkin menyertai konsumsi makanan olahan atau penghindaran makanan semacam itu," ujarnya.
Palmer mengemukakan bahwa banyak mengonsumsi makanan ultra-proses berdampak buruk pada kondisi kesehatan fisik maupun mental. Ia menyampaikan, hasil penelitian yang melibatkan lebih dari 300.000 orang menunjukkan hubungan langsung dan linier antara mengonsumsi makanan ultra-proses dan kesehatan mental yang buruk.
"Di antara mereka yang mengonsumsi makanan ultra-proses setiap hari, beberapa kali sehari, 58 persen melaporkan kesehatan mental yang buruk," ucapnya.
Ia menambahkan, masalah itu hanya terjadi pada 18 persen orang yang jarang atau tidak pernah mengonsumsi makanan ultra-proses, yang biasanya minim serat serta berkadar gula, garam, dan lemak tinggi.
Makanan yang Direkomendasikan untuk Kesehatan Mental
Dikutip dari Doral Health & Wellness, banyak penelitian telah menemukan bahwa pola makan dapat secara langsung mempengaruhi kesehatan mental, dan makanan juga dapat digunakan sebagai pengobatan pendukung untuk mengurangi gejala stres, kecemasan, dan depresi.
Para ahli, setelah berbagai penelitian menemukan bahwa pola makan yang kaya buah-buahan, sayur-sayuran, biji-bijian utuh, dan kacang-kacangan serta rendah makanan merah dan makanan olahan dapat menurunkan gejala pada 10 persen kasus depresi.
Zat-zat tertentu dalam makanan Anda dapat meningkatkan gejala kecemasan, seperti alkohol, kafein, dan gula tambahan. Penelitian juga menemukan adanya hubungan antara kecemasan dan asupan lemak jenuh yang tinggi, asupan buah yang rendah, dan kualitas makanan yang buruk secara keseluruhan.
Jika merasa stres atau cemas, Anda harus menyesuaikan pola makan sebagai bagian dari rencana perawatan. Pertimbangkan untuk menghindari atau membatasi asupan alkohol, kafein, dan gula tambahan. Sebaliknya, tambahkan makanan yang mengurangi peradangan dan stres di seluruh tubuh seperti buah dan sayuran kaya serat, lemak tak jenuh, dan makanan fermentasi yang mengandung banyak bakteri.
Untuk meningkatkan suasana hati, Anda perlu mengonsumsi makanan seimbang dengan berbagai nutrisi yang meningkatkan kesehatan. Para peneliti masih mengeksplorasi hubungan antara makanan dan kesehatan mental. Namun beberapa penelitian menunjukkan bahwa mengonsumsi makanan padat nutrisi berkualitas tinggi dapat meningkatkan suasana hati.
Misalnya, tiga penelitian terkini menemukan bahwa mengonsumsi lebih banyak buah dan sayur membuat Anda tidak terlalu khawatir, menurunkan ketegangan, dan memberikan kepuasan hidup yang lebih besar. Sementara tinjauan pustaka mengaitkan kualitas makanan yang unggul dengan suasana hati yang lebih baik.