TEMPO.CO, Jakarta - Bank sentral Amerika Serikat atau The Federal Reserve atau The Fed memutuskan untuk menahan suku bunga acuan di kisaran 4,25 hingga 4,5 persen. Ekonom senior di PT Samuel Sekuritas Indonesia Fithra Faisal Hastiad menilai keputusan ini mempersempit ruang bagi Bank Indonesia untuk bermanuver.
Fithra memaparkan, secara jangka pendek keputusan The Fed mungkin akan mencegah peningkatan volatitas pasar. Tapi, keputusan ini sekaligus memberi sinyal bahwa pemotongan suku bunga tidak akan terjadi dalam waktu dekat. “Sehingga, ruangnya sangat sempit bagi Bank Indonesia untuk melonggarkan kebijakan moneternya,” kata Fithra dalam keterangan tertulis pada Kamis, 8 Mei 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Situasi geopolitik saat ini, menurut Fitra, masih menyimpan risiko tekanan terhadap rupiah dan keluarnya modal asing dari Indonesia. Apalagi, pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal I 2025 melambat menjadi 4,87 persen secara tahunan.
Samuel Sekuritas pun memperkirakan Bank Indonesia akan tetap mempertahankan suku bunga acuan sebesar 5,75 persen. “BI tidak mungkin menurunkan suku bunga tanpa menghadapi risiko depresiasi rupiah dan inflasi barang impor, khususnya karena biaya logistik yang lebih tinggi akibat kebijakan tarif,” ucap Fithra.
Bank Indonesia optimistis bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 4,87 persen masih cukup tinggi bagi investor. Kepala Departemen Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas Bank Indonesia Erwin Gunawan Hutapea mengatakan, para pelaku pasar masih memiliki ketertarikan untuk menanam modal di Indonesia.
Erwin mengakui, sejak awal tahun Bank Indonesia mencatat adanya modal asing yang keluar dari Indonesia dalam jumlah besar, terutama dari pasar saham. “Tapi dalam beberapa kali lelang terakhir, kalau kita lihat pasar Surat Berharga Negara (SBN) dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) inflow sudah mulai terjadi,” kata Erwin kepada wartawan di Kantor Bank Indonesia, Jakarta Pusat, Rabu, 7 Mei 2025.
Sementara itu, The Fed mengambil keputusan untuk menahan suku bunga lantaran ada peningkatan risiko melonjaknya angka pengangguran serta inflasi. “Komite ini berkomitmen untuk menekan angka pengangguran dan mengembalikan inflasi ke 2 persen,” demikian bunyi keterangan resmi The Fed dikutip dari laman federalreserve.gov.