UGM dalam Sorotan: Ijazah Jokowi, Kemah Mahasiswa, Mosi Tidak Percaya Rektor, Kematian Argo

1 day ago 3

TEMPO.CO, Jakarta - Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada (UGM) Argo Ericko Achfandi berusia 19 tahuta, pada Sabtu dini hari, 24 Mei 2025. Mahasiswa angkatan 2024 tersebut mengalami luka parah din, meninggal setelah ditabrak mobil BMW di kawasan Sleman, Yogyakar bagian kepala dan dinyatakan meninggal di tempat kejadian.

Pelaku penabrakan bernama Christianto Pangarapenta Pengidahen Tarigan, 21 tahun. Kasus kecelakaan tragis ini kini tengah ditangani oleh pihak Kepolisian Resor Sleman yang sedang melakukan penyelidikan lebih lanjut, termasuk dengan memeriksa rekaman CCTV serta meminta keterangan dari para saksi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Di tengah proses hukum yang masih berlangsung, tagar #JusticeForArgo ramai diperbincangkan di media sosial sebagai bentuk desakan publik agar kasus ini ditangani secara terbuka dan adil. Hingga kini, Christianto belum ditetapkan sebagai tersangka, dan menurut Kasatlantas Polres Sleman AKP Mulyanto, yang bersangkutan masih berstatus sebagai wajib lapor selama penyelidikan berjalan.

Akibat kejadian tersebut, UGM kembali menjadi sorotan publik setelah rangkaian peristiwa yang terjadi belakangan ini di 'kampus biru' itu.

Mosi Tidak Percaya BEM UGM kepada Rektor

Pada Jumat, 23 Mei 2025, Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Universitas Gadjah Mada (BEM KM UGM) secara resmi mengumumkan mosi tidak percaya terhadap Rektor UGM, Ova Emilia. Ketua BEM KM UGM, Tiyo Ardianto, menjelaskan bahwa langkah ini diambil karena kondisi sosial-politik Indonesia yang dinilai tengah berada dalam situasi genting.

“Situasi bangsa yang bahaya dan mengarah pada kehancuran. Kami ingin UGM menyelamatkan rakyat,” ujar Tiyo ketika dihubungi pada Senin, 26 Mei 2025. Ia menyatakan mosi itu juga wujud kekecewaan BEM kepada Rektor UGM yang dianggap berdalih karena enggan mengakomodosasi tuntutan mahasiswa.

Mosi tersebut muncul sebagai bentuk kekecewaan atas sikap kampus yang dianggap kurang tegas dalam merespons perkembangan politik nasional. BEM UGM menuntut agar rektor secara terbuka menyatakan mosi tidak percaya terhadap institusi negara tertentu. Menurut mereka, upaya kampus dalam menggelar diskusi akademik saja tidak memadai untuk menghadapi kompleksitas masalah yang ada.

Mahasiswa Menggelar Aksi dengan Berkemah di Depan Rektorat UGM

Aliansi Mahasiswa UGM menyuarakan tuntutan agar pihak rektorat bertanggung jawab atas buruknya penanganan sejumlah kasus kekerasan seksual di lingkungan kampus. Sebagai bentuk protes damai, mereka menggelar aksi berkemah di depan Balairung atau gedung rektorat pada Rabu, 14 Mei 2025.

Dalam aksinya, mahasiswa mendesak adanya reformasi menyeluruh dalam struktur Satuan Tugas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (Satgas PPKS). Mereka meminta Satgas untuk lebih transparan kepada korban, memberikan ruang bagi suara korban didengar, serta mengambil langkah tegas terhadap pelaku kekerasan seksual. Selain itu, mahasiswa juga menyerukan kepada rektorat agar secara tegas menolak segala bentuk keterlibatan militer di lingkungan kampus.

Kekhawatiran muncul bahwa sikap pasif pihak kampus dapat membuka peluang bagi intervensi militer, seperti yang terjadi di Universitas Udayana yang menjalin kerja sama dengan Tentara Nasional Indonesia (TNI). “Belum ada pernyataan tegas soal penolakan militerisme masuk kampus,” kata perwakilan aliansi, Halimah, kepada Tempo di Balairung pada Rabu, 14 Mei 2025.

Polemik Ijazah Jokowi

Rektor UGM Ova Emilia beserta seluruh Wakil Rektor UGM Yogyakarta tidak menghadiri sidang gugatan perdata terkait keaslian ijazah Jokowi yang digelar di Pengadilan Negeri (PN) Sleman, Yogyakarta, pada Kamis, 22 Mei 2025.

Berdasarkan pantauan Tempo di lokasi, hanya tim kuasa hukum yang mewakili pimpinan UGM serta pengacara Kasmudjo—dosen pembimbing akademik Jokowi—yang hadir dalam persidangan tersebut. Sementara itu, pihak penggugat, yakni Komardin, seorang pengacara asal Makassar, tampak hadir langsung di ruang sidang sejak sekitar pukul 10.40 WIB.

Kader Partai Solidaritas Indonesia atau PSI Dian Sandi Utama mengunggah foto ijazah S1 Jokowi dari Universitas Gajah Mada atau UGM. Dalam postingan di akun X pribadinya, Sandi menulis, "Buat yang ributin fotocopy ijazah pak Jokowi yang saya upload pada utas. Biar kalian tenang lebarannya; ini saya upload yang asli."

Menanggapi polemik ini, Joko Widodo menyatakan kesiapannya untuk memperlihatkan ijazah asli jika perkara tersebut berlanjut ke pengadilan. Ia juga mengungkapkan keprihatinannya terhadap potensi dampak yang mungkin ditanggung oleh pihak-pihak tertentu apabila dokumen aslinya benar-benar diperlihatkan di forum hukum.

"Kalau proses hukumnya berlanjut ke tahapan berikutnya saya itu kasihan (dengan para terlapor). Tapi ini kan sudah keterlaluan," kata Jokowi seusai menjalani pemeriksaan di Gedung Badan Reserse Kriminal Polri, Selasa, 20 Mei 2025.

Sebelumnya, seratusan orang dari TPUA (Tim Pembela Ulama dan Aktivis) mendatangi Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada atau UGM pada Selasa, 15 April 2025.

Pada kesempatan itu, mereka yang diwakili Roy Suryo, Rismon Hasiholan Sianipar, dan Tifauzia Tiasuma, dan Syukri Fadoli, menuntut pihak kampus mengklarifikasi isu yang beredar sekaligus meminta bukti-bukti ijazah Jokowi di kampus itu.

Wakil Rektor Bidang Pendidikan dan Pengajaran UGM Wening Udasmoro mengatakan pihaknya memiliki seluruh dokumen pendukung yang menunjukkan Jokowi merupakan mahasiswa sah di kampus tersebut serta telah lulus secara resmi.

"Joko Widodo itu tercatat dari awal sampai akhir melakukan tridarma perguruan tinggi di Universitas Gadjah Mada, dan kami memiliki bukti-bukti, surat-surat, dokumen-dokumen yang ada di Fakultas Kehutanan," ujar Wening saat konferensi pers di UGM, Yogyakarta, Selasa, 15 April 2025.

Dian Rahma Fika, Nandito Putra, Dede Leni Mardianti, Shinta Maharani, dan Pribadi Wicaksono berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |