Dampak Tarif Trump bagi Ekonomi Indonesia Menurut Ekonom IPB University: Ekspor Turun, Inflasi Naik

1 day ago 4

TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom IPB University Hermanto Siregar mengatakan kebijakan tarif yang diterapkan Presiden Amerika Serikat Donald Trump bisa berdampak buruk bagi Indonesia. Hal ini terjadi bila pemerintah gagal melakukan negosiasi dan tidak memiliki langkah mitigasi yang efektif.

Dalam kajiannya, Hermanto mengatakan penurunan nilai ekspor bisa mencapai 20 hingga 30 persen. "Kenaikan inflasi bisa 1 hingga 2 persen dan kontraksi GDP sebesar 0,5 hingga 1 persen," kata Hermanto dalam acara diskusi 'Dinamika dan Perkembangan Dunia Terkini: Geopolitik, Keamanan dan Ekonomi Global' yang diselenggarakan TYI di Jakarta, Minggu, 13 April 2025.

Hermanto mengatakan pemerintah perlu menerapkan kebijakan jangka pendek dan jangka menengah-panjang untuk merespons kebijakan tarif Trump. Salah satu kebijakan jangka pendek ini bisa dilakukan dengan diversifikasi ekspor. "Kita butuh ini. Sekaligus ini adalah reformasi untuk perbaikan ke depan," ujarnya.

Menurut dia, pasar potensial untuk produk-produk Indonesia, selain pasar Amerika. Misalnya, India, Uni Eropa, atau negara-negara Timur Tengah untuk ekspor produk halal.

Untuk kebijakan jangka menengah-panjang, Hermanto melanjutkan, pemerintah bisa melakukan diversifikasi dan resiliensi perdagangan. Cara ini bisa ditempuh dengan membidi pasar-pasar baru. "Targetkan setidaknya 20 persen ekspor digeser ke pasar non-Amerika," kata dia. Selain itu, pemerintah perlu mengembangkan hilirisasi.

Kebijakan berikutnya menurut Hermanto adalah modernisasi industri dengan meningkatkan efisiensi dan transaksi digital. Kemudian, melakukan penguatan permintaan domestik. Ia merekomendassikan pemerintah menaikan target konsumsi masyarakat dengan meningkatkan upah minimum yang didukung kenaikan produktivitas. Kemudian, memberikan jaring pengaman sosial.

Lebih lanjut, Hermanto merekomendasikan pemerintah untuk melakukan integrasi regional dan global. Caranya, dengan memperdalam integrasi perdagangan ASEAN. "Turunkan tarif intra-regional ke 0 persen misalnya di tahun 2028, sehingga dapat menciptakan market buffer terhadap global shocks yang cukup tinggi," kata dia.

Strategi lainnya, ujar Hermanto, adalah strategi critical minerals. Ia mengatakan pemerintah perlu memposisikan  Indonesia sebagai salah satu mitra kunci Amerika dalam rantai pasok nikel dan cobalt. "Ini ahar bisa memperoleh pengecualian tarif dengan penyelerasan terhadap Biden-era IRA frameworks," kata dia.

Donald Trump menerapkan kebijakan tarif respirokal seiring memanasnya perang dagang Amerika Serikat dengan Cina. Teranyar, Trump mengenakan total tarif yang mencapai 145 persen untuk Cina. Sebaliknya, negara tirai bambu itu telah menetapkan tarif sebesar 84 persen untuk Amerika.

Dalam unggahan panjang di media sosial X miliknya, Trump menjelaskan bahwa keputusan menaikkan tarif didorong oleh sikap Cina yang ia nilai kurang menghargai pasar global. Ia meyakini pemerintah Beijing akan sadar bahwa era “merampok” Amerika dan negara lain sudah berakhir. Menurut Trump, model perdagangan yang dijalankan Cina selama ini tidak adil dan tidak bisa dibiarkan terus berlanjut.

Sementara itu, Donald Trump menangguhkan seluruh tarif impor tinggi yang diberlakukan kepada sejumlah negara selama 90 hari. Trump mengatakan keputusan tersebut diambil karena antusiasme sejumlah negara untuk bernegosiasi dengannya. Ia berujar, lebih dari 75 negara telah mengirimkan delegasi untuk bertemu dengan pihak Amerika Serikat, termasuk Kantor Perwakilan Dagang Amerika Serikat (USTR). Sebelum penangguhan, Trump mengenakan tarif impor 32 persen kepada Indonesia. 

“Faktanya, lebih dari 75 negara telah memanggil perwakilan AS, termasuk Departemen Perdagangan, Departemen Keuangan, dan USTR untuk merundingkan solusi bagi subjek yang dibahas,” ujar Trump. 

Bukan Sekadar Strategi Ekonomi

Direktur Eksekutif The Yudhoyono Institute (TYI) Agus Harimurti Yudhoyono alias AHY menyebut kebijakan tarif tinggi yang diberlakukan Presiden Amerika Serikat Donald Trump bukan sekadar strategi ekonomi.  "Ini adalah simbol kembalinya pendekatan realisme ofensif melalui pendekatan ekonomi dan hubungan internasional," kata AHY, Minggu, 13 April 2025. Realisme ofensif merupakan teori hubungan internasional yang menyatakan bahwa negara-negara cenderung bersaing dan berperilaku agresif. 

AHY mengatakan kenaikan tarif tersebut berdampak pada kondisi pasar keuangan maupun sektor ril. Dampaknya, risiko resesi global tahun ini bisa meningkat panjang. "Unfortunately, ini adalah fakta baru dunia," tutur Ketua Umum Partai Demokrat ini.

Adapun sebelumnya, Presiden Prabowo menyatakan Indonesia tidak akan memihak Cina atau Amerika Serikat dalam perang dagang soal tarif impor. Menurut dia, Cina dan AS adalah sahabat dekat Indonesia. Sehingga tidak mungkin memutus kerja sama ekonomi dengan negara tirai bambu tersebut maupun Amerika.

"Kami menghormati semua negara. Kami menganggap Cina sebagai teman baik kami. Kami juga menganggap AS sebagai teman baik. Kami ingin menjadi jembatan,” kata Prabowo.

Prabowo berharap Cina dan Amerika Serikat akan mencapai kesepakatan dalam perang dagang ini. Ia juga berharap untuk bertemu dengan Presiden AS Donald Trump untuk membahas masalah ini. 

Prabowo juga mengatakan ingin bertemu Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk membahas perang dagang yang semakin memanas antara AS dan Cina. “Saya sudah minta waktu, mudah-mudahan ya,” Prabowo Antalya Diplomacy Forum, Turki, 11 April 2025, dari keterangan resminya di YouTube Sekretariat Presiden.

Eka Yudha Saputra berkontribusi dalam penulisan artikel ini.

Pilihan Editor; Tarif Impor Trump: Menilik Efek Buruk Terhadap 10 Komoditi Ekspor Indonesia

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |