TEMPO.CO, Jakarta - Penelitian yang menganalisis data arsip berusia 20 tahun milik Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) dan Badan Antariksa Eropa (ESA) menduga bahwa emas dan unsur berat lainnya di alam semesta berasal dari semburan besar bintang neutron termagnetisasi yang disebut magnetar. Hasil penelitian itu telah dipublikasikan pada 29 April 2025 di The Astrophysical Journal Letters yang bebas akses.
“Ini pertanyaan yang sangat mendasar mengenai asal usul materi kompleks di alam semesta,” kata Anirudh Patel, mahasiswa doktoral di Columbia University, yang memimpin penelitian itu, dikutip dari laporan tertulis NASA, Jumat, 2 Mei 2025. “Ini teka-teki yang menyenangkan dan sebenarnya belum pernah terpecahkan,” kata Patel menambahkan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Magnetar adalah jenis bintang neutron dengan medan magnet sangat kuat yang dapat melepaskan radiasi energi tinggi dalam peristiwa langka bernama magnetar giant flare. Para peneliti memperkirakan bahwa semburan ini bisa menyumbang hingga 10 persen dari seluruh unsur yang lebih berat (nomor atomnya lebih tinggi) daripada besi di galaksi.
“Ini menjawab salah satu pertanyaan besar abad ini dan memecahkan misteri dengan menggunakan data arsip yang hampir terlupakan,” tutur Eric Burns, astrofisikawan di Louisiana State University, juga anggota tim peneliti.
Tim peneliti menemukan bahwa semburan dari magnetar menciptakan kondisi ekstrem yang memungkinkan pembentukan unsur berat tersebut melalui proses penangkapan neutron cepat. Dalam kondisi ini, atom dapat menangkap banyak neutron dan mengalami peluruhan berulang, hingga membentuk unsur seperti uranium, bahkan emas.
Ketika menelusuri data sinar gamma dari peristiwa semburan magnetar pada Desember 2004, para peneliti menemukan sinyal tambahan yang saat itu belum diketahui maknanya. Setelah dibandingkan dengan model prediksi tim Patel dan Metzger, sinyal tersebut ternyata cocok dengan pola pembentukan unsur berat dalam semburan magnetar.
“Itu memang sudah dicatat pada saat itu, tapi tidak ada yang tahu itu sebenarnya apa,” ucap Burns. Dia menuturkan awalnya mengira Patel dan Metzger hanya bercanda saat mereka menunjukkan hasil yang sangat cocok dengan prediksi. Namun, sinyal gamma yang terekam dua dekade lalu ternyata sesuai dengan skenario pembentukan unsur berat dari semburan magnetar.
Penemuan ini diperkuat dengan data dari dua misi heliosfisika NASA, yakni Reuven Ramaty High Energy Solar Spectroscopic Imager (RHESSI) yang sudah pensiun dan satelit Wind yang masih aktif. Keduanya juga mencatat semburan magnetar pada 2004. Studi ini juga melibatkan ilmuwan dari Flatiron Institute serta beberapa universitas lainnya.
Sebagai tindak lanjut, NASA berencana akan meluncurkan misi Compton Spectrometer and Imager (COSI) pada 2027. Teleskop sinar gamma ini akan mempelajari fenomena energik di alam semesta, termasuk semburan magnetar, dan mampu mengidentifikasi unsur-unsur yang terbentuk dari peristiwa tersebut.
“Menyenangkan sekali memikirkan bahwa beberapa bagian dari ponsel atau laptop saya mungkin terbentuk dari ledakan ekstrem sepanjang sejarah galaksi kita,” ujar Patel.