TEMPO.CO, Yogyakarta - Selama ini energi panas bumi atau geothermal cenderung dimanfaatkan untuk kebutuhan pembangkit listrik. Belakangan sumber energi terbarukan ini disulap menjadi pupuk oleh para peneliti Universitas Gadjah Mada (UGM).
Endapan silika dari fluida panas bumi di Lahendong, Sulawesi Utara, bisa diubah menjadi booster atau penyubur tanaman. Endapan tersebut, berdasarkan studi, mengandung sekitar 60 unsur dan senyawa ikutan dengan sifat menyerupai abu vulkanik yang mampu menyuburkan tanah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Endapan ini diolah dengan teknologi nano sehingga menjadi cairan yang dapat diserap optimal oleh tanaman,” kata Pri Utami, salah satu peneliti UGM, dalam keterangan tertulis pada Sabtu, 31 Mei 2025.
Para peneliti UGM bermitra dengan PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE) Unit Lahendong untuk menciptakan booster pertanian cair bernama Katrili, nama yang terinspirasi dari tarian syukur masyarakat Minahasa. Produk yang sudah teruji aman di laboratorium ini disemprotkan ke tanaman dalam dosis terukur.
“Katrili telah menunjukkan hasil positif pada empat komoditas pertanian di Minahasa, yakni padi, tomat, kacang kawangkoan, serta bawang merah,” kata Pri Utami yang juga mengajar di Departemen Teknik Geologi Fakultas Teknik UGM. Para periset produk panas bumi itu bergabung dengan rombongan pemerintah ketika memanen komoditas hasil uji Katrili pada 26 Mei lalu.
Selain Utami, ada beberapa pengajar UGM lain yang terlibat dalam pengembangan pupuk endapan silika tersebut. Ada Ronny Martien yang membidangi nanoteknologi, serta Ngadisih yang merupakan ahli konservasi tanah dan air.
Direktur Operasi PT PGE Ahmad Yani menyatakan solusi berkelanjutan dari sumber daya alam tidak hanya untuk kebutuhan listrik saja. Menurut dia, riset nanosilika dari endapan geotermal akan membantu menonjolkan riset-riset terapan yang berdampak positif secara langsung bagi masyarakat.
Bupati Minahasa Robby Dondokambey mengatakan hasil riset para peneliti UGM itu relevan dengan mayoritas masyarakat Minahasa yang bekerja sebagai petani. Dia berharap booster Katrili bisa terdistribusi ke wilayah pertanian lain di Sulawesi, serta suatu saat ke seluruh Indonesia.
“Inovasi ini membuat masyarakat merasakan langsung manfaat dari kehadiran industri panas bumi,” ujar Robby.