Fase Peralihan ke Musim Kemarau, BMKG dan BRIN: Hujan Lebat Masih Ada

1 day ago 3

TEMPO.CO, Jakarta - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan kondisi cuaca di Indonesia dalam sepekan ke depan masih akan dihiasi hujan dengan intensitas sangat lebat hingga ekstrem di sejumlah wilayah.

Saat ini sebagian besar wilayah Indonesia masih mengalami fase peralihan dari musim hujan ke kemarau atau disebut masa pancaroba. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Meski cuaca dominan cerah berawan pada pagi hari hingga menjelang siang, cuaca akan berubah menjadi hujan disertai petir untuk sore hingga malam. Dikutip dari bmkg.go.id kondisi cuaca sejumlah wilayah di Indonesia masih diterjang hujan sangat lebat bahkan ekstrem. Meski memasuki awal musim kemarau, dinamika atmosfer  regional masih memicu pembentukan awan hujan secara aktif di berbagai daerah yang dapat memicu bencana hidrometeorologi seperti banjir dan tanah longsor.

BMKG mencatat prospek cuaca sepekan ke depan dibagi atas dua periode. Pertama periode 27 hingga 29 Mei 2025, di mana cuaca Indonesia didominasi oleh kondisi berawan hingga hujan ringan. Namun perlu diperhatikan, sejumlah wilayah masih mengalami peningkatan hujan intensitas sedang, seperti di Sumatera bagian utara, Kepulauan Riau, Bangka Belitung, sebagian besar Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan bagian tengah dan timur, sebagian besar Sulawesi, Maluku, serta wilayah Papua. BMKG juga menetapkan status siaga hujan lebat hingga sangat lebat di Aceh dan Nusa Tenggara Barat (NTB), serta potensi angin kencang di Aceh dan Jawa Barat

Memasuki periode 30 Mei hingga 2 Juni 2025, intensitas hujan diprediksi masih bertahan di beberapa wilayah. Peningkatan hujan intensitas sedang diperkirakan terjadi di sejumlah wilayah, seperti Sumatera bagian barat, sebagian besar Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua. Peringatan Siaga berlaku untuk Kepulauan Bangka Belitung, Sulawesi Barat, dan Papua Selatan, dengan potensi angin kencang di Kepulauan Riau.

Peneliti dari Pusat Riset Iklim dan Atmosfer Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Erma Yulihastin, mengungkapkan bahwa kemunculan bibit badai vorteks di Samudra Hindia menjadi faktor utama terjadinya kemarau basah di sejumlah wilayah Indonesia. Fenomena ini ditandai dengan curah hujan yang masih tinggi meskipun seharusnya sudah memasuki musim kemarau.

Menurut Erma, dinamika badai vorteks tersebut efektif menunda datangnya musim kemarau, terutama di wilayah Sumatera bagian selatan dan Pulau Jawa. "Kondisi sering hujan yang terjadi di Sumatera bagian selatan dan Jawa masih akan terus berlangsung selama dasarian kedua Mei 2025," ujarnya saat dihubungi, Kamis, 15 Mei 2025.

Lebih lanjut, Erma menjelaskan bahwa aktivitas sistem badai tersebut meningkatkan pembentukan awan dan curah hujan di berbagai wilayah. Hujan dalam beberapa hari terakhir terpantau kembali meningkat, khususnya di sebagian besar wilayah Jawa yang seharusnya mulai mengering di masa transisi ini.

M. Faiz Zaki berkontribusi dalam artikel ini.

Pilihan editor: Alasan Hujan Masih Sering Datang di Musim Kemarau

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |