Jarang Terungkap, Rahasia dan Makna Mimpi dalam Tidur Menurut Gus Baha

6 hours ago 3

Liputan6.com, Jakarta - Tidur bukan sekadar proses biologis untuk mengistirahatkan tubuh, namun dalam pandangan Islam, ada dimensi spiritual yang tak kalah penting. Salah satunya adalah perihal mimpi, yang diyakini sebagai medium ilahi ketika manusia benar-benar pasrah.

Hal ini disampaikan oleh ulama ahli tafsir Al Qur'an asal Rembang KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau yang akrab disapa Gus Baha.

Dalam salah satu ceramahnya, Gus Baha menjelaskan secara mendalam tentang filosofi mimpi dan kaitannya dengan kondisi ruhani manusia saat tidur. Ia menekankan bahwa saat tidur, manusia kehilangan kendali atas dirinya sendiri, dan saat itulah kendali sepenuhnya berada di tangan Allah SWT.

Menurut Gus Baha, tidur yang benar menurut ajaran Islam bukan hanya memejamkan mata, melainkan juga disertai dengan adab dan tata cara yang diajarkan Nabi Muhammad SAW. Mulai dari berwudhu, membaca wirid dan doa, serta tidur dengan posisi menghadap kiblat sebagaimana posisi jenazah yang telah wafat.

“Tidur yang disertai adab seperti itu menjadikan mimpi sebagai sarana ilahiyah. Karena dalam kondisi tidur, manusia tidak bisa mengarahkan pikirannya ke mana-mana. Ia tidak bisa menentukan mimpinya sendiri. Semua kendali sudah bukan milik dirinya, tapi milik Allah sepenuhnya,” ujar Gus Baha.

Simak Video Pilihan Ini:

Geger Jenazah Anak Perempuan di Dalam Karung di Pemalang, Pelajar jadi Tersangka

Doa Sebelum Tidur Sebenarnya Lebih Panjang

Dikutip Jumat (23/05/2025) dari tayangan video di kanal YouTube @takmiralmukmin, Gus Baha menyampaikan ceramah ini dengan gaya khasnya yang sederhana namun mendalam. Ia mengajak umat Islam untuk tidak meremehkan doa dan wirid sebelum tidur, karena hal itu memiliki nilai spiritual yang tinggi.

Dalam Islam, terdapat banyak doa dan wirid sebelum tidur yang diajarkan langsung oleh Nabi Muhammad SAW. Salah satu yang paling populer adalah wirid Subhanallah 33 kali, Alhamdulillah 33 kali, dan Allahu Akbar 33 kali, yang disebut sebagai ijazah Nabi kepada Sayidah Fatimah.

Menurut Gus Baha, wirid tersebut bukan hanya bertujuan untuk menenangkan pikiran sebelum tidur, tetapi juga merupakan bentuk penyerahan total kepada Allah. Dalam keadaan seperti itu, mimpi yang datang bisa menjadi lebih bermakna dan bahkan menjadi isyarat dari Sang Khalik.

“Kalau tidurnya pakai wudhu, membaca doa, menghadap kiblat, itu seperti posisi jenazah. Orang itu tidak bisa lagi menentukan keinginannya sendiri. Karena sistem sarafnya mati sementara, maka yang berkuasa hanya Allah,” tambah Gus Baha.

Hal tersebut membuktikan bahwa Islam memperhatikan betul seluruh aktivitas manusia, bahkan yang dianggap remeh seperti tidur. Dalam Al-Qur’an, mimpi juga beberapa kali dijadikan wahyu atau petunjuk, seperti yang dialami oleh Nabi Yusuf.

Tidak sedikit pula ulama klasik yang menuliskan tafsir tentang mimpi, karena mereka meyakini bahwa mimpi yang datang dari Allah dapat menjadi petunjuk atau peringatan bagi manusia. Namun tetap saja, tidak semua mimpi bersifat ilahiyah, dan umat Islam dianjurkan untuk bijak dalam menafsirkannya.

Perihal Mimpi

Gus Baha juga menegaskan bahwa mimpi hanya bisa bernilai jika didahului dengan amal dan ibadah yang baik sebelum tidur. Oleh karena itu, ia mengingatkan umat Islam untuk tidak tidur dalam keadaan lalai atau melakukan maksiat.

Doa mau tidur yang diajarkan Nabi cukup panjang dan penuh makna, salah satunya adalah: Bismika Allahumma ahya wa amut (Dengan nama-Mu ya Allah aku hidup dan mati). Kalimat ini mengandung kepasrahan total kepada Tuhan.

Gus Baha mengajak umat Islam agar membiasakan diri untuk tidur dalam kondisi suci, bersih, dan berdzikir. Karena tidur bukan akhir dari kesadaran, tapi justru permulaan dari keterhubungan ruh dengan sang Pencipta.

Ia juga mencontohkan, seseorang yang sebelum tidur banyak membaca ayat-ayat Al-Qur’an atau berdzikir, maka potensi mendapatkan mimpi baik akan lebih besar. Karena kondisi batin orang tersebut sedang dekat dengan Allah.

Sebaliknya, tidur dalam kondisi lalai dan hati yang kotor berpotensi memunculkan mimpi yang hanya berasal dari bisikan nafsu atau bahkan gangguan setan. Inilah pentingnya menjaga suasana batin sebelum terlelap.

Gus Baha menyebutkan bahwa mimpi juga bisa menjadi cerminan dari kondisi spiritual seseorang. Semakin bersih hati dan amal seseorang, semakin besar kemungkinan ia memperoleh mimpi yang bermakna.

Namun begitu, Gus Baha mengingatkan agar tidak menjadikan mimpi sebagai dasar utama dalam mengambil keputusan hidup. Mimpi hanyalah salah satu dari sekian banyak tanda, dan tetap harus disandingkan dengan nalar dan syariat.

“Yang terpenting bukan pada mimpinya, tapi bagaimana kita mempersiapkan tidur itu menjadi ibadah. Maka semua prosesnya harus diniatkan untuk Allah,” pungkas Gus Baha dalam ceramahnya yang ditonton ribuan orang di platform digital.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |