TEMPO.CO, Jakarta - Umat Katolik penyandang disabilitas ikut merasa kehilangan atas kepergian Paus Fransiskus pada Senin pagi, 21 April 2025 waktu Vatikan. Salah satunya adalah Komisioner Komisi Nasional Disabilitas (KND) Kikin Purnawirawan Sibero Tarigan yang pernah berjumpa dengan Paus dalam kunjungannya ke Indonesia pada September 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Saat kunjungan Paus, Kikin melihat dengan mata kepala sendiri, kesederhanaan dan teladan sosok Paus Fransiskus. Awalnya, panitia kedatangan Paus menyampaikan umat dengan disabilitas ingin menemui secara khusus Paus saat memimpin misa akbar di Gelora Bung Karno.
Namun, Paus berinisiatif terlebih dulu untuk menemui umat dengan disabilitas di kantor Konferensi Waligereja Indonesia(KWI) di Jalan Cut Meutia, Jakarta Pusat. Kunjungan itu dilakukan Paus Fransiskus pada pukul 10.00 setelah selesai mengunjungi Masjid Istiqlal atau 7 jam sebelum misa akbar digelar di GBK.
"Saat itu Paus sendiri yang menghampiri penyandang disabilitas satu per satu ke kursinya, bahkan ada yang menangis sampai dipeluk , dan hal itu dilakukan Paus kepada semua kurang lebih dua ratusan difabel yang datang ke kantor Konferensi Wali Gereja Indonesia," ujar Kikin saat dihubungi Tempo, Senin, 21 April 2025.
Selain menghampiri, menyapa dan memberkati jemaat disabilitas satu persatu, Paus membagikan rosario bagi penyandang disabilitas yang ditemuinya. Kikin yang duduk di antara para umat disabilitas juga ikut disapa dan diajak bicara oleh Paus.
"Dia bilang ke saya untuk jangan bersedih dan tetap berjuang," kata Kikin yang juga pernah menjabat sebagai Ketua Presidium PP Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia 1998-2000.
Tempo pun turut merekam momen tersebut. Kala itu, Paus Fransiskus menyampaikan kelompok disabilitas dan marjinal memiliki tempat spesial bagi gereja Katolik. Ia mengibaratkan para difabel dan kelompok marjinal sebagai bintang kecil yang terang di langit. “Mereka adalah anggota paling berharga di gereja,” kata dia, Kamis, 5 September 2024.
Ia juga sempat berbincang dengan sejumlah hadirin. Seorang hadirin penyandang disabilitaa, Andrew, bercerita bahwa ia merasakan kondisi itu sejak kecil. Namun, keluarganya sangat mendukung keadaannya, juga memberikan pendampingan.
Mendengar itu, Fransiskus menyalami Andrew yang tampak masih remaja. Paus juga menyalami semua hadirin, satu demi satu. Uskup Agung Jakarta Ignatius Kardinal Suharyo bercerita, Paus Fransiskus selalu meminta bertemu difabel dan kelompok marjinal ketika berkunjung ke sebuah negara.
Kabar wafatnya Paus Fransiskus disampaikan oleh Kardinal Kevin Farrell, Camerlengo Kamar Apostolik, pada Senin pukul 09.45 waktu Vatikan. "Saudara-saudari terkasih, dengan dukacita yang mendalam saya harus mengumumkan wafatnya Bapa Suci kita, Fransiskus. Pada pukul 7.35 pagi ini, Uskup Roma, Fransiskus, kembali ke rumah Bapa. Seluruh hidupnya dibaktikan untuk melayani Tuhan dan Gereja-Nya," ujar Kardinal Farell dilansir dari situs Vatikan, Senin.
Sebelumnya, sejak Februari lalu, Paus menjalani perawatan di rumah sakit akibat pneumonia ganda. Ia dirawat selama 38 hari dan selanjutnya menjalani pemulihan di kediamannya, di Casa Santa Marta.
Sebelum wafat, Paus Fransiskus menyampaikan pesan Paskah soal gencatan senjata di Gaza. Pesan tersebut dibacakan oleh seorang ajudan, pada Minggu, 20 April 2025. Paus hanya muncul sesaat di balkon Basilika Santo Petrus.
Di tengah masa pemulihan, Paus Fransiskus sempat menyapa umat di balkon Basilika Santo Petrus saat Hari Paskah kemarin. Dalam pesan Paskah kali ini, yang dibacakan seorang ajudan, Paus menggambarkan situasi Gaza sebagai dramatis dan menyedihkan. Ia mendesak Hamas segera melepaskan seluruh sandera yang masih ditahan dan mengutuk maraknya antisemitisme global yang disebut mengkhawatirkan.
“Saya menyampaikan kedekatan saya dengan penderitaan rakyat Israel dan Palestina,” ujarnya seperti dilansir dari Channel News Asia. “Saya mendesak semua pihak yang bertikai: hentikan peperangan, bebaskan sandera, dan bantu rakyat yang kelaparan demi masa depan yang damai.”