Liputan6.com, Jakarta - Al-Qur’an merupakan kitab suci bagi umat Islam yang diturunkan pada bulan Ramadhan. Al-Qur’an kali pertama diturunkan secara menyeluruh dari Lauhul Mahfudz ke Baitul Izzah pada Lailatul Qadar, kemudian pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW pada 17 Ramadhan.
Al-Qur’an harus menjadi pedoman hidup umat Islam jika ingin selamat dunia dan akhirat. Sebagai muslim, sudah semestinya menjadikan Al-Qur’an sebagai rujukan dalam segala hal, termasuk perkembangan sains dan teknologi.
Bukan sekadar kitab suci yang menjadi pedoman hidup, tapi juga muslim harus membaca dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan, membaca Al-Qur’an menjadi salah satu ibadah yang ditekankan oleh Rasulullah SAW.
Ada banyak keutamaan membaca Al-Qur’an. Salah satunya adalah akan memberi syafaat di hari kiamat bagi pembacanya.
Abu Umamah Al Bahily radhiyallahu ‘anhu berkata, “Aku telah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Bacalah Al-Qur’an karena sesungguhnya dia akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafaat kepada orang yang membacanya'.” (HR. Muslim).
Selain membaca, muslim juga sering mendengarkan lantunan ayat suci Al-Qur’an dengan berbagai platform. Pertanyaannya, apakah pahala mendengarkan akan sama dengan membaca Al-Qur’an?
Simak berikut penjelasan Pengasuh LPD Al Bahjah KH Yahya Zainul Ma’arif alias Buya Yahya.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Alhamdulillah, 39 Santri di Cilacap Sembuh Covid-19
Penjelasan Buya Yahya
Buya Yahya mengatakan, Al-Qur’an bisa didengar oleh telinga, bisa diucapkan oleh lisan, dan bisa dipandang oleh mata. Semuanya memiliki pahala masing-masing.
“Kalau membaca Al-Qur’an dengan matanya saja, dia mendapatkan pahala. Membaca Al-Qur’an dengan matanya (tapi) lisannya diam, telinganya gak mendengar karena lisannya diam, dia berjalan dengan matanya, dengan ayat Al-Qur’an, dengan hatinya, dapat pahala,” kata Buya Yahya dikutip dari YouTube Al Bahjah TV, Senin (17/3/2025).
Buya Yahya menambahkan, orang yang mengucapkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan lisannya tanpa melihat mushaf tetap mendapatkan pahala. Pun jika hanya mendengar saja, tanpa melihat dan berucap, dia tetap dapat pahala.
“Maka, semua dapat pahala. Jadi, dengar Al-Qur’an di YouTube dapatkan pahala mendengar, tapi gak dapat pahala membaca,” jelas Buya Yahya.
Menurut Buya Yahya, pahala orang yang membaca Al-Qur’an yang melibatkan lisan, telinga, dan mata akan berbeda dengan orang yang hanya mendengarkan ayat-ayat Al-Qur’an. Hal tersebut karena orang yang mendengarkan ayat-ayat Al-Qur’an hanya menggunakan telinga, tidak dengan lisan dan matanya.
“Tidak bisa disamakan kalau Anda membaca Al-Qur’an dengan lisan Anda, lalu mata Anda ikut membacanya, kemudian telinga Anda mendengar, beda (dengan sekadar mendengar saja). Cuma kalau bicara dapat pahala, ya dapat pahala,” jelas Buya Yahya.
Tetap Harus Menggunakan Adab meski Mendengar Al-Qur’an
Buya Yahya menekankan bahwa orang yang mendengarkan ayat-ayat suci Al-Qur’an harus tetap menggunakan adab. “Dia mendengar kalimat Al-Qur’an yang dikumandangkan oleh rekaman, tapi aslinya kan tetap ayat Al-Qur’an, gak boleh kita rendahkan,” kata Buya Yahya mengingatkan.
Buya Yahya mengatakan bahwa mendengarkan Al-Qur’an pun harus mengutamakan adab. Sebab, muslim harus punya hormat terhadap kalamullah meski lewat rekaman-rekaman di media sosial.
“Maka perlu kita di saat memutar Al-Qur’an di YouTube, kaset-kaset, hendaknya kita harus punya adab. Kita tingkatkan kualitas adab kita. Mungkin dari posisi duduk kita diubah, mungkin apapun kita harus ada tanda bahwasanya seakan beda omongan manusia dan kalamullah,” tutur Pengasuh LPD Al Bahjah ini.
Wallahu a’lam.