Pemerintah Targetkan PLTP Muara Laboh Beroperasi pada 2027

5 hours ago 2

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan unit 2 Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi atau PLTP Muara Laboh di Sumatra Barat akan beroperasi pada kuartal pertama 2027. Target operasional PLTP tersebut disampaikan Airlangga dalam pertemuan dengan Utusan Khusus Perdana Menteri Jepang untuk Asia Zero Emission Community (AZEC), Fumio Kishida, di kantornya, Jakarta Pusat, Senin, 5 Mei 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Pengembangan proyek PLTP Muara Laboh ditargetkan beroperasi secara komersial pada kuartal pertama 2027,” kata Airlangga dikutip dari keterangan tertulis, Senin, 5 Mei 2025.

Airlangga mengatakan proyek PLTP Muara Labuh terwujud berkat kerja sama antara PT Supreme Energy Muara Labuh dan Japan Bank for International Cooperation (JBIC). Kerja sama kedua perusahaan itu, kata dia, berada di bawah naungan skema AZEC yang diikuti kedua negara.

Politikus Partai Golkar itu mengatakan proyek berkapasitas 80 megawatt ini sudah mencapai financial close pada 18 April 2025, dan segera memasuki tahap konstruksi. Berkaca pada kerja sama di PLTP Muara Laboh, Airlangga mengatakan hubungan perdagangan dan investasi antara kedua negara terus tumbuh.

Pada 2024, kata Airlangga, nilai perdagangan Indonesia–Jepang mencapai US$ 35 miliar. Kemudian investasi Jepang di Indonesia juga naik 52 persen dari 2021 menjadi US$ 3,5 miliar. Untuk itu, Airlangga menyebutkan bahwa Indonesia menegaskan perannya sebagai mitra utama Jepang dalam AZEC. 

“Saat ini ada 175 nota kesepahaman terkait proyek rendah emisi yang ditandatangani oleh pelaku usaha dari kedua negara,” ujarnya. 

Lebih lanjut, Airlangga mengatakan pemerintah berkomitmen untuk mempercepat realisasi proyek-proyek rendah emisi tersebut. Termasuk dengan mengatasi berbagai hambatan melalui kolaborasi lintas sektor dan kemitraan publik-swasta.  

Dia menambahkan, pemerintah juga mendorong percepatan berbagai proyek AZEC lainnya seperti pembangkit listrik dari sampah Legok Nangka, pengembangan bahan bakar aviasi berkelanjutan (Sustainable Aviation Fuel), PLTP Sarulla, dan jaringan transmisi Jawa–Sumatera.

“Proyek-proyek ini menunjukkan keseriusan Indonesia dan Jepang dalam mempercepat transisi ke energi bersih dan pembangunan ekonomi hijau. Kunjungan mantan Perdana Menteri Kishida memperkuat komitmen kami untuk terus bekerja sama demi masa depan yang rendah karbon,” ujarnya.

Direktur Utama PT Supreme Energy Supramu Santosa mengatakan selain unit 2 PLTP yang mulai beroperasi dua tahun lagi, Unit 3 PLTP Muara Labuh yang berkapasitas 60 MW juga ditargetkan beroperasi pada 2033. Nantinya, listrik dari pembangkit ini akan disalurkan oleh PLN melalui jaringan listrik Sumatra.

Dia mengatakan penambahan kapasitas ini diharapkan bisa memperkuat pasokan listrik di kawasan tersebut dan mencukupi kebutuhan sekitar 760 ribu rumah tangga. Selain itu, menurut Supramu, proyek ini bisa mengurangi emisi karbon hingga 900 ribu ton CO per tahun.

Tak hanya berdampak pada lingkungan, dia mengatkaan proyek ini juga diperkirakan memberikan manfaat ekonomi bagi daerah. PT Supreme Energy memperkirakan akan ada pemasukan dari royalti dan bonus produksi yang dibayarkan ke pemerintah daerah, serta menciptakan sekitar 1.500 lapangan kerja selama masa konstruksi Unit 2 dan 3.

PLTP Muara Laboh sebelumnya telah mengoperasikan Unit 1 dengan kapasitas 85 MW sejak 16 Desember 2019. Selain di Sumatra Barat, Supreme Energy juga mengembangkan PLTP Rantau Dedap di Sumatra Selatan dengan kapasitas 91,2 MW, yang telah beroperasi sejak 26 Desember 2021.

Proyek tersebut dikelola oleh PT Supreme Energy Rantau Dedap (SERD), perusahaan patungan antara Supreme Energy Sriwijaya, Marubeni Corporation, Tohoku Electric, INPEX Geothermal Ltd., dan PT Energia Prima Persada.

Hammam Izzudin berkontribusi dalam penulisan artikel ini

Pilihan editor: Prinsip Berinvestasi Menurut Warren Buffett

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |