Prabowo, Luhut, dan Zulkifli Hasan Menolak Narasi Indonesia Gelap

4 hours ago 3

TEMPO.CO, Jakarta - Beberapa tokoh nasional menyampaikan pendapat mereka secara terbuka terkait munculnya slogan “Indonesia Gelap” yang belakangan ini menjadi simbol kritik terhadap pemerintahan.

Ungkapan tersebut digunakan oleh sejumlah elemen masyarakat sebagai bentuk ekspresi ketidakpuasan terhadap arah kebijakan pemerintah. Namun, sejumlah elite politik dan pejabat publik memberikan respons berbeda dengan menolak label tersebut, menyatakan bahwa kondisi Indonesia tidak seburuk seperti yang digambarkan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Presiden Prabowo Subianto menyatakan keheranannya terhadap narasi yang menyebut Indonesia tengah berada dalam keadaan gelap. Ia menilai bahwa pandangan semacam itu merupakan opini pribadi yang tidak selalu berdasar pada fakta empiris yang terjadi di lapangan.

“Kalau dia memang merasa gelap, itu hak dia. Tapi kalau saya bangun pagi, saya lihat Indonesia cerah,” kata Prabowo.

Presiden juga mencontohkan pengalaman pribadinya ketika melakukan kunjungan ke berbagai daerah dan berdialog langsung dengan para petani. Menurut Prabowo, para petani menyampaikan kepadanya bahwa mereka merasa puas dengan situasi saat ini karena harga hasil pertanian meningkat dan produktivitas pertanian menunjukkan tren positif.

“Kalau saya ketemu petani, mereka gembira. Produksi naik drastis, hasil mereka meningkat,” ujarnya.

Prabowo bahkan mengaitkan kondisi ekonomi Indonesia saat ini dengan proyeksi jangka panjang yang optimis. Ia merujuk pada hasil kajian sejumlah lembaga ekonomi internasional yang memprediksi bahwa Indonesia memiliki potensi untuk menjadi salah satu kekuatan ekonomi utama dunia dalam beberapa dekade mendatang.

“Indonesia akan di atas Jepang, Inggris, dan Prancis. Kok, Indonesia gelap?” kata dia, saat berpidato dalam Kongres VI Partai Demokrat pada 25 Februari 2025.

Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN), Zulkifli Hasan, menyampaikan pernyataan sikapnya dalam agenda Halal Bihalal dan pengumuman struktur kepengurusan baru partainya yang digelar di Kantor DPP PAN pada Ahad, 20 April 2025. Dalam pidatonya, Zulkifli Hasan menampik penggunaan istilah “Indonesia Gelap” yang menurutnya tidak mencerminkan realitas kondisi bangsa saat ini.

“Indonesia hari ini, esok, akan terang seperti matahari di siang hari,” ujar Zulkifli Hasan.

Lebih lanjut, ia menyampaikan bahwa walaupun masih terdapat pihak-pihak yang memiliki pandangan pesimis dan menyebut Indonesia sedang berada dalam situasi gelap, dirinya bersama seluruh kader PAN dan para menteri dari Kabinet Merah Putih memilih untuk merespons kritik tersebut dengan kerja nyata yang bersifat konstruktif dan solutif.

“Boleh saja sebagian mengatakan Indonesia gelap, tapi kita akan jawab dengan kerja-kerja nyata, dengan bukti-bukti nyata. Indonesia hari ini dan esok terang seperti matahari,” tegasnya.

Tanggapan keras juga datang dari tokoh senior yang kini menjabat sebagai Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN), Luhut Binsar Pandjaitan. Dalam sebuah forum diskusi ekonomi bertajuk The Economic Insights 2025 yang diselenggarakan di Jakarta pada Rabu, 19 Februari 2025, Luhut menyampaikan bahwa menurutnya narasi “Indonesia Gelap” lebih mencerminkan persepsi pribadi ketimbang kondisi objektif bangsa secara menyeluruh.

“Kalau ada yang bilang Indonesia gelap, yang gelap kau, bukan Indonesia,” kata Luhut seperti dikutip dari Antara.

“Ada orang bilang di sini lapangan kerja kurang. Di mana yang lapangan kerja kurang? Di Amerika juga bermasalah, di mana saja bermasalah,” kata Luhut.

Ia juga menekankan seharusnya publik tidak terlalu berfokus pada kekurangan negara, dan sebaliknya abai dengan kelebihan yang ada.

Latar Belakang Munculnya Narasi “Indonesia Gelap”

Istilah “Indonesia Gelap” mencuat dalam ruang publik seiring dengan rangkaian aksi demonstrasi yang terjadi sejak pertengahan Februari 2025. Aksi-aksi tersebut dimotori oleh kelompok mahasiswa, aktivis, dan sejumlah organisasi masyarakat sipil yang menyuarakan berbagai tuntutan kepada pemerintah. Demonstrasi tersebut terjadi secara serentak di berbagai daerah, termasuk di ibu kota Jakarta, dengan tajuk utama “Indonesia Gelap”.

Beberapa isu yang diangkat dalam aksi tersebut antara lain adalah penolakan terhadap revisi Undang-Undang TNI, Undang-Undang Polri, serta Revisi UU Kejaksaan. Selain itu, para pengunjuk rasa juga menyoroti pengesahan tata tertib DPR, kebijakan efisiensi anggaran negara, struktur kabinet yang dinilai terlalu besar, hingga pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis.

Novali Panji Nugroho berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |