Sumbang 12 Persen untuk PDB, Pertanian Jadi Tulang Punggung Perekonomian Indonesia

5 hours ago 2

TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Khudori menyoroti pertumbuhan sektor pertanian yang mengalahkan industri pengolahan dan perdagangan pada kuartal I 2025. “Sektor pertanian muncul sebagai ‘jawara’ baru sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia menurut lapangan usaha,” kata Khudori dalam keterangan tertulisnya, Senin, 5 Mei 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Khudori mengatakan, berdasarkan data Badan Pusat Statistik yang dirilis pada Senin, 5 Mei 2025, sektor pertanian berkontribusi sebanyak 1,11 persen dari total pertumbuhan ekonomi kuartal I 2025 sebesar 4,85 persen. Menyusul sektor pertanian, pertumbuhan ekonomi juga ditopang oleh industri pengolahan sebesar 0,93 persen dan perdagangan 0,66 persen.

Khudori menyatakan sektor pertanian juga mengalami pertumbuhan secara year on year sebesar 10,52 persen dan menyumbang sebesar 12,65 persen terhadap produk domestik bruto (PDB). 

Menurut Khudori, momen panen raya dan peningkatan permintaan domestik menjadi pemicu di balik pertumbuhan sektor pertanian sepanjang Januari–Maret tahun ini. Ia mengatakan produksi beras dan jagung pada kuartal I 2025 lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Kuartal I 2025 menghasilkan 9,04 juta ton beras dan 4,64 juta ton jagung. Sementara jumlah produksi triwulan I 2024 hanya menghasilkan 5,6 juta ton beras dan 3,4 juta ton jagung.

Khudori mengatakan peningkatan produksi beras dan jagung pada kuartal I 2025 disebabkan karena luas panen yang tinggi. Jika ditarik tiga hingga empat bulan ke belakang, kondisi iklim dan cuaca nasional sedang dalam kategori normal pada saat tanam padi dan jagung.

“Sementara produksi beras dan jagung triwulan I 2024 rendah karena luas panen rendah.” Luas panen rendah itu, kata Khudori, disebabkan karena luas tanam yang rendah. Ia bercerita, pada September–Desember 2023 Indonesia mengalami El Nino. “Jadi, pertumbuhan triwulan I 2025 tinggi salah satunya disumbang oleh iklim/cuaca yang normal,” tutur dia. 

Kondisi iklim atau cuaca yang normal itu kata Khudori, juga membuat pola produksi bergeser. Pada tahun ini, puncak panen padi dan jagung bergeser sebulan lebih awal yakni terjadi pada Maret dan April, sedangkan jagung terjadi pada Februari. Ia mengatakan produksi jagung sudah melandai sejak April. Sementara produksi padi diprediksi melandari mulai Mei. memprediksi produksi padi mulai melandai pada Mei. 

Kondisi ini berbeda dari tahun lalu. Pada 2024, puncak jagung terjadi pada Februari sedangkan padi terjadi pada April. “Jadi, karena pergeseran puncak panen bisa dipahami jika pertumbuhan triwulan I 2025 begitu tinggi,” tutur dia. 

Khudori mengatakan, pertanian di Indonesia masih bergantung pada kondisi iklim/cuaca. Pola panen juga akan bergeser mengikuti iklim/cuaca. “Ketika terjadi El Nino, tanam bisa bergeser ke belakang sehingga panen pun bergeser dari pola umumnya.”

Sementara ketika terjadi fenomena La Nina, kata Khudori, wilayah-wilayah yang kekurangan air bisa melakukan proses tanam. “Agar ketergantungan pada iklim/cuaca ini berkurang perlu ada terobosan inovasi dan teknologi."

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |