Tarif Impor Trump Ancam Dominasi Film India di Pasar Amerika, Sebab...

21 hours ago 2

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Amerika Serikat, Donald Trump merencanakan kebijakan terbaru dengan mengumumkan rencana untuk memberlakukan tarif impor 100 persen pada semua film yang diproduksi di luar negeri yang masuk ke pasar Amerika.

Alasannya adalah untuk menyelamatkan industri film AS yang sedang sekarat, namun efek samping dari kebijakan ini dapat berdampak besar terhadap negara-negara dengan industri film kuat seperti India.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Industri film India yang selama ini telah menembus pasar global mengandalkan Amerika Serikat sebagai salah satu pasar internasional terbesar. Hal ini disebabkan oleh besarnya komunitas diaspora India serta sistem distribusi yang telah mapan di AS.

Namun, dengan rencana Trump yang masih dalam tahap pembahasan, produksi film India berisiko mengalami guncangan besar dalam hal pendapatan dan strategi ekspansi internasional, terutama di sektor bioskop.

AS Jadi Pasar Internasional Utama Film India

Amerika Serikat merupakan kontributor yang sangat penting bagi perfilman India. Dengan lebih dari 5,2 juta penduduk keturunan India menurut Pew Research Center, komunitas diaspora ini secara konsisten menjadi penonton utama film-film Hindi maupun regional seperti Telugu dan Tamil.

Statistik menunjukkan bahwa film Bollywood memperoleh sekitar 40-60 persen dari pendapatan internasionalnya dari AS, sementara film India Selatan bisa meraup antara 12 hingga 70 persen dari pemasukan luar negeri di negara tersebut.

Adi Tiwary, direktur kreatif Stuart Entertainment, menegaskan bahwa pasar AS menyumbang 30-50 persen dari total pendapatan bersih luar negeri untuk film India yang sukses.

“Jadi, kehilangan wilayah AS akan seperti kehilangan kartu platinum dalam ekonomi tunai,” kata Tiwary, seperti dilansir dari India Times.

Ia menyebutkan bahwa jika tarif 100 persen diberlakukan, maka distributor yang membeli hak distribusi senilai USD 1 juta harus membayar pajak tambahan sebesar USD 1 juta lagi. Hal ini tentu akan menaikkan harga tiket, menurunkan jumlah penonton, dan menekan margin keuntungan produser serta distributor.

Model Produksi Terancam dan Pergeseran ke Streaming

Selain dampak pada distribusi, tarif ini juga mengancam struktur biaya produksi dan strategi jangka panjang rumah produksi India. Pradeep Dwivedi, CEO Eros International Media, mengatakan bahwa kebijakan ini akan melipatgandakan biaya impor film ke pasar AS, membuat banyak rumah produksi berpikir ulang tentang skala proyek dan lokasi rilis.

“Tarif tersebut secara efektif menggandakan biaya impor film India," ujar Dwivedi.

Di samping itu, Suniel Wadhwa dari Karmic Films menyoroti bahwa kebijakan ini tidak memberikan pengecualian kepada rumah produksi India yang memiliki kantor di AS, karena film tetap dianggap diproduksi di luar negeri. Hal ini mempersempit ruang gerak produser India dan bisa mendorong pergeseran besar-besaran ke platform streaming sebagai alternatif distribusi utama.

Sementara Shibashish Sarkar, presiden Producers Guild of India, memperkirakan kerugian hingga USD 100 juta per tahun pada pendapatan box office jika tarif diberlakukan. Ia juga menyebut bahwa jika kenaikan biaya ini dibebankan ke penonton melalui tiket, maka jumlah penonton akan menurun.

Sebaliknya, jika ditanggung oleh bioskop, maka produser akan menerima pendapatan yang jauh lebih kecil. Menurutnya, dua-duanya adalah skenario kerugian.

Sementara Gedung Putih menyatakan belum ada keputusan final, dunia perfilman India tak tinggal diam.

Dikutip dari Variety, Indian Motion Pictures Producers’ Association (IMPPA) bersama Film Federation of India (FFI) tengah merancang pendekatan ke pemerintah India agar mengangkat isu ini dalam hubungan bilateral.

“Semua badan produsen dan distributor kami harus bertemu untuk menyelesaikan masalah ini dengan terlebih dahulu melalui musyawarah pemerintah. IMPPA dan FFI akan menghubungi pemerintah untuk mengumumkan sikap bersama kami terhadap masalah ini,” kata Presiden IMPPA, Abhay Sinha.

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |