Top 3 Islami: Kisah Ray Sahetay Mualaf kemudian juga Disholatkan di Masjid Istiqlal saat Wafatnya

15 hours ago 4

Liputan6.com, Jakarta - Mendiang aktor kawakan, Ray Sahetapy rupanya memiliki kedekatan khusus dengan Masjid Istiqlal, Jakarta. Ray Sahetapy mengucapkan dua kalimah syahadat dan disholatkan di masjid terbesar di Asia Tenggara ini.

Kisah Ray Sahetapy yang mualaf dengan berikrar mengucapkan dua kalimah syahadat disholatkan jenazah sewaktu meninggal dunia di Masjid Istiqlal menjadi atikel terpopuler di kanal Islami Liputan6.com, Minggu (6/4/2025).

Artikel kedua yang juga menyita perhatian adalah jawaban Buya Yahya tentang topik, apakah ruh tahu dan mendengar saat didoakan dalam ziarah kubur oleh anak atau kerabatnya?

Selanjutnya, artikel ketiga terpopuler yaitu gebrakan Dedi Mulyadi dan ciri-ciri pemimpin ahli surga menurut Buya Yahya.

Selengkapnya, mari simak Top 3 Islami.

Simak Video Pilihan Ini:

Swafoto di Pinggir Rel, Remaja Kebumen Tewas Tertabrak Kereta Api

1. Ray Sahetapy Ucap Syahadat dan Disholatkan di Masjid Istiqlal, UAH Ungkap Istimewanya Mualaf

Masjid Istiqlal kembali menjadi saksi perjalanan spiritual seorang tokoh publik. Aktor legendaris Ray Sahetapy disholatkan di masjid megah tersebut, tempat yang juga menyimpan kenangan awal dirinya memeluk Islam puluhan tahun silam.

Sebelum dikenal sebagai seorang Muslim, Ray lahir dan besar dalam keyakinan Kristen. Namun tak banyak yang tahu bahwa jauh sebelum menikahi penyanyi Dewi Yull, Ray sudah lebih dulu mengucap dua kalimat syahadat di Masjid Istiqlal.

Putrinya, Raya Sahetapy, mengungkap kisah tersebut kepada awak media. Ia bercerita bahwa ayahnya memutuskan menjadi mualaf pada tahun 1982, tepat sebelum menikah dengan ibunya.

“Insya Allah, saya baru tahu dari mama kalau ayah masuk Islam tahun 1982, sebelum pernikahan mereka,” ucap Raya, Kamis (3/4/2025), mengenang masa lalu sang ayah.

Ray secara resmi mengikrarkan syahadat di Masjid Istiqlal—sebuah keputusan besar yang menjadi titik balik dalam hidupnya. Momen itu bukan hanya sakral secara pribadi, tapi juga menyisakan jejak spiritual yang dalam.

Perjalanan Ray menuju Islam tidak selalu mulus. Perbedaan keyakinan sempat menjadi penghalang, terutama dari pihak keluarga Dewi Yull yang menginginkan pasangan seiman. Namun, Ray tetap teguh dengan keputusannya.

Kini, setelah wafatnya, Ray kembali ke tempat awal kisah keislamannya—Masjid Istiqlal—untuk disholatkan oleh kerabat, sahabat, dan orang-orang yang mencintainya.

“Alhamdulillah, dulu masuk Islam di Istiqlal, dan sekarang pun ditutup di Istiqlal. Ini bukan kebetulan,” tutur Raya dengan suara yang bergetar.

Selengkapnya baca di sini

2. Apakah Ruh Bisa Tahu dan Mendengar Doa saat Kita Ziarah Kubur Lebaran? Simak Penjelasan Buya Yahya

Tradisi ziarah kubur saat Lebaran sudah menjadi pemandangan umum di berbagai daerah. Banyak keluarga mendatangi atau ziarah makam sanak saudara yang telah tiada, membawa bunga, membaca doa, hingga melantunkan surat Yasin.

Tapi di balik tradisi itu, muncul pertanyaan: apakah ruh orang yang sudah meninggal benar-benar bisa mendengar doa-doa yang dibacakan oleh para peziarah?

Pengasuh LPD Al Bahjah KH Yahya Zainul Ma'arif atau Buya Yahya, menjawab secara gamblang dalam ceramahnya yang diunggah di kanal YouTube @KyaiHabibChannel. Ia menegaskan bahwa ruh orang yang meninggal memang bisa mendengar ucapan dan doa dari orang yang masih hidup, terutama saat orang tersebut berada di dekat kuburnya.

Dalam ceramah tersebut, seorang jamaah bertanya, “Kalau ruh itu bisa mendengarkan kita, apakah harus di atas kuburannya atau juga bisa dari rumah?” Buya Yahya menjawab bahwa doa dan bacaan Al-Qur’an yang dibaca dari rumah pun tetap bisa sampai kepada si mayit.

Menurut Buya Yahya, meski ada perbedaan pendapat ulama soal apakah ruh mendengar, namun terdapat banyak dalil kuat yang menunjukkan bahwa ruh memang memiliki kemampuan mendengar, seperti kisah Rasulullah SAW seusai Perang Badar. Nabi menyeru nama-nama musuh yang tewas, dan saat ditanya, Nabi menyatakan bahwa mereka mendengar seruannya lebih jelas daripada orang-orang yang masih hidup.

Selengkapnya baca di sini

3. Gebrakan Dedi Mulyadi sang Gubernur dan Kata Buya Yahya soal Kriteria Pemimpin Ahli Surga

Sosok Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, tengah ramai dibicarakan publik. Gaya kepemimpinan serta gebrakannya yang menyentuh masyarakat membuat banyak pihak berharap pejabat daerah lain dapat meneladani kiprah pria yang akrab disapa Kang Dedi ini.

Dedi Mulyadi bukan figur baru dalam dunia politik. Ia pernah menjabat sebagai Bupati Purwakarta selama dua periode, kemudian menjadi anggota DPR RI, dan kini menjabat sebagai Gubernur Jawa Barat menggantikan Ridwan Kamil.

Namun, muncul pertanyaan: benarkah sosok seperti Dedi Mulyadi mencerminkan kriteria pemimpin atau gubernur ahli surga sebagaimana disebut dalam ajaran agama?

Menjawab hal ini, kelihatannya tepat jika menyimak penjelasan pendakwah KH Yahya Zainul Ma'arif atau Buya Yahya tentang kriteria pemimpin yang layak menyandang gelar ahli surga, terutama yang berkuasa atas nasib rakyat.

"Jadilah Anda ini bupati ahli surga. Jadilah Anda itu wali kota ahli surga, gubernur ahli surga, jika Anda berjanji hal-hal yang baik, penuhi dong. Jangan mohongin rakyat, selesai," kata Buya Yahya dalam sebuah ceramah.

Buya Yahya menegaskan bahwa pejabat yang layak disebut ahli surga adalah mereka yang benar-benar tulus bekerja demi rakyat, bukan demi memperkaya diri. Semua janji-janji yang dilontarkan harus ditepati karena Allah Maha Mengetahui isi hati manusia.

Selengkapnya baca di sini

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |