TEMPO.CO, Jakarta - Center of Economic and Law Studies (Celios) mengungkapkan sebanyak 10,4 juta pekerja di sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan tidak menerima gaji sepanjang 2024. “Jumlah pekerja tidak dibayar terus meningkat, terutama di sektor pertanian, perdagangan, dan akomodasi,” kata Direktur Eksekutif Celios Bhima Yudhistira Adhinegara dalam keterangan tertulis, pada Kamis, 29 Mei 2025.
Bhima mengatakan angka itu meningkat dibandingkan 2021. Kala itu sebanyak 9,9 juta jiwa yang bekerja di sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan tidak mendapatkan upah. Selain tiga sektor itu, Celios juga menyoroti sektor perdagangan; besar dan eceran, penyedia akomodasi, dan industri pengolahan sebagai sektor yang paling banyak tidak menggaji pekerja pada 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di sektor perdagangan, jumlah pekerja yang tidak menerima upah pada 2024 adalah 4,3 juta jiwa atau meningkat sekitar 200 ribu pekerja dibandingkan 2021. Sementara jumlah pekerja penyedia akomodasi yang tidak menerima gaji pada 2024 adalah sebanyak 2,1 juta jiwa. Terakhir, Celios mencatat, sebanyak 1,8 juta pekerja di industri pengolahan tidak mendapatkan upah pada 2024.
Bhima menyatakan temuan itu mencerminkan sektor kerja informal menjadi yang mendominasi. “Tren ini menunjukkan kegagalan struktural dalam menciptakan pekerjaan layak dan memperkuat ketimpangan sosial ekonomi,” ujar Bhima.
Selain temuan jumlah pekerja yang tidak dibayar, Celios juga mencatat terjadi peningkatan signifikan terhadap proporsi pekerja yang menerima gaji di bawah upah minimum regional (UMR) pada 2024. “Meningkat tajam dari 63 persen pada 2021 menjadi 84 persen pada 2024.”
Berdasarkan data Celios yang diolah dari Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penerima gaji di bawah UMR pada 2021 adalah sebanyak 83 juta jiwa. Sementara penerima upah di bawah UMR melonjak menjadi 109 juta jiwa tiga tahun setelahnya.
Bhima menyatakan ketersediaan lapangan kerja saat ini cenderung didominasi oleh sektor informal atau pekerjaan bergaji rendah. “Justru memperburuk kualitas kesejahteraan tenaga kerja.” Lembaga penelitian independen itu menyatakan kondisi kualitas kerja semakin buruk pada 2024. Pada tahun itu, semakin banyak pekerja yang mendapatkan upah di bawah UMR, baik dari sektor formal ataupun informal.
Sementara jumlah pekerja yang mendapatkan gaji UMR cenderung menurun pada tahun yang sama. “Mencerminkan bahwa semakin sedikit pekerjaan yang layak dan berkualitas,” ujar Bhima.
Celios mencatat terjadi kenaikan signifikan terhadap jumlah penerima gaji di bawah UMR dari 2021 hingga 2024. Terutama pada kategori pekerja dengan waktu jam kerja pendek, yakni kurang dari 30 jam per minggu dan berdurasi panjang atau sekitar 48 jam per minggu. “Ini mengindikasikan melemahnya daya beli pekerja dan potensi pelanggaran hak upah minimum, meski bekerja keras.”