Liputan6.com, Jakarta Ramadan kali ini terasa berbeda bagi umat Muslim di Jalur Gaza. Di tengah reruntuhan dan sisa-sisa puing akibat perang yang berkepanjangan, warga tetap melaksanakan salat Tarawih dengan penuh semangat. Momen ini menjadi simbol ketahanan dan harapan di tengah kesedihan yang melanda.
Suasana Ramadan yang biasanya diwarnai dengan suara adzan dan riuhnya pasar kini berubah drastis. Pasar yang dulunya ramai kini sepi, dan suara tangisan korban bergema menggantikan lantunan ayat Al-Quran. Namun, meski dalam kondisi sulit, warga Gaza berusaha menghidupkan Ramadan dengan menghias reruntuhan dan menyalakan lentera-lentera sebagai tanda harapan.
Di sudut-sudut kota yang hancur, umat Muslim melakukan salat Tarawih perdana di reruntuhan Masjid Al-Albani di Khan Younis. Meskipun masjid tersebut rusak parah akibat pengeboman, semangat untuk beribadah tetap menyala.
Dalam momen salat Tarawih, umat Muslim Gaza berbaris di atas puing-puing, menunjukkan ketabahan yang luar biasa. Suara “Allahu Akbar” dan “Laa ilaaha illallaah” menggema di antara reruntuhan, menandakan bahwa iman mereka tak tergoyahkan oleh keadaan.
Berikut potret perjuangan warga Gaza saat salat tarawih ditengah reruntuhan dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Senin (3/3/2024).
Ratusan warga Palestina tiba untuk berbuka puasa di antara reruntuhan bangunan di Rafah, Gaza selatan, pada Sabtu, di hari pertama Ramadan.