11 Amalan Sunah Idul Adha yang Dicontohkan Rasulullah, Raih Keberkahan Hari Raya

11 hours ago 5

Liputan6.com, Jakarta Hari Raya Idul Adha menjadi salah satu momen yang sangat dinantikan umat Islam di seluruh dunia. Perayaan yang jatuh setiap tanggal 10 Dzulhijjah ini merupakan simbol ketaatan, keikhlasan, dan pengorbanan yang dicontohkan oleh Nabi Ibrahim AS dan putranya Nabi Ismail AS. Sebagaimana tercantum dalam Al-Qur’an, peristiwa penyembelihan yang diperintahkan Allah SWT kepada Nabi Ibrahim menjadi fondasi spiritual bagi umat Islam dalam menjalankan ibadah kurban.

Selain itu, Idul Adha juga identik dengan pelaksanaan ibadah haji di Tanah Suci Makkah, menjadikannya sebagai hari besar yang penuh makna. Umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak amalan sunah sebagai bentuk pengagungan terhadap hari yang mulia ini. Rasulullah SAW bersabda tentang keutamaan sepuluh hari pertama Dzulhijjah, termasuk hari Idul Adha,

ما من أيام العمل الصالح فيها أحب إلى الله من هذه الأيام

"Tidak ada hari-hari di mana amal saleh lebih dicintai oleh Allah daripada hari-hari ini (sepuluh hari pertama Dzulhijjah)." (HR. Bukhari)

Menjalankan amalan-amalan sunah Idul Adha tidak hanya akan memperkuat iman, tetapi juga menjadi sarana meraih pahala yang melimpah. Berikut ini adalah 11 amalan sunah Idul Adha yang sangat dianjurkan untuk dilaksanakan oleh umat Muslim pada Hari Raya Idul Adha, dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Jumat (9/5/2025).

Kejadian tidak terduga terjadi saat sholat idul adha sedang berlangsung di sebuah tempat

1. Mengumandangkan Takbir

Salah satu amalan sunah yang paling utama saat Idul Adha adalah mengumandangkan takbir, dimulai sejak matahari terbenam pada tanggal 9 Dzulhijjah hingga menjelang salat Ied dan dilanjutkan sampai tanggal 13 Dzulhijjah (hari tasyrik).

Sebagaimana disebutkan dalam kitab Raudhatut Thalibin

 فَيُسْتَحَبُّ التَّكْبِيرُ الْمُرْسَلُ بِغُرُوبِ الشَّمْسِ فِي الْعِيدَيْنِ جَمِيعًا

“Disunahkan mengumandangkan takbir sejak terbenamnya matahari pada malam hari raya."

Takbir ini bukan hanya lantunan lisan, tetapi juga bentuk dzikir dan pengagungan terhadap kebesaran Allah SWT.

2. Mandi Besar Sebelum Salat Ied

Disunahkan bagi setiap Muslim untuk mandi besar (ghusl) sebelum berangkat salat Ied, baik laki-laki maupun perempuan. Waktu mandi bisa dilakukan sejak pertengahan malam, tetapi lebih utama setelah waktu subuh dan sebelum salat.

Tujuan mandi ini adalah untuk menyambut hari raya dalam keadaan bersih dan segar, sebagaimana dianjurkan oleh Rasulullah SAW.

3. Memakai Pakaian Terbaik

Rasulullah SAW menganjurkan umatnya untuk memakai pakaian terbaik pada hari raya, sebagaimana sabda beliau:

كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يأمرنا أن نلبس أجود ما نجد في العيدين

"Rasulullah SAW memerintahkan kami untuk mengenakan pakaian terbaik yang kami miliki pada dua hari raya." (HR. Hakim)

Pakaian terbaik tidak harus baru atau mahal, melainkan yang paling pantas dan bersih yang dimiliki. Yang terpenting adalah menunjukkan rasa syukur dan kebahagiaan atas datangnya hari raya.

4. Memakai Wangi-wangian dan Menjaga Kebersihan

Sebelum berangkat ke salat Ied, umat Islam disunahkan untuk memakai wangi-wangian, memotong kuku, mencukur rambut, dan membersihkan tubuh. Dalam Al-Majmu’ Syarhul Muhadzdzab disebutkan:

والسنة أن يتنظف بحلق الشعر وتقليم الظفر وقطع الرائحة

"Disunahkan untuk membersihkan diri dengan mencukur rambut, memotong kuku, dan menghilangkan bau badan."

Hal ini dilakukan untuk menjaga kesucian lahiriah sekaligus menambah kekhusyukan dalam beribadah.

5. Tidak Makan Sebelum Salat Ied

Berbeda dengan Idul Fitri, saat Idul Adha umat Islam dianjurkan untuk tidak makan sebelum melaksanakan salat Ied. Rasulullah SAW bersabda:

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لا يخرج يوم النحر حتى يرجع فيأكل

"Nabi SAW tidak keluar (menuju salat) pada hari raya kurban hingga beliau kembali dan makan." (HR. Tirmidzi)

Ini menandakan kesungguhan dalam menjalani ibadah, dan menjadi bentuk penghormatan terhadap ibadah kurban yang akan dilaksanakan setelahnya.

6. Berangkat Lebih Awal ke Tempat Salat

Berangkat lebih awal ke tempat salat Ied termasuk sunah Idul Adha yang dianjurkan. Tujuannya agar dapat mengikuti seluruh rangkaian ibadah dengan tenang serta memiliki kesempatan untuk bertakbir dan berdzikir.

7. Berjalan Kaki Menuju Tempat Salat

Jika memungkinkan, berjalan kaki menuju tempat salat Ied lebih utama daripada menggunakan kendaraan. Hal ini sesuai dengan hadis:

كَانَ يَخْرُجُ إِلَى الْعِيدِ مَاشِيًا، وَيَرْجِعُ مَاشِيًا

"Rasulullah SAW pergi untuk salat Id dengan berjalan kaki dan kembali juga dengan berjalan kaki." (HR. Ibnu Majah)

Berjalan kaki juga memberi kesempatan untuk menyapa sesama Muslim, mempererat ukhuwah, dan menambah keberkahan perjalanan.

8. Menempuh Jalan yang Berbeda Saat Pulang

Rasulullah SAW menempuh jalan yang berbeda saat berangkat dan pulang dari salat Ied. Dalam hadis disebutkan:

"كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا خَرَجَ إِلَى الْعِيدِ خَرَجَ مِنْ طَرِيقٍ وَرَجَعَ مِنْ طَرِيقٍ آخَرَ" "Nabi SAW ketika keluar untuk salat Ied, beliau menempuh jalan yang berbeda saat pergi dan pulang." (HR. Bukhari)

Ini bertujuan untuk menyebarkan salam, memperluas silaturahmi, dan memperlihatkan keagungan Islam di tengah masyarakat.

9. Mengajak Wanita dan Anak-anak untuk Salat Ied

Salat Idul Adha disunahkan untuk diikuti oleh semua kalangan, termasuk wanita dan anak-anak. Bahkan wanita yang sedang berhalangan tetap dianjurkan untuk hadir dan mendengarkan khutbah. Ini menunjukkan bahwa hari raya adalah momen kebersamaan dan perenungan bersama atas nilai-nilai keimanan.

10. Mempererat Silaturahmi di Hari Raya

Idul Adha adalah momen istimewa untuk memperkuat tali silaturahmi di antara sesama Muslim. Setelah menunaikan salat Ied dan menyembelih hewan kurban, umat Islam dianjurkan untuk saling mengunjungi, menyapa, mengucapkan selamat hari raya, dan berbagi daging kurban dengan keluarga, tetangga, serta mereka yang membutuhkan.

Anjuran ini bukan sekadar tradisi sosial, melainkan juga bagian dari ajaran syariat. Islam sangat menekankan pentingnya menjaga hubungan antar manusia, sebagaimana firman Allah SWT dalam Surah An-Nisa ayat 1:

وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ ۚ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

"… dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu." (QS. An-Nisa: 1)

Hari raya dalam Islam bukan hanya tentang ibadah formal, tetapi juga momentum untuk menampakkan rasa syukur secara lahiriah. Idul Adha adalah saatnya umat Islam menunjukkan kegembiraan dengan mengenakan pakaian terbaik, menyambut tamu dengan senyuman, serta menyebarkan semangat positif kepada orang-orang di sekitarnya.

Rasulullah SAW bersabda:

إِنَّ لِكُلِّ قَوْمٍ عِيدًا، وَهَذَا عِيدُنَا

 "Sesungguhnya di setiap umat ada hari raya, dan ini (Iduladha dan Idulfitri) adalah hari raya kita." (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis ini menjadi dasar bahwa menampakkan kegembiraan saat hari raya adalah sunnah Nabi. Bahkan dalam sebuah riwayat, Rasulullah SAW membiarkan dua gadis kecil bernyanyi di rumah beliau saat Idul Fitri, sebagai bentuk ekspresi kegembiraan yang wajar dan dibolehkan. Keceriaan bukan hanya simbol dari suasana hati yang senang, tetapi juga cerminan rasa syukur atas limpahan nikmat dan berkah yang Allah berikan. 

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |