Mulai Sekarang, saat Sujud Coba Hadirkan Perasaan Ini, Insya Allah Lebih Khusyuk Kata UAH

8 hours ago 2

Liputan6.com, Jakarta - Saat melakukan sujud, umat Islam sering kali larut dalam kesibukan rutinitas sehingga kehilangan makna mendalam dari ibadah ini. Padahal, sujud merupakan momen puncak kedekatan antara seorang hamba dan Tuhannya.

Pendakwah Muhammadiyah Ustadz Adi Hidayat (UAH) sosok muda yang sering menyampaikan tausiyahnya, memberikan nasihat penting tentang cara menghadirkan rasa yang lebih khusyuk saat sujud. UAH menyarankan agar setiap kali sujud, umat Islam merasakan seolah-olah itu adalah sujud terakhir.

Dalam sebuah video yang dikutip pada Kamis (08/05/2025) dari kanal YouTube @quotesislam0610, UAH mengungkapkan bahwa ketika seseorang membayangkan sujud terakhir, rasa haru akan muncul dengan sendirinya.

"Saat sujud, coba rasakan bagaimana kalau ini adalah sujud terakhir sebelum kembali kepada Allah. Jika rasa itu hadir, kenikmatan akan tiba, air mata mengalir," ujar UAH.

Lebih lanjut, UAH menjelaskan bahwa menghadirkan perasaan seperti itu akan meningkatkan kekhusyukan sholat. Hal ini bukan sekadar teori, tetapi sebuah praktik spiritual yang bisa meningkatkan kualitas ibadah.

Simak Video Pilihan Ini:

Kecelakaan Maut Truk Rem Blong Tabrak Angkot Rombongan Guru, 11 Orang Meninggal

Istimewanya Sujud

Sujud sendiri memiliki kedudukan istimewa dalam Islam. Mengutip Nu Online, Imam Al-Ghazali menjelaskan bahwa sujud adalah bentuk ketaatan yang paling nyata kepada Allah. Ibadah ini bukan sekadar gerakan fisik, melainkan simbol ketundukan dan kerendahan diri di hadapan Sang Pencipta.

Dalam kitabnya, Imam Al-Ghazali menyebutkan bahwa sujud dapat mendekatkan hamba dengan Tuhannya, sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an:

وَٱسْجُدْ وَٱقْتَرِب

Artinya, "Sujudlah dan dekatkanlah (dirimu kepada Tuhan)," (Surat Al-Alaq ayat 19).

Selain itu, Imam Al-Ghazali juga mengutip hadis Nabi Muhammad SAW dari Abu Hurairah:

أَقْرَبُ مَا يَكُونُ الْعَبْدُ مِنْ رَبِّهِ وَهُوَ سَاجِدٌ فَأَكْثِرُوا الدُّعَاءَ

Artinya, "Momentum terdekat seorang hamba dan Tuhannya adalah ketika sujud. Oleh karena itu, perbanyaklah doa saat itu," (HR Muslim, Abu Dawud, An-Nasa’i).

Menurut Imam Al-Ghazali, sujud bukan hanya sekadar gerakan tetapi juga manifestasi dari kerendahan hati. Ia menggambarkan sujud sebagai momentum "melipat hamparan jarak alam raya" sehingga seorang hamba bisa merasakan kedekatan dengan Allah.

Imam Al-Ghazali juga mengutip sebuah ungkapan dalam bukunya yang menyebut bahwa sujud mampu menghapus "jarak" antara Allah dan hamba-Nya. Dengan sujud, hamba seperti berada dalam lorong waktu yang mendekatkan dirinya dengan Allah.

Keistimewaan sujud ini menjadi salah satu alasan mengapa sholat disebut sebagai "kesenangan" bagi Rasulullah SAW. Dalam sujud, seorang hamba dapat merasakan ketenangan dan kebahagiaan yang tidak bisa ditemukan di tempat lain.

Pentingnya Hadirkan Rasa Sujud Terakhir

Ustadz Adi Hidayat menekankan pentingnya menghadirkan rasa sujud terakhir ini bukan untuk menakut-nakuti, tetapi sebagai sarana introspeksi. Dengan begitu, setiap sujud akan terasa lebih bermakna dan mendalam.

Rasa haru yang muncul ketika membayangkan sujud terakhir bukanlah sekadar emosi, tetapi tanda bahwa hati telah tergerak. Hal ini juga menunjukkan bahwa kesadaran akan kematian dapat memperkuat keimanan.

Di sisi lain, menghadirkan rasa sujud terakhir juga mengingatkan pada sifat fana kehidupan dunia. Ketika sujud dilakukan dengan penuh kesadaran bahwa hidup ini sementara, rasa cinta kepada Allah akan tumbuh lebih kuat.

Sebagai seorang hamba, memahami bahwa setiap sujud bisa jadi yang terakhir akan memotivasi untuk memperbaiki kualitas ibadah. Tidak lagi sekadar menjalankan kewajiban, tetapi juga sebagai ungkapan cinta dan kerinduan kepada Allah.

Ustadz Adi Hidayat juga mengajak umat Islam untuk tidak terburu-buru dalam bersujud. Melambatkan gerakan dan memperdalam rasa akan memberikan ketenangan jiwa. Sujud bukan hanya tentang melaksanakan rukun shalat, tetapi juga tentang mengakui kebesaran Allah.

Ia juga menegaskan bahwa tidak perlu takut menangis saat sujud. Tangisan yang muncul dari hati yang tulus merupakan tanda kelembutan hati dan tanda kekuatan iman.

Pada akhirnya, sujud bukan hanya sekadar menyentuhkan dahi ke bumi. Sujud adalah simbol totalitas penghambaan kepada Allah. Dengan menghadirkan rasa seolah-olah itu adalah sujud terakhir, umat Islam akan lebih menghargai setiap momen ibadah.

Sujud adalah momentum refleksi dan penguatan spiritual. UAH mengingatkan, jangan sampai sujud hanya menjadi rutinitas tanpa makna. Hadirkan rasa khusyuk agar manfaatnya bisa dirasakan secara lahir dan batin.

Kualitas sujud yang baik akan membawa perubahan dalam kehidupan sehari-hari. Ketika hati telah tersentuh dalam sujud, perilaku dan akhlak juga akan ikut berubah ke arah yang lebih baik.

Dengan menghadirkan rasa seolah-olah itu adalah sujud terakhir, umat Islam akan lebih memahami hakikat hidup. Tidak ada yang lebih penting daripada mempersembahkan ibadah terbaik sebelum kembali kepada Sang Khalik.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |