Liputan6.com, Jakarta - Al-Qur’an bukan sekadar kitab suci, tetapi juga kurikulum kehidupan yang menghadirkan pedoman terbaik bagi umat manusia. Setiap aspek turunnya Al-Qur'an pun dipilih pada waktu, perantara, dan sosok yang paling mulia.
Pendakwah muda Ustadz Adi Hidayat (UAH) menjelaskan bahwa Al-Qur’an diturunkan pada waktu terbaik, melalui malaikat yang terbaik, dan kepada rasul yang paling mulia. Hal ini bukan tanpa alasan, melainkan untuk menegaskan keistimewaan kandungan di dalamnya.
"Allah menurunkan Al-Qur’an di waktu yang paling mulia untuk memberikan kesan bahwa di dalamnya terdapat kurikulum hidup terhebat dan istimewa," ujar UAH.
Proses turunnya Al-Qur’an tidak dilakukan sembarangan. Dalam Islam, diyakini bahwa kitab suci ini diturunkan pertama kali di bulan Ramadhan, bulan yang penuh kemuliaan.
Al-Qur’an sendiri disampaikan melalui Malaikat Jibril, malaikat yang memiliki tugas khusus menyampaikan wahyu kepada para nabi. Ini menunjukkan betapa pentingnya pesan yang dibawa oleh kitab ini.
Dikutip dari kanal YouTube @nasihatpendek2023, UAH menekankan bahwa Rasulullah dipilih sebagai penerima wahyu karena menjadi manusia paling mulia di antara seluruh ciptaan.
"Karena begitu istimewanya Al-Qur’an, maka ia tidak diturunkan kecuali melalui perantara yang juga istimewa, baik dari malaikat maupun rasul yang menerimanya," jelas UAH.
Simak Video Pilihan Ini:
Detik-Detik Buaya Berkalung Ban Tertangkap di Sungai Palu dan Diselamatkan
Mau Posisi Istimewa di Sisi Allah SWT?
Keistimewaan ini tidak hanya berlaku bagi waktu dan perantaranya, tetapi juga kepada siapa saja yang mengamalkan isi Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari.
UAH menjelaskan bahwa seseorang yang menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup akan mendapatkan posisi istimewa di sisi Allah.
Rasulullah juga menegaskan bahwa orang-orang yang membaca dan mempelajari Al-Qur’an akan termasuk dalam golongan istimewa. Mereka yang disebut sebagai "Ahlul Qur'an" mendapatkan kedudukan khusus.
"Siapa pun yang mengaji, memahami, dan mengamalkan isi Al-Qur’an, maka ia akan menjadi pribadi yang spesial di sisi Allah," ujar UAH.
Keutamaan ini ditegaskan dalam banyak hadis yang menunjukkan bahwa orang yang selalu bersama Al-Qur’an akan mendapatkan derajat yang tinggi.
Nasib yang Mencintai Al-Qur'an di Akhirat
Bahkan, dalam satu riwayat disebutkan bahwa di akhirat nanti, orang-orang yang mencintai Al-Qur’an akan diberikan syafaat.
Selain itu, mereka yang mengajarkan Al-Qur’an kepada orang lain juga mendapatkan pahala yang besar, sebagaimana hadis yang menyatakan bahwa "sebaik-baik manusia adalah yang belajar dan mengajarkan Al-Qur’an."
UAH juga menyoroti bahwa keutamaan ini tidak hanya berlaku bagi para ulama atau penghafal Al-Qur’an, tetapi juga bagi siapa saja yang berusaha mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Setiap ayat dalam Al-Qur’an memiliki hikmah mendalam yang dapat menjadi solusi bagi berbagai masalah hidup, mulai dari urusan pribadi hingga sosial.
Oleh karena itu, setiap Muslim dianjurkan untuk selalu membaca dan memahami Al-Qur’an agar dapat menjalani kehidupan yang lebih baik.
Menurut UAH, keberkahan akan datang kepada siapa saja yang menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman utama dalam kehidupannya.
Orang-orang yang senantiasa dekat dengan Al-Qur’an akan mendapatkan ketenangan hati dan kehidupan yang penuh dengan keberkahan.
UAH menutup penjelasannya dengan mengingatkan bahwa tidak ada orang yang rugi karena menjadikan Al-Qur’an sebagai pegangan hidup.
"Semakin dekat seseorang dengan Al-Qur’an, semakin tinggi kedudukannya di sisi Allah," pungkas UAH.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul