Apa Makna Teguran Donald Trump untuk Putin Soal Serangan ke Kyiv?

3 hours ago 2

DALAM konflik Rusia Ukraina yang sedang berusaha didamaikannya, Presiden AS Donald Trump dianggap terlalu berpihak pada Rusia. Ia pernah mempermalukan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky saat menemuinya di Ruang Oval Gedung Putih. Saat itu, Trump menuduh Zelensky mempertaruhkan Perang Dunia Ketiga dan tidak berterima kasih kepada Washington atas bantuan militer yang diberikan kepada Ukraina.

Namun, serangan rudal Moskow atas Kyiv, Kamis, 24 April 2025, yang menewaskan sedikitnya 12 orang dan melukai lebih banyak lagi mengubah sikap Trump terhadap Rusia. Trump menggunakan platform media sosialnya sendiri, Truth Social, untuk mengutuk serangan tersebut, menyebutnya "tidak perlu" dan "sangat tidak tepat waktu."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pada Kamis, Trump memposting di Truth Social, "Saya tidak senang dengan serangan Rusia terhadap KYIV. Tidak perlu, dan waktunya sangat buruk. Vladimir, STOP! 5.000 tentara per minggu sedang sekarat. Mari kita selesaikan Kesepakatan Damai!"

Kritik yang jarang terjadi ini muncul tak lama setelah Zelensky mengimbau para sekutu internasional untuk mengintensifkan tekanan terhadap Rusia untuk mengakhiri agresi militernya yang telah berlangsung selama lebih dari tiga tahun. Berbicara dalam sebuah konferensi pers di Afrika Selatan bersama Presiden Cyril Ramaphosa, Zelensky menekankan perlunya upaya global yang lebih besar untuk membawa pihak-pihak yang bertikai lebih dekat pada perdamaian.

Mengapa Kritik Trump terhadap Putin Jadi Perhatian?

Kritik ini penting karena Trump secara historis menunjukkan lebih banyak simpati kepada Presiden Rusia Vladimir Putin dan sering kali memfokuskan kritiknya kepada Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, menuduhnya memperpanjang konflik dengan menolak menyerahkan wilayah seperti Krimea kepada Rusia sebagai bagian dari kesepakatan damai.

Dalam sebuah posting pada Rabu, Trump mengkritik Zelensky, mempertanyakan upaya Ukraina untuk merebut kembali Krimea. "Tidak ada yang meminta Zelensky untuk mengakui Krimea sebagai wilayah Rusia, namun, jika ia menginginkan Krimea, mengapa mereka tidak memperjuangkannya sebelas tahun yang lalu saat Krimea diserahkan kepada Rusia tanpa ada satu tembakan pun yang dilepaskan?" ia menulis, seperti dikutip Politico.

Sebaliknya, Trump jarang menegur Putin di depan public sejak serangan paling mematikan di Kyiv sejak perang dimulai pada Februari 2022. Meski begitu ia membantah telah pilih kasih. "Saya tidak punya favorit. Saya tidak ingin memiliki favorit," kata Trump, ketika ditanya pada Rabu mengapa ia mengkritik Zelensky tetapi tidak mengkritik Putin.

Teguran keras Trump muncul ketika pemerintahannya melanjutkan upaya untuk menengahi perjanjian gencatan senjata antara Rusia dan Ukraina untuk menghentikan konflik yang telah berlangsung sejak tiga tahun lalu.

George Barros, seorang analis di Institute for the Study of War, menyarankan bahwa AS memiliki beberapa opsi untuk meningkatkan tekanan pada Putin jika mereka memilih untuk melakukannya. "Ada beberapa langkah yang bisa diambil AS untuk memaksa Vladimir berhenti," kata Barros melalui media sosial. Ia menambahkan bahwa Putin tampaknya mengandalkan AS untuk membiarkan Rusia menghindari pertanggungjawaban meskipun posisinya sendiri sedang genting.

Seberapa Parah Dampak Serangan Rusia?

Dikutip Al Jazeera, Militer Ukraina melaporkan bahwa Rusia melancarkan serangan berskala besar ke Kyiv pada Kamis, yang melibatkan setidaknya tujuh rudal balistik Iskander, 55 rudal jelajah dari berbagai jenis, dan empat bom berpemandu yang dijatuhkan dari pesawat taktis. Serangan ini juga melibatkan setidaknya 145 drone Shahed buatan Iran dan beberapa simulator drone, yang diluncurkan dari wilayah-wilayah Rusia seperti Bryansk, Kursk, dan Belgorod.

Menurut pasukan pertahanan Ukraina, tujuh rudal balistik, 37 rudal jelajah, semua bom berpemandu, dan 64 pesawat tak berawak berhasil dicegat, sementara 68 simulator drone jatuh tanpa cedera. Sementara itu, Kementerian Pertahanan Rusia mengklaim bahwa serangan tersebut mencapai tujuannya, dan menegaskan bahwa semua situs yang ditargetkan telah dihantam.

Bagaimana Reaksi Para Pemimpin Dunia?

Dalam sebuah pernyataan terpisah, Kementerian Luar Negeri Rusia menuduh Presiden Zelensky menyabotase upaya-upaya diplomatik menuju perdamaian, terutama mengenai pembicaraan mengenai kemungkinan mengakui wilayah-wilayah yang dicaplok Rusia-sebuah proposal yang sebelumnya dilontarkan oleh pemerintahan Trump. Juru bicara Maria Zakharova mengkritik kemampuan negosiasi Zelensky dan mengutuk pasokan senjata Uni Eropa yang terus berlanjut ke Ukraina, mengklaim bahwa hal itu hanya memperpanjang konflik.

Sebaliknya, kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Josep Borrell, menulis di X bahwa agresi Moskow adalah sebuah ejekan terhadap perdamaian dan bukannya sebuah usaha yang tulus untuk mencapainya. "Hambatannya adalah Rusia, bukan Ukraina, yang tujuannya tetap tidak berubah," tegasnya.

Presiden Perancis Emmanuel Macron juga mengutuk kebohongan Putin, dengan menyatakan bahwa pemimpin Rusia tersebut harus berhenti berbohong tentang mencari perdamaian sambil melanjutkan serangan terhadap Ukraina. Berbicara dalam sebuah kunjungan ke Madagaskar pada Kamis, Macron menekankan bahwa Putin adalah penghalang utama bagi upaya-upaya gencatan senjata yang didukung oleh Amerika Serikat dan Eropa. "Pertanyaannya sederhana: Apakah Presiden Putin menyetujui gencatan senjata tanpa syarat?" Macron bertanya. "Jika ya, senjata akan berhenti menembak besok dan nyawa akan terselamatkan."

Terlepas dari janji kampanye Trump untuk mengakhiri perang dalam waktu "24 jam" jika terpilih, ia menghadapi tantangan yang signifikan dalam menegosiasikan resolusi, terutama setelah Rusia melanjutkan serangan militernya pada awal bulan ini.

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |