TEMPO.CO, Jakarta - Dewan Penasihat Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) Ray Dalio dikabarkan mundur. Ray merupakan pendiri Bridgewater Associates, hedge fund terbesar di dunia yang mengelola aset senilai USD 124 miliar, atau setara dengan sekitar Rp 1.984 triliun berdasarkan kurs Rp 16.000 per dolar AS.
Ray Dalio beberapa kali memberikan nasihat terkait dengan kondisi ekonomi Indonesia. Saat masih menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves), Luhut Binsar Pandjaitan pernah melakukan konsultasi dengan Ray Dalio mengenai konsep pembentukan family office.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Luhut menyebut diskusi tersebut memberikan banyak wawasan baru. Ia menekankan pentingnya kolaborasi global dan komitmen terhadap pengetahuan sebagai kunci untuk membuka berbagai peluang dan mendorong pembangunan berkelanjutan. "Dari diskusi ini, saya berharap bisa mendorong semangat kami untuk terus berinovasi," kata Luhut. "Semua demi menciptakan masa depan yang lebih baik bagi generasi mendatang."
Pertemuan Luhut dengan Ray Dalio itu ia bagikan melalui media sosial pribadinya. "Karena pengalamannya, dan statusnya sebagai salah satu dari 100 tokoh paling berpengaruh di dunia versi Majalah TIME, kami akhirnya mengundang Ray untuk berdiskusi dan mendengar pandangannya mengenai kebijakan family office," tulis Luhut dalam unggahannya di akun Instagramnya, @luhut.pandjaitan, pada Senin, 2 September 2024.
Teranyar, Ray Dalio menyoroti sejumlah tantangan yang harus dihadapi Indonesia agar dapat bertransformasi menjadi negara maju. Menurut dia, hambatan tersebut mencakup sistem birokrasi yang belum efisien, kemampuan dalam menciptakan modal, kemudahan dalam menjalankan bisnis dan kewirausahaan, serta upaya konkret dalam pemberantasan korupsi.
“Di beberapa negara, saya telah melihat bagaimana transisi itu bisa terjadi. Saya memahami betapa pentingnya peran seorang pemimpin yang mampu mengambil alih kendali dan melakukan reformasi besar untuk mengatasi persoalan korupsi serta menghidupkan kembali negara-negara tersebut,” ujar dia di Istana Kepresidenan Jakarta, Jumat, 7 Maret 2025, sebagaimana dikutip dari Antara.
Dalam kesempatan tersebut, Ray Dalio menyampaikan pandangannya bahwa Presiden Prabowo Subianto merupakan sosok yang tepat untuk memimpin Indonesia menuju status sebagai negara maju. Ia meyakini bahwa Indonesia memiliki berbagai potensi untuk keluar dari kategori negara berkembang.
“Saya sudah berbicara langsung dengan Bapak Prabowo, dan menurut saya, beliau adalah pemimpin yang tepat. Kehadirannya pula yang mendorong saya untuk datang ke sini dan bertemu langsung dengan Anda semua,” ujarnya di hadapan para menteri Kabinet Merah Putih, anggota Dewan Ekonomi Nasional (DEN), serta sejumlah pengusaha Indonesia.
Ia menambahkan, “Saya mengikuti dinamika global. Saya melihat apa yang sedang terjadi. Saya bukan seorang akademisi, bukan pula investor makro. Tapi dari sudut pandang saya, potensi Indonesia sangat nyata, dan saya merasa senang bisa turut berkontribusi dan mengambil bagian dalam upaya ini.”