Nagoya, sebuah kota di Jepang, membayar orang untuk berdiri di kedua sisi eskalator selama enam jam untuk mencegah orang berjalan.
30 Mei 2025 | 16.33 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Nagoya, sebuah kota di Jepang, membayar orang untuk berdiri diam di eskalator selama enam jam sehari. Hal itu dilakukan untuk memastikan pengguna eskalator tetap diam selama naik atau turun, menurut etika baru di negara itu.
Beberapa kota di Jepang menerapkan aturan baru menggunakan eskalator. Beberapa dekade lalu, masyarakat Jepang memiliki kesepakatan tak tertulis tentang etika eskalator. Di Tokyo dan Jepang timur, jika eskalator cukup lebar, pengguna yang ingin diam berdiri bisa memilih sisi sebelah kiri, adapun sisi kanan untuk orang yang berjalan. Di Osaka dan Jepang barat, sisi-sisinya dibalik, tetapi idenya sama: memberikan kesempatan bagi orang yang terburu-buru untuk berjalan agar cepat sampai.
Jalan di Eskalator Dianggap Bahaya
Namun, dalam beberapa tahun terakhir, beberapa kota khawatir bahwa berjalan di eskalator tidak aman, menurut laporan Japan Today. Mereka meminta agar orang berdiri di kedua sisi eskalator agar tidak seorang pun berjalan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kota Nagoya bahkan telah mengeluarkan peraturan kota untuk tujuan tersebut. Namun, karena berjalan di eskalator dianggap hampir sama dengan berjalan naik atau turun tangga, tidak semua orang yakin bahwa berjalan di eskalator bisa berbahaya. Akibatnya, sebagian orang tetap berjalan di sisi kanan eskalator saat jalurnya kosong.
Nagoya Stand and Stop Corps
Jadi untuk orang berjalan, pemerintah Nagoya telah membentuk Nagoya Stand and Stop Corps. Mereka berdiri dan diam.
Tim ini terdiri dari tiga orang per lokasi. Mereka berdiri di sisi kanan eskalator, menggunakan baju dengan frasa “Nagoyaka ni STOP shite ne,” yang berarti “Tolong berhenti dengan tenang”. Dengan melakukan hal itu, mereka memblokir sisi yang seharusnya bisa dilalui orang, sehingga secara tidak langsung menegakkan peraturan kota.
Korps Stand and Stop menaiki eskalator selama enam jam per sesi. Meski kerjanya hanya berdiri diam di eskalator, pemimpin tim memperoleh gaji 16.000 yen atai Rp 1,8 juta per hari, jauh lebih baik daripada kebanyakan pekerjaan paruh waktu di toko atau restoran. Dua anggota tim lainnya memperoleh gaji 6.500 yen atau Rp 737 ribu per shift.
Korps Stand and Stop dikerahkan empat atau lima kali sebulan di 19 stasiun kereta api berbeda di dalam Nagoya. Tim ini sudah ada sejak tahun lalu. Pemerintah kota di Jepang itu mengklaim bahwa kini sudah banyak orang yang berdiri di kedua sisi, tidak lagi berjalan.